ILMU KALAM
AHMAD FAUZI. MA.
MAKALAH
ILMU
KALAM DAN TASAWUF
TASAWUF
Disusun
Oleh :
ABDUL
HAMID
NIM.
015.638
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM DINIYAH
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PEKANBARU
2015
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah kehadirat Allah SWT karena
berkat kasih dan sayangNya saya dapat menyelesaikan makalah Tasawuf dan Ilmu
Kalam yang bertemakan “Tasawuf” ini tepat pada waktunya.
Makalah ini dimaksudkan untuk mengetahui pengertian Tasawuf dan pengamalan.
Adapun penjelasan penjelasan pada Makalah ini saya ambil dari beberapa buku dan
website.
Saya
ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu saya untuk
menyelesaikan Makalah ini. Akan tetapi saya juga menyadari bahwa terdapat
kekurangan di dalam makalah ini, untuk itu dengan senang hati saya senantiasa
menerima kritik dan saran yang bersifat membangun para pembaca. Akhir kata
semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Pekanbaru, Desember 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………… 2
Daftar Isi……………………………………………………………………………. 3
BAB I PENDAHULUAN….…………………………………….…………………. 4
A.
Latar
Belakang……………………………………………………………... 4
B.
Tujuan
Penulisan…………………………………………………………… 4
BAB II TELAAH PUSTAKA..…………………………………….………….…..... 5
A.
Pengertian
Tasawuf ……………………………………………….….. 5
B. Asal Usul Tasawuf …………………………..……………………… 7
C. Perkembangan Tasawuf …………………..………………………... 7
D. Sumber-sumber Ajaran Tasawuf …………………..………………. 8
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………. 9
A.
Kesimpulan………………………………………………………................. 9
B.
Kritik
dan Saran……………………………………………………………… 9
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………… 10
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Salah satu ilmu yang dapat membantu terwujudnya
manusia yang berkualitas adalah ilmu Tasawuf. Ilmu tersebut satu mata
rantai dengan ilmu-ilmu lainnya dengan pada sisi luar yang dhahir yang
tak ubahnya jasad dan ruh yang tak dapat terpisah keduanya. Ilmu
tersebut dinamakan juga ilmu bathin sebagaimana pendapat Syekh al-Manawi
dalam kitab Faed al-Qadir dalam menjelaskan hadis Nabi yang artinya :
“Ilmu itu dua macam, ilmu yang ada dalam qalbu,
itulah ilmu yang bermanfaat dan ilmu yang diucapkan oleh lidah adalah ilmu
hujjah/hukum, atas anak cucu Adam. Dari Abi Syaebah dan Hakim dari Hasan dan
dikatakan Syekh al-Manawi bahwa ilmu bathin itu keluar dari qalbu dan ilmu
dhahir itu keluar dari lidah”.
Bahwa ilmu bathin yang keluar
dari qalbu itu adalah tasawuf, yang dikerjakan dan diamalkan oleh
qalbu atau hati, dan ilmu dhahir yang keluar dari lidah adalah
ilmu yang diucapkan oleh lidah dan diamalkan oleh jasad yang disebut
juga ilmu syari’ah.
Ilmu tersebut tidak dapat terpisah keduanya karena ilmu dhahir diucapkan
dan digerakkan oleh tubuh/jasad dan ilmu bathin diamalkan oleh qalbu
dan serentak pengamalannya bersamaan keduanya. Hal tersebut menunjukkan bahwa
ilmu tersebut tidak dapat dipisahkan keduanya bahkan makin dalam ilmu Tasawuf
seseorang itu semakin mendalam pula pengamalan syari’at-nya dan
kewarasannya. Seorang Sufi sangat menjaga syari’at-nya dan bathin-nya,
bahkan keluar masuk nafasnya dan khatar (kata hatinya) itu, juga
dipeliharanya.
B. Rumusan
Masalah
1.apa
pengertian tasawuf ?
2. darimana
asal usul tasawuf ?
3.Bagaimana
perkembangan tasawuf ?
B.
Tujuan
1. Mahasiswa dapat
Mengetahui Pengetian Tasawuf
2. Mahasiswa dapat
Mengetahui asal usul Tasawuf
3. Masiswa dapat
mengetahui perkembangan Tasawuf
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tasawuf
Tasawuf menurut Istilah adalah Mempertajam Mata
Hati (dalam melihat Allah). Menurut Syekh Ahmad bin Athaillah yang
diterjemahkan oleh Abu Jihaduddin Rafqi al-Hānif :
- Berasal dari kata suffah (صفة)=
segolongan sahabat-sahabat Nabi yang menyisihkan dirinya di serambi masjid
Nabawi,
- Berasal dari kata sūfatun (صوفة)=
bulu binatang,
- Berasal dari kata sūuf al sufa’ (صوفة الصفا)= bulu yang terlembut, dengan
dimaksud bahwa orang sufi itu bersifat lemah lembut.
- Berasal dari kata safa’ (صفا)=
suci bersih, lawan kotor. Karena orang-orang yang mengamalkan tasawuf
itu, selalu suci bersih lahir dan bathin dan selalu meninggalkan
perbuatan-perbuatan yang kotor yang dapat menyebabkan kemurkaan Allah.
Pendapat
tersebut di atas menjadi khilaf (perbedaan pendapat) para ulama, bahkan
ada pendapat tidak menerima arti tasawuf dari makna istilah atau asal
kata. Menurut al-Syekh Abd. Wahid Yahya berkata: Banyak perbedaan pendapat
mengenai kata”sufi” dan telah ditetapkan ketentuan yang bermacam-macam,
tanpa ada satu pendapat yang lebih utama dari pendapat lainnya kerena semua itu
bisa diterima.
Pada
hakekatnya, itu merupakan penamaan simbolis. Jika diinginkan keterangan
selanjutnya, maka haruslah kembali pada jumlah bilangan pada huruf-hurufnya
adalah sesuatu yang menakjubkan jika diperhatikan bahwa jumlah dari huruf sufi
sama dengan jumlah“al-Hakim al-Ilahi”, maka seorang sufi yang hakiki
ialah orang yang sudah mencapai hikmah Ilahi yaitu orang arif dengan
Allah, karena pada hakekatnya bahwa Allah tidak dapat dikenal melainkan
dengan-Nya (dengan pertolongan-Nya.
Dengan pendapat para ahli tasawuf tentang arti tasawuf menurut
bahasa tersebut di atas, dapatlah diambil kesimpulan bahwa nama-nama dan
istilah menurut bahasa adalah arti simbolik yang bermakna kebersihan dan
kesucian untuk senantisa berhubungan dengan Allah. Untuk mencapai tingkat ma’rifat
untuk menjadi manusia yang berkualitas lagi kamil.
Dari sekian banyak defenisi yang ditampilkan oleh para ahli tentang tasawuf,
sangat sulit mendefenisikannya secara lengkap karena masing-masing ahli
mendefenisikan tasawuf hanya dapat menyentuh salah satu sudutnya saja,
sebagaimana dikemukakan oleh Anne Marie Schimmel, seorang sejarahwan da n dosen
tasawuf. Sebagai contoh apa yang telah
didefenisikan oleh Syekh al-Imam al-Qusyairi dalam kitabnya Risālah
al-Qusyairiyyah
المراعون انفاسهم مع الله تعالي الحافظون قلوبهم
عن طوارق الغفلة باسم التصوف
‘Orang-orang
yang senantiasa mengawasi nafasnya bersamaan dengan Allah Ta’ala. Orang-orang
yang senantiasa memelihara hati atau qalbunya dari berbuat lalai dan lupa
kepada Allah dengan cara tersebut di atas dinamakan tasawuf.
Menurut Abu
Muhammad al-Jariri yang disebutkan dalam kitab al-Risalah al-kusyairi
beliau ditanya tentang tasawuf, maka ia menjawa :
الدخول في كل خلق سني والخروج من كل خلق دني
‘Masuk dalam
setiap moral yang luhur dan keluar dari setiap moral yang rendah.
Menurut Abd
al-Husain al-Nur memberikan batasan dalam defenisi yang lain yaitu akhlak yang
membentuk tasawuf :
التصوف الحرية والكرم وترك التكلف والسخاء
‘Tasawuf
adalah kemerdekaan, kemurahan tidak membebani diri serta dermawan.
Dengan beberapa pengertian tasawuf tersebut di atas menunjukkan bahwa
hubungan Allah dengan manusia yang tak terpisah, sampai merasuk dalam qalbu
sehingga manusia yang ber-tasawuf itu selalu berada dalam daerah Ilahi
yang qadim, karena manusia dalam pengertian qalbu dan ruh, dapat
dihubungkan dengan Allah seperti firman Allah dalam hadis Qudsi :
قوله تعالي في الحديث القدسي ما وسعني ارضي ولا
سماءي ووسعني قلب عبد المؤمن
‘Allah
berfirman dalam hadis Qudsi, sekiranya Aku, diletakkan di bumi dan langit-Ku
tidak mampu memuat Aku dan qalbu-nya orang mukmin dapat memuat Aku.
Bahwa hadis Qudsi tersebut menggambarkan tentang bumi dan langit tidak dapat
secara langsung dekat Allah swt. Bahkan andaikata Allah swt. Akan ditempatkan
dan diletakkan dalam bumi dan langit itu tidak akan sanggup membawa dan
memuatnya, akan tetapi sekiranya Allah swt. Akan ditempatkan dan diletakkan
dalam qalbu-nya orang mukmin, niscaya akan sanngup dan mampu memuatnya
karena manusia itu lebih tinggi martabatnya, dibandingkan dengan makhluk
lainnya, setelah itu pula manusia mempunyai nur (cahaya dari Allah)
dengan demikian mudah berhubungan, nur dengan nur.
Tasawuf
memiliki 4 huruf yang mempunyai arti sebagai berikut:
1. Taqwa
2. Sabar
3. Warak
4. Fana
B.Asal Usul Tasawuf
Sesungguhnya pengenalan tasawuf
sudah ada dalam kehidupan Nabi saw., sahabat, dan tabi’in. Sebutan yang populer
bagi tokoh agama sebelumnya adalah zāhid, ābid, dan nāsik,
namun term tasawuf baru dikenal secara luas di kawasan Islam sejak
penghujung abad kedua Hijriah. Sebagai perkembangan lanjut dari ke-shaleh-an
asketis (kesederhanaan) atau para zāhid yang mengelompok di
serambi masjid Madinah.
Dalam perjalanan kehidupan, kelompok
ini lebih mengkhususkan diri untuk beribadah dan pengembangan kehidupan rohaniah
dengan mengabaikan kenikmatan duniawi. Pola hidup ke-shaleh-an yang
demikian merupakan awal pertumbuhan tasawuf yang kemudian berkembang
dengan pesatnya. Fase ini dapat disebut sebagai fase asketisme dan
merupakan fase pertama perkembangan tasawuf, yang ditandai dengan
munculnya individu-individu yang lebih mengejar kehidupan akhirat sehingga
perhatiannya terpusat untuk beribadah dan mengabaikan keasyikan duniawi. Fase asketisme
ini setidaknya sampai pada dua Hijriah dan memasuki abad tiga Hijriah sudah
terlihat adanya peralihan konkrit dari asketisme Islam ke sufisme.
Fase ini dapat disebut sebagai fase kedua, yang ditandai oleh antara lain
peralihan sebutan zāhid menjadi sufi. Di sisi lain, pada kurun
waktu ini, percakapan para zāhid sudah sampai pada persoalan apa itu
jiwa yang bersih, apa itu moral dan bagaimana metode pembinaannya dan
perbincangan tentang masalah teoritis lainnya.
C.Perkembangan
Tasawuf
Perilaku umat masih sangat stabil.
Sisi akal, jasmani dan ruhani yang menjadi garapan Islam masih dijalankan
secara seimbang. Cara pandang hidupnya jauh dari budaya pragmatisme,
materialisme dan hedonisme. Tasawuf sebagai nomenklatur sebuah perlawanan
terhadap budaya materialisme belum ada, bahkan tidak dibutuhkan. Karena Nabi, para
Shahabat dan para Tabi\'in pada hakikatnya sudah sufi: sebuah perilaku yang
tidak pernah mengagungkan kehidupan dunia, tapi juga tidak meremehkannya.
Selalu ingat pada Allah Swt sebagai sang Khaliq
Ketika kekuasaan Islam makin meluas. Ketika kehidupan ekonomi dan sosial makin
mapan, mulailah orang-orang lalai pada sisi ruhani. Budaya hedonisme pun
menjadi fenomena umum. Saat itulah timbul gerakan tasawuf (sekitar abad 2
Hijriah). Gerakan yang bertujuan untuk mengingatkan tentang hakikat hidup.
Konon, menurut pengarang Kasf adh-Dhunun, orang yang pertama kali
dijuluki as-shufi adalah Abu Hasyim as-Shufi.
D.Sumber-sumber
Ajaran Tasawuf
Ajaran
Tasawuf mengambil dari :
1.Ayat-ayat suci
Al-Qur’an
2.Prikehidupan,
prilaku, dan perkataan Rasulullah SAW dan,
3.Prikehidupan
para sahabat yang sholeh dan para Nabi Muhammad SAW
Ketiga sumber ini dipegang teguh oleh kaum sufi
periode – periode pertama, seperti gerakan zuhud-Nya Hasan Al-Bashary dan
Rabi’ah al- ‘Adawiyah sampai munculnya thariqah- thariqah (tarekat) pada abad
ke IV H. Oleh karena itu gerakan tasawuf pada awal perkembangannya adalah murni
Islami, hingga datang sebagian penganut aliran tasawuf yang memasukan ajaran
mistik dan falsafah asing sebagai sumber ajarannya. Ketika itu muncullah ajaran-
ajaran dan konsep- konsep tasawuf yang merupakan hasil campuran dari mistik
islam , mistik asing, dan falsafah. Gerakan dari sufi yang dicampuri ajaran
falsafah disebut Tasawuf Falsafi. Gerakan ini sering melahirkan konsep- konsep
tasawuf yang dianggap menyimpang oleh pandangan islam umumnya dan kalangan sufi
lainnya, seperti ajaran tentang fana ( peluruhan eksisensi diri bersama
(eksistensi Tuhan) dan konsep penyatuan diri dengan Tuhan ( ittihad,
wihdatul-wujud, atau hulul).
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
1.Akhlak merupakan ajaran islam yang menyangkut
masalah-masalah kehidupan yang berkaitan dengan ketentuan-ketentuan dan ukuran-ukuran baik buruk atau benar salahnya suatu perbuatan
lahir maupun batin, baik perbuatan yang hanya menyangkut diri pribadi atau yang
berkaitan dengan orang lain atau dengan alam.
2.Akhlak berkaitan dengan ajaran bagaimana
seharusnya seseorang bertindak sehingga ia dapat mengukur dan diukur
moralitasnya. Dengan begitu ia dapat ditentukan apakah ia bermoral atau tidak
bermoral, berdasarkan kaidah-kaidah moral yang telah ditetapkan Islam.
3.Tasawuf merupakan ekspresi batin dari akhlak
islami yang ditempuh oleh kaum beriman dalam proses penyucian diri. Tujuan
utama orang menempuh jalan tasawuf adalah keinginan kuat untuk merasa dekat
dengan Allah SWT, sehingga Allah dirasakan hadir di dalam dirinya.
4.Rasulullah Saw., adalah model kepribadian
yang sempurna dalam menampilkan nilai-nilai moral ketuhanan dalam kehidupan.
Pada dirinya ada contoh-contoh bagaimana menerapkan nilai-nilai ketuhanan itu
dalam kehidupan nyata umat manusia.
B.Kritik dan
Saran
Akhirnya
selesai makalah saya yang membahas tentang Tasawuf. Sungguh masih banyak kekurangan yang harus
saya perbaiki dalam menyusun makalah
ini. Apabila terdapat kesalahan menulis saya mohon maaf, karena yang namanya
manusia tidak luput dari kesalahan dalam menulis. Kritik dan saran dari pembaca
akan saya tunggu. Terima Kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Fahrudin, agus.
Dkk. (2011). Generasi Muslim Sejati. Bandung: Adzkia Design & Printing.
Ilyas, yasril. (2004). ISLAM Doktrin dan Dinamika Umat. Bandung: Value Press.
Majid, Abdul. dkk. (2009). Islam Tuntunan dan Pedoman Hidup. Bandung: Value Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar