Minggu, 07 April 2019

MAKALAH TASAWUF


 ILMU KALAM                                                 AHMAD FAUZI. MA.                    
         


MAKALAH
ILMU KALAM DAN TASAWUF

TASAWUF
   

Disusun Oleh :

ABDUL HAMID
NIM. 015.638






SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DINIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PEKANBARU
2015



KATA PENGANTAR
            Alhamdulillah kehadirat Allah SWT karena berkat kasih dan sayangNya saya dapat menyelesaikan makalah Tasawuf dan Ilmu Kalam yang bertemakan “Tasawuf” ini tepat pada waktunya. Makalah ini dimaksudkan untuk mengetahui pengertian Tasawuf dan pengamalan. Adapun penjelasan penjelasan pada Makalah ini saya ambil dari beberapa buku dan website.
            Saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu saya untuk menyelesaikan Makalah ini. Akan tetapi saya juga menyadari bahwa terdapat kekurangan di dalam makalah ini, untuk itu dengan senang hati saya senantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat membangun para pembaca. Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamualaikum Wr. Wb

                                                                                                Pekanbaru,   Desember 2015

                                                                                                                                                                                                        Penulis















DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………………       2
Daftar Isi…………………………………………………………………………….        3
BAB I PENDAHULUAN….…………………………………….………………….       4
A.     Latar Belakang……………………………………………………………...       4
B.     Tujuan Penulisan……………………………………………………………       4

BAB II TELAAH PUSTAKA..…………………………………….………….….....      5
A.     Pengertian Tasawuf     ……………………………………………….…..          5
B.     Asal Usul Tasawuf      …………………………..………………………          7
C.     Perkembangan Tasawuf  …………………..………………………...           7
D.    Sumber-sumber Ajaran Tasawuf  …………………..……………….            8

BAB III PENUTUP………………………………………………………………….       9
A.     Kesimpulan……………………………………………………….................      9
B.     Kritik dan Saran………………………………………………………………     9

DAFTAR PUSTAKA   ………………………………………………………………      10

























BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Salah satu ilmu yang dapat membantu terwujudnya manusia yang berkualitas adalah ilmu Tasawuf. Ilmu tersebut satu mata rantai dengan ilmu-ilmu lainnya dengan pada sisi luar yang dhahir yang tak ubahnya jasad dan ruh yang tak dapat terpisah keduanya. Ilmu tersebut dinamakan juga ilmu bathin sebagaimana pendapat Syekh al-Manawi dalam kitab Faed al-Qadir dalam menjelaskan hadis Nabi yang artinya :

“Ilmu itu dua macam, ilmu yang ada dalam qalbu, itulah ilmu yang bermanfaat dan ilmu yang diucapkan oleh lidah adalah ilmu hujjah/hukum, atas anak cucu Adam. Dari Abi Syaebah dan Hakim dari Hasan dan dikatakan Syekh al-Manawi bahwa ilmu bathin itu keluar dari qalbu dan ilmu dhahir itu keluar dari lidah”.

            Bahwa ilmu bathin yang keluar dari qalbu itu adalah tasawuf, yang dikerjakan dan diamalkan oleh qalbu atau hati, dan ilmu dhahir yang keluar dari lidah adalah ilmu yang diucapkan oleh lidah dan diamalkan oleh jasad yang disebut juga ilmu syari’ah.
            Ilmu tersebut tidak dapat terpisah keduanya karena ilmu dhahir diucapkan dan digerakkan oleh tubuh/jasad dan ilmu bathin diamalkan oleh qalbu dan serentak pengamalannya bersamaan keduanya. Hal tersebut menunjukkan bahwa ilmu tersebut tidak dapat dipisahkan keduanya bahkan makin dalam ilmu Tasawuf seseorang itu semakin mendalam pula pengamalan syari’at-nya dan kewarasannya. Seorang Sufi sangat menjaga syari’at-nya dan bathin-nya, bahkan keluar masuk nafasnya dan khatar (kata hatinya) itu, juga dipeliharanya.
B. Rumusan Masalah
1.apa pengertian tasawuf ?
2. darimana asal usul tasawuf ?
3.Bagaimana perkembangan tasawuf ?
B.  Tujuan
1.   Mahasiswa dapat Mengetahui Pengetian Tasawuf
2.   Mahasiswa dapat Mengetahui asal usul Tasawuf
3.   Masiswa dapat mengetahui perkembangan Tasawuf



BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Tasawuf
            Tasawuf menurut Istilah adalah Mempertajam Mata Hati (dalam melihat Allah). Menurut Syekh Ahmad bin Athaillah yang diterjemahkan oleh Abu Jihaduddin Rafqi al-Hānif :
  1. Berasal dari kata suffah (صفة)= segolongan sahabat-sahabat Nabi yang menyisihkan dirinya di serambi masjid Nabawi,
  2. Berasal dari kata sūfatun (صوفة)= bulu binatang,
  3. Berasal dari kata sūuf al sufa’ (صوفة الصفا)= bulu yang terlembut, dengan dimaksud bahwa orang sufi itu bersifat lemah lembut.
  4. Berasal dari kata safa’ (صفا)= suci bersih, lawan kotor. Karena orang-orang yang mengamalkan tasawuf itu, selalu suci bersih lahir dan bathin dan selalu meninggalkan perbuatan-perbuatan yang kotor yang dapat menyebabkan kemurkaan Allah.
           Pendapat tersebut di atas menjadi khilaf (perbedaan pendapat) para ulama, bahkan ada pendapat tidak menerima arti tasawuf dari makna istilah atau asal kata. Menurut al-Syekh Abd. Wahid Yahya berkata: Banyak perbedaan pendapat mengenai kata”sufi” dan telah ditetapkan ketentuan yang bermacam-macam, tanpa ada satu pendapat yang lebih utama dari pendapat lainnya kerena semua itu bisa diterima.
           Pada hakekatnya, itu merupakan penamaan simbolis. Jika diinginkan keterangan selanjutnya, maka haruslah kembali pada jumlah bilangan pada huruf-hurufnya adalah sesuatu yang menakjubkan jika diperhatikan bahwa jumlah dari huruf sufi sama dengan jumlah“al-Hakim al-Ilahi”, maka seorang sufi yang hakiki ialah orang yang sudah mencapai hikmah Ilahi yaitu orang arif dengan Allah, karena pada hakekatnya bahwa Allah tidak dapat dikenal melainkan dengan-Nya (dengan pertolongan-Nya.
            Dengan pendapat para ahli tasawuf tentang arti tasawuf menurut bahasa tersebut di atas, dapatlah diambil kesimpulan bahwa nama-nama dan istilah menurut bahasa adalah arti simbolik yang bermakna kebersihan dan kesucian untuk senantisa berhubungan dengan Allah. Untuk mencapai tingkat ma’rifat untuk menjadi manusia yang berkualitas lagi kamil.
            Dari sekian banyak defenisi yang ditampilkan oleh para ahli tentang tasawuf, sangat sulit mendefenisikannya secara lengkap karena masing-masing ahli mendefenisikan tasawuf hanya dapat menyentuh salah satu sudutnya saja, sebagaimana dikemukakan oleh Anne Marie Schimmel, seorang sejarahwan da n dosen tasawuf. Sebagai contoh apa yang telah didefenisikan oleh Syekh al-Imam al-Qusyairi dalam kitabnya Risālah al-Qusyairiyyah
المراعون انفاسهم مع الله تعالي الحافظون قلوبهم عن طوارق الغفلة باسم التصوف
‘Orang-orang yang senantiasa mengawasi nafasnya bersamaan dengan Allah Ta’ala. Orang-orang yang senantiasa memelihara hati atau qalbunya dari berbuat lalai dan lupa kepada Allah dengan cara tersebut di atas dinamakan tasawuf.
Menurut Abu Muhammad al-Jariri yang disebutkan dalam kitab al-Risalah al-kusyairi beliau ditanya tentang tasawuf, maka ia menjawa :
الدخول في كل خلق سني والخروج من كل خلق دني
‘Masuk dalam setiap moral yang luhur dan keluar dari setiap moral yang rendah.
Menurut Abd al-Husain al-Nur memberikan batasan dalam defenisi yang lain yaitu akhlak yang membentuk tasawuf :
التصوف الحرية والكرم وترك التكلف والسخاء
Tasawuf adalah kemerdekaan, kemurahan  tidak membebani diri serta dermawan.
            Dengan beberapa pengertian tasawuf tersebut di atas menunjukkan bahwa hubungan Allah dengan manusia yang tak terpisah, sampai merasuk dalam qalbu sehingga manusia yang ber-tasawuf itu selalu berada dalam daerah Ilahi yang qadim, karena manusia dalam pengertian qalbu dan ruh, dapat dihubungkan dengan Allah seperti firman Allah dalam hadis Qudsi :
قوله تعالي في الحديث القدسي ما وسعني ارضي ولا سماءي ووسعني قلب عبد المؤمن
‘Allah berfirman dalam hadis Qudsi, sekiranya Aku, diletakkan di bumi dan langit-Ku tidak mampu memuat Aku dan qalbu-nya orang mukmin dapat memuat Aku.
            Bahwa hadis Qudsi tersebut menggambarkan tentang bumi dan langit tidak dapat secara langsung dekat Allah swt. Bahkan andaikata Allah swt. Akan ditempatkan dan diletakkan dalam bumi dan langit itu tidak akan sanggup membawa dan memuatnya, akan tetapi sekiranya Allah swt. Akan ditempatkan dan diletakkan dalam qalbu-nya orang mukmin, niscaya akan sanngup dan mampu memuatnya karena manusia itu lebih tinggi martabatnya, dibandingkan dengan makhluk lainnya, setelah itu pula manusia mempunyai nur (cahaya dari Allah) dengan demikian mudah berhubungan, nur dengan nur.
Tasawuf memiliki 4 huruf yang mempunyai arti sebagai berikut:
1.    Taqwa
2.    Sabar
3.    Warak
4.    Fana



B.Asal Usul Tasawuf
            Sesungguhnya pengenalan tasawuf sudah ada dalam kehidupan Nabi saw., sahabat, dan tabi’in. Sebutan yang populer bagi tokoh agama sebelumnya adalah zāhid, ābid, dan nāsik, namun term tasawuf baru dikenal secara luas di kawasan Islam sejak penghujung abad kedua Hijriah. Sebagai perkembangan lanjut dari ke-shaleh-an asketis (kesederhanaan) atau para zāhid yang mengelompok di serambi masjid Madinah.
            Dalam perjalanan kehidupan, kelompok ini lebih mengkhususkan diri untuk beribadah dan pengembangan kehidupan rohaniah dengan mengabaikan kenikmatan duniawi. Pola hidup ke-shaleh-an yang demikian merupakan awal pertumbuhan tasawuf yang kemudian berkembang dengan pesatnya. Fase ini dapat disebut sebagai fase asketisme dan merupakan fase pertama perkembangan tasawuf, yang ditandai dengan munculnya individu-individu yang lebih mengejar kehidupan akhirat sehingga perhatiannya terpusat untuk beribadah dan mengabaikan keasyikan duniawi. Fase asketisme ini setidaknya sampai pada dua Hijriah dan memasuki abad tiga Hijriah sudah terlihat adanya peralihan konkrit dari asketisme Islam ke sufisme. Fase ini dapat disebut sebagai fase kedua, yang ditandai oleh antara lain peralihan sebutan zāhid menjadi sufi. Di sisi lain, pada kurun waktu ini, percakapan para zāhid sudah sampai pada persoalan apa itu jiwa yang bersih, apa itu moral dan bagaimana metode pembinaannya dan perbincangan tentang masalah teoritis lainnya.

C.Perkembangan Tasawuf
            Perilaku umat masih sangat stabil. Sisi akal, jasmani dan ruhani yang menjadi garapan Islam masih dijalankan secara seimbang. Cara pandang hidupnya jauh dari budaya pragmatisme, materialisme dan hedonisme. Tasawuf sebagai nomenklatur sebuah perlawanan terhadap budaya materialisme belum ada, bahkan tidak dibutuhkan. Karena Nabi, para Shahabat dan para Tabi\'in pada hakikatnya sudah sufi: sebuah perilaku yang tidak pernah mengagungkan kehidupan dunia, tapi juga tidak meremehkannya. Selalu ingat pada Allah Swt sebagai sang Khaliq
            Ketika kekuasaan Islam makin meluas. Ketika kehidupan ekonomi dan sosial makin mapan, mulailah orang-orang lalai pada sisi ruhani. Budaya hedonisme pun menjadi fenomena umum. Saat itulah timbul gerakan tasawuf (sekitar abad 2 Hijriah). Gerakan yang bertujuan untuk mengingatkan tentang hakikat hidup. Konon, menurut pengarang Kasf adh-Dhunun, orang yang pertama kali dijuluki as-shufi adalah Abu Hasyim as-Shufi.

D.Sumber-sumber Ajaran Tasawuf
Ajaran Tasawuf mengambil dari :
1.Ayat-ayat suci Al-Qur’an
2.Prikehidupan, prilaku, dan perkataan Rasulullah SAW dan,
3.Prikehidupan para sahabat yang sholeh dan para Nabi Muhammad SAW
Ketiga sumber ini dipegang teguh oleh kaum sufi periode – periode pertama, seperti gerakan zuhud-Nya Hasan Al-Bashary dan Rabi’ah al- ‘Adawiyah sampai munculnya thariqah- thariqah (tarekat) pada abad ke IV H. Oleh karena itu gerakan tasawuf pada awal perkembangannya adalah murni Islami, hingga datang sebagian penganut aliran tasawuf yang memasukan ajaran mistik dan falsafah asing sebagai sumber ajarannya. Ketika itu muncullah ajaran- ajaran dan konsep- konsep tasawuf yang merupakan hasil campuran dari mistik islam , mistik asing, dan falsafah. Gerakan dari sufi yang dicampuri ajaran falsafah disebut Tasawuf Falsafi. Gerakan ini sering melahirkan konsep- konsep tasawuf yang dianggap menyimpang oleh pandangan islam umumnya dan kalangan sufi lainnya, seperti ajaran tentang fana ( peluruhan eksisensi diri bersama (eksistensi Tuhan) dan konsep penyatuan diri dengan Tuhan ( ittihad, wihdatul-wujud, atau hulul).












BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN
1.Akhlak  merupakan ajaran islam  yang  menyangkut masalah-masalah kehidupan yang berkaitan dengan  ketentuan-ketentuan dan  ukuran-ukuran  baik buruk atau benar salahnya suatu perbuatan lahir maupun batin, baik perbuatan yang hanya menyangkut diri pribadi atau yang berkaitan dengan orang lain atau dengan alam.
2.Akhlak berkaitan dengan ajaran bagaimana seharusnya seseorang bertindak sehingga ia dapat mengukur dan diukur moralitasnya. Dengan begitu ia dapat ditentukan apakah ia bermoral atau tidak bermoral, berdasarkan kaidah-kaidah moral yang telah ditetapkan Islam.
3.Tasawuf merupakan ekspresi batin dari akhlak islami yang ditempuh oleh kaum beriman dalam proses penyucian diri. Tujuan utama orang menempuh jalan tasawuf adalah keinginan kuat untuk merasa dekat dengan Allah SWT, sehingga Allah dirasakan hadir di dalam dirinya.
4.Rasulullah Saw., adalah model kepribadian yang sempurna dalam menampilkan nilai-nilai moral ketuhanan dalam kehidupan. Pada dirinya ada contoh-contoh bagaimana menerapkan nilai-nilai ketuhanan itu dalam kehidupan nyata umat manusia.

B.Kritik dan Saran
            Akhirnya selesai makalah saya yang membahas tentang Tasawuf. Sungguh masih banyak kekurangan yang harus saya perbaiki dalam  menyusun makalah ini. Apabila terdapat  kesalahan  menulis saya mohon maaf, karena yang namanya manusia tidak luput dari kesalahan dalam menulis. Kritik dan saran dari pembaca akan saya tunggu. Terima Kasih.












DAFTAR PUSTAKA

Fahrudin, agus. Dkk. (2011). Generasi Muslim Sejati. Bandung: Adzkia Design & Printing.

Ilyas, yasril. (2004). ISLAM Doktrin dan Dinamika Umat. Bandung: Value Press.

Majid, Abdul. dkk. (2009). Islam Tuntunan dan Pedoman Hidup. Bandung: Value Press.


Tidak ada komentar: