MAKALAH
SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI PENDIDIKAN
HUBUNGAN GURU DAN WALI MURID
HUBUNGAN GURU DAN MASYARAKAT
SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI PENDIDIKAN
HUBUNGAN GURU DAN WALI MURID
HUBUNGAN GURU DAN MASYARAKAT
DOSEN PEMBIMBING
Drs.H.Kusdani,M.Pdi
Drs.H.Kusdani,M.Pdi
Disusun oleh:
HAYATUN SAKINAH
NIMKO : 1216.15.1369
HAYATUN SAKINAH
NIMKO : 1216.15.1369
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DINIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PEKANBARU
2016
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Guru,
Orangtua dan Masyarakat
B. Hubungan Guru Dengan Orang Tua/Wali Murid
C. Hubungan Guru Dengan Masyarakat
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah
Kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang mana dengan Taufiq dan
Hidayah serta Inayah-Nya,saya dapat
menyelesaikan makalah sederhana ini.
Semoga
shalawat dan salam senantiasa
dilimpahkan Allah SWT.,kepada Nabi Muhammad Saw seluruh keluarganya, para
sahabat,tabi’in,dan tabi’it-tabi’in, serta para pengikut setia Beliau hingga
akhir zaman.
Makalah
ini membahas tentang “HUBUNGAN GURU DENGAN WALI MURID DAN HUBUNGAN GURU
DENGAN MASYARAKAT” yang dirangkum dari beberapa sumber, dengan maksud agar
memudahkan Mahasiswa dalam mempelajari materi Desain pembelajaran.
Semoga
dengan tersusunnya makalah ini, bisa dijadikan sebagai pelajaran dan bermanfaat
untuk kita semua, amin.
Pekanbaru,29 Maret 2016
Hayatun Sakinah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan
pendidikan dan masyarakat memberi dampak yang signifikan terhadap hasil proses
pendidikan. Awal mula pendidikan di mulai dari keluarga sebelum masuk jalur
pendidikan formal. Ketika siswa/anak didik telah masuk jalur pendidikan formal
tidak berarti tanggung jawab pendidikan sepenuhnya berpindah ke tangan
guru/pendidik. Peranan orangtua juga sangat menentukan tingkat perkembangan
anak dalam menempuh pendidikan.
Ciri khas
manusia adalah kemampuannya dalam mendidik
dan dididik melalui aktivitas pendidikan. Pendidikan adalah aktivitas dari
kebudayaan dan merupakan aktivitas pembudayaan sehingga pendidikan menjadi
suatu instrumen untuk mentransmisikan kebudayaan pada generasi baru. Dalam sistem kehidupan
bermasyarakat yang berbudaya, orangtua, guru, dan anak didik sebenarnya
terlibat aktif dan langsung dalam berbagai aktivitas budaya. Walaupun posisi
untuk setiap elemen tersebut berbeda-beda, tetapi tetap saling mendukung.
Keadaan saling mendukung itulah yang menuntut adanya hubungan interaksi antara guru/pendidik
dengan orangtua. Karena sistem pendidikan Indonesia tidak terlepas dari
dukungan dan pantauan orangtua. Guru dan orangtua harus benar-benar
memperhatikan setiap hubungan yang terjalin. Fenomena yang terlihat seolah-olah
antara guru dan orangtua seperti ada pengotakan-pengotakan. Artinya guru
seperti membatasi ruang gerak orangtua dan orangtua membatasi ruang gerak guru.
Belum lagi ditambah bila ada permasalahan pribadi antara guru dan orangtua.
Kenyataan inilah yang sebenaranya perlu diluruskan karena sebenarnya kedudukan
orangtua dan guru dihadapan anak adalah panutan atau teladan. Jadi, posisinya
sama. Orangtua memberi rasa aman dan kepercayaan pada anak, guru juga melakukan
hal itu. Sehingga apa yang didapatkan oleh anak di rumah sama dengan di sekolah
dari segi perlakuan walaupun tidak menutup kemungkinan ada memang hal-hal yang
tidak sama.
Menaggapi
hal inilah, pembahasan tentang hubungan guru dan orangtua serta masyarakat perlu
untuk dibahas dan dikaji secara teori dan praktik sehingga didapat sebuah ide
atau suatu bentuk pemahaman yang sama terhadap apa yang seharusnya dilakukan
oleh guru dan orangtua supaya hubungan tersebut berjalan harmonis.
Sekolah
merupakan lembaga sosial yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat
lingkungannya, sebaliknya masyarakat pun tidak dapat dipisahkan dari sekolah
sebab keduanya memiliki kepentingan, sekolah merupakan lembaga formal yang diserahi mandat untuk
mendidik, melatih, dan membimbing generasi muda bagi peranannya di masa depan,
sementara masyarakat merupakan pengguna jasa pendidikan itu.
Mohammad
Noor Syam, dalam bukunya Filsafat Pendidikan Dan Dasar Filsafat Pendidikan
Pancasila, mengemukakan bahwa hubungan masyarakat dengan pendidikan sangat
bersifa korelatif, bahkan seperti telor dengan ayam. Masyarakat maju karena
pendidikan dan pendidikan yang maju hanya akan ditemukan dalam masyarakat yang
maju pula. [1]
Hubungan
sekolah dengan masyarakat merupakan bentuk hubungan komunikasi ekstern
yang dilaksanakan atas dasar kesamaan tanggung jawab dan tujuan. Masyarakat
merupakan kelompok individu–individu yang berusaha menyelenggarakan pendidikan
atau membantu usaha-usaha pendidikan. Dalam masyarakat terdapat lembaga-lembaga
penyelenggaran pendidikan, lembaga keagamaan, kepramukaan, politik, sosial,
olah raga, kesenian yang bergerak dalam usaha pendidikan. Dalam masyarakat juga
terdapat individu-individu atau pribadi-pribadi yang bersimpati terhadap
pendidikan di sekolah.
Hubungan
sekolah dengan masyarakat adalah suatu proses komunikasi antarasekolah dengan
masyarakat untuk meningkatkan pengertian masyarakat tentang kebutuhan serta
kegiatan pendidikan serta mendorong minat dan kerjasama untuk masyarakat dalam
peningkatan dan pengembangan sekolah. Hubungan sekolah dengan masyarakat ini
sebagai usaha kooperatif untuk menjaga dan mengembangkan saluran informasi dua
arah yang efisien serta saling pengertian antara sekolah, personalia sekolah
dengan masyarakat. Hal ini dipertegas Mulyasa (2003) bahwa Tujuan hubungan
sekolah dengan masyarakat dapat ditinjau dari dua dimensi yaitu kepentingan
sekolah dan kebutuhan masyarakat.
B. Rumusan masalah
Untuk
memfokuskan makalah ini, maka saya buat makalah ini dengan rumusan masalah
sebagai berikut :
1.
Pengertian
guru
2.
Pengertian
orangtua
3.
Pengertian
masyarakat
4.
Hubungan
guru dengan wali murid/orangtua
5.
Hubungan
guru dengan masyarakat
C. Tujuan
1.
Menyadarkan
sekolah umumnya dan para guru khususnya bahwa sekolah adalah bagian dari
masyarakat. Sehingga sekolah dan masyarakat terjadi kerjasama yang erat.
2.
Mengetahui
bahwa guru,orangtuadan masyarakat sangat berpengaruh pada peserta didik
3.
Guru
meningkatkan pemahamannya terhadap latar belakang orangtua dan masyarakat
tempat dimana ia belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Guru, Orangtua dan Masyarakat
1.
Pendidik/Guru
Guru
adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.
2. Orang Tua Peserta Didik
Orang
tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah ibu dan merupakan hasil
dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga.
Yang mana orang tua memiliki tanggung jawab terhadap anaknya.
3. Masyarakat
Masyarakat adalah sejumlah manusia yang merupakan satu
kesatuan golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama yang mana
sejumlah manusia tersebut saling tergantung satu sama lain.
B. Hubungan Guru Dengan Orang Tua/Wali Murid
Cara
untuk menciptakan hubungan antara pendidik dengan orang tua peserta didik
adalah:
1.
Guru berusaha membina hubungan
kerja sama yang efektif dan efisien dengan orangtua/wali siswa dalam
melaksanakan proses pendidikan.
2.
Guru memberikan informasi kepada
orangtua/wali secara jujur dan objektif mengenai perkembangan peserta didik.
3.
Guru merahasiakan informasi setiap
peserta didik kepada orang lain yang bukan orangtua/walinya.
4.
Guru memotivasi orangtua/wali siswa
untuk beradaptasi dan berpartisipasi dalam memajukan dan meningkatkan kualitas
pendidikan.
5.
Guru berkomunikasi secara baik
dengan orangtua/wali siswa mengenai kondisi dan kemajuan peserta didik dalam
proses kependidikan pada umumnya.
6.
Guru menjunjung tinggi hak
orangtua/wali siswa untuk berkonsultasi dengannya berkaitan dengan
kesejahteraan, kemajuan, dan cita-cita anak.
7.
Guru tidak boleh melakukan hubungan
dan tindakan professional dengan orangtua/wali siswa untuk memperoleh
keuntungan-keuntungan pribadi. [2]
Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan
pendidikan di tempat-tempat tertentu. Guru menempati kedudukan terhormat di
masyarakat. Kewibawaanlah yang membuat mereka dihormati. Para orangtua yakin
bahwa gurulah yang dapat mendidik anak didik mereka agar menjadi orang yang
berkepribadian mulia. Jadi guru, adalah sosok figur yang menempati posisi dan
memegang peranan penting dalam pendidikan. Menjadi guru berdasarkan tuntutan
pekerjaan adalah suatu pekerjaan yang mudah, tetapi menjadi guru berdasarkan
panggilan jiwa dan tuntutan hati nurani adalah tidak mudah (Djamarah, 2005).
Orangtua
adalah orang yang telah melahirkan kita atau orang yang mempunyai pertalian
darah. Orangtua juga merupakan public figure yang pertama
menjadi contoh bagi anak-anak. Karena pendidikan pertama yang didapatkan anak-anak
adalah dari orangtuanya. Orangtua dan guru adalah satu tim dalam
pendidikan anak, untuk itu keduanya perlu menjalin hubungan baik . bagi
anak-anak yang sudah masuk sekolah, waktunya lebih banyak dihabiskan bersama para guru daripada dengan orangtua.
Kedengarannya mungkin agak mengejutkan, tapi memang begitulah kenyataannya.
Ketika orangtua pulang dari tempat bekerja, anak-anak biasanya juga baru tiba
dari mengikuti kegiatan setelah jam sekolah. Hanya tersisa waktu beberapa jam
saja untuk makan malam bersama, menyelesaikan pekerjaan rumah dan mungkin
menghadiri acara anak-anak. Setelah itu semuanya tidur.
Memang
benar semua kegiatan sehari-hari yang dilakukan orangtua adalah
penting. Dan memang banyak orangtua yang bisa menggunakan dengan baik waktu
makan malam bersama, ketika membantu anak mengerjakan tugas sekolah di rumah,
dan ketika mengantar anak ke sekolah. Tapi perlu diingat, pada saat yang sama
ada orang dewasa lain yang juga mengajari, mempengaruhi dan bersenang-senang
dengan anak-anak kita selama 6 jam sehari, yaitu guru mereka.
Anak-anak
umumnya bisa melakukan tugas-tugas mereka dengan baik ketika di sekolah.
Sebagian di antaranya bahkan mungkin lebih mudah mempercayai guru mereka. Untuk
itu, perlu kiranya setiap orangtua mengetahui dengan baik sosok guru yang
mengajar anak-anaknya. Hal ini penting karena dalam pendidikan sekolah,
orangtua dan guru harus menjadi satu tim yang baik.
Jika
orangtua dan guru bisa saling mengenal dan mempercayai, maka anak-anak tidak
akan menentang salah satu dari mereka, ketika anak-anak itu malas atau
menghindar dari tugas-tugasnya. Pengertian di antara orangtua dan guru
menjadikan masalah kecil tidak berkembang menjadi besar, dan masalah besar bisa
diselesaikan dengan lebih baik. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
agar terjalin hubungan baik antara orangtua dan guru.
a.
Perkenalkan
anak dengan gurunya
b.
Mendatangi pertemuan
orangtua-guru
c.
Senantiasa
berprasangka baik kepada guru
d.
Berkomunikasilah
secara teratur
e.
Berikanlah
sumbangan
Anda
dan guru sama-sama menginginkan yang terbaik untuk pendidikan anak-anak. Jika
Anda mendengar kabar yang buruk tentang guru, apakah ia galak, jahat, atau tidak obyektif, maka tetap pertahankan
hubungan baik Anda dengan sang guru. Cari tahu masalah yang sebenarnya dengan
menghubungi guru itu secara sopan. Jangan mengeluarkan kata-kata yang buruk
mengenai guru di depan anak Anda. Tetap fokus terhadap masalah yang dihadapi,
jadikan itu latihan bagi Anak bersikap terbuka. [3]
Fungsi/Peran
Guru dan Orangtua
Melirik
posisi guru bagi peserta didik sama dengan posisi orangtua mereka sendiri.
Hanya saja bedanya bukan orang yang melahirkan mereka. Guru adalah orangtua
kedua bagi anak-anak ketika mereka berada di sekolah. Sedangkan orangtua mereka
yang pertama adalah orang yang melahirkan mereka lahir atau yang ada hubungan
pertalian darah. Dari hal itu, terlihatlah bahwasanya walau posisi berbeda
namun peranannya hampir sama sehingga sudah sepantasnya kedua orangtua tersebut
berpartisipasi dan berinteraksi aktif guna membangun perkembangan anak yang
mapan. Dalam upaya menempatkan fungsi dan peran di lingkungan sekolah, orangtua
siswa juga dapat bergabung dengan komite sekolah dengan ketentuan-ketentuan
yang ada.
C. Hubungan Guru Dengan Masyarakat
Masyarakat
yang dimaksud adalah orang tua atau wali peserta didik, anggota keluarga yang
lain atau semua orang yang tinggal di sekitar lingkungan sekolah. Dalam konteks
menyeluruh masyarakat merupakan tempat anak hidup dan belajar kemudian
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Adapun cara untuk menciptakan
hubungan antara pendidik dengan masyarakat adalah:
1.
Guru menjalin komunikasi dan
kerjasama yang harmonis, efektif, dan efisien dengan masyarakat untuk memajukan
dan mengembangkan pendidikan.
2.
Guru mengakomodasi aspirasi
masyarakat dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan dan
pembelajaran.
3.
Guru peka terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat.
4.
Guru bekerja sama secara arif
dengan masyarakat untuk meningkatkan prestise dan martabat profesinya.
5.
Guru melakukan semua usaha untuk
secara bersama-sama dengan masyarakat berperan aktif dalam pendidikan dan
meningkatkan kesejahteraan peserta didiknya.
6.
Guru memberikan pandangan
profesional, menjunjung tinggi nilai-nilai agama, hukum, moral, dan kemanusiaan
dalam berhubungan dengan masyarakat.
7.
Guru tidak boleh membocorkan
rahasia sejawat dan rahasia peserta didiknya kepada masyarakat.
8.
Guru tidak boleh menampilkan diri
secara eksklusif dalam kehidupan masyarakat.
Tidak
bisa kita pungkiri bahwa pendidikan tidak hanya terjadi di sekolah. Namun,
pendidikan terjadi pula di lingkungan keluarga dan masyarakat. Masing-masing
lingkungan bertanggungjawab melaksanakan
perannya dalam pendidikan untuk mencapai
suatu tujuan tanpa terpisah satu sama lain. Ketiganya adalah satu mata rantai yang tak terpisahkan dalam
mencapai suatu tujuan pendidikan. Mereka secara tidak langsung telah menjalin
kerjasama yang erat dalam pendidikan.
Kerjasama
pendidikan yang dilakukan ketiga macam lingkungan ini, adalah:
1.
Orang
tua anak meletakan pendidikan dasar nilai-nilai moral dan agama sejak
kelahirannya.
2.
Sekolah,
mengajarkan berbagai materi pendidikan berupa ilmu dan keterampilan
3.
Masyarakat
mengontrol, menyalurkan dan membina serta meningkatkannya. Karena masyarakat
adalah pemakai atau the user
Seperti
dalam sebuah keluarga, setiap anggota keluarga tentu melakukan hubungan yang
harmonis guna mencapai tujuan keluarga yang bahagia. Begitu pun sekolah,
sebagai masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat harus menjalin
hubungan yang baik antar keduanya guna mencapai tujuan secara bersama-sama.
Dalam hal ini semua warga sekolah harus bisa membaur dengan masyarakat sekitar,
terutama seorang guru yang merupakan panutan bagi seorang anak didik.
Dalam
meningkatkan hubungan guru/sekolah dengan masyarakat terjamin baik dan
berlangsung kontinu, maka diperlukan peningkatan profesi guru dalam hal
berhubungan dengan masyarakat. Guru disamping mampu melakukan tugasnya
masing-masing di sekolah, mereka juga diharapkan dapat dan mampu melakukan
tugas-tugas hubungan dengan masyarakat. Mereka bisa mengetahui
aktivitas-aktivitas masyarakatnya, paham akan adat istiadat, mengerti
aspirasinya, mampu membawa diri di tengah-tengah masyarakat, bisa berkomunikasi
dengan mereka dan mewujudkan cita-cita mereka. Seperti yang dikatakan oleh IIF
Khoiru Ahmadi, dkk, bahwa dalam pasal 8 Undang-Undang Republik Indonesia
nomor 14 tahun 2005 kompetensi guru meliputi kompetensi pedagigik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.[4]
Kompetensi
sosial yang harus dimiliki seorang guru adalah sebagai berikut ;
1.
Berkomunikasi
lisan, tulisan dan/atau isyarat
2.
Bergaul
secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
pimpinan satuan pendidikan, orang tua/wali peserta didik.
3.
Bergaul
secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem
nilai yang berlaku
4.
Menerapkan
prinsip-prinsip persaudaraan dan semangat kebersamaan
Dari
penjelasan kompetensi sosial yang harus dimiliki seorang guru di atas, salah
satunnya adalah mampu membaur dengan masyarakat dengan mengindahkan norma dan
nilai yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Untuk mencapai hal itu diperlukan
kompetensi dan perilaku dari guru yang cocok dengan struktur sosial masyarakat
setempat, sebab ketika kompetensi dan perilaku guru tidak cocok dengan struktur
sosial dalam masyarakat maka akan terjadi benturan pemahaman dan salah
pengertian terhadap program yang dilaksanakan sekolah dan berakibat tidak
adanya dukungan masyarakat terhadap sekolah, padahal sekolah dan masyarakat
memiliki kepentingan yang sama dan peran yang strategis dalam mendidik dan
menghasilkan peserta didik yang berkualitas.
Hubungan
dengan masyarakat tidak saja dibina oleh guru tetapi juga dibina oleh
personalia lain yang ada disekolah. Hal ini sesuai dengan pendapat Pidarta
(1999) yang mengatakan bahwa selain guru, anggota staf yang lain seperti para
pegawai, para petugas bimbingan dan konseling, petugas-petugas medis, dan
bahkan juga pesuruh dapat melakukan hubungan dengan masyarakat, sebab mereka
ini juga terlibat dalam pertemuan-pertemuan, pemecahan masalah, dan
ketatausahaan hubungan dengan masyarakat. Namun yang lebih banyak menangani hal
itu adalah guru sehingga guru-gurulah yang paling dituntut untuk memiliki
kompetensi dan perilaku yang cocok dengan struktur sosial.
Kemampuan
guru membawa diri baik di tengah masyarakat dapat mempengaruhi penilaian
masyarakat terhadap guru. Guru harus bersikap sesuai dengan norma-norma yang
berlaku di masyarakat, responsif dan komunikatif terhadap masyarakat, toleran
dan menghargai pendapat mereka. Bila tidak mampu menampilkan diri dengan baik
sangat mungkin masyarakat tidak akan menghiraukan mereka. Bertalian dengan hal
itu Pidarta (1999) menegaskan bahwa keadaan seperti itu akan menimbukan cap
kurang baik terhadap guru. Citra guru di mata masyarakat menjadi pudar. Oleh
karena itu kewajiban sekolah untuk menegakkan wibawa guru di tengah masyarakat
dengan terus menyesuaikan diri sambil ikut memberikan pencerahan kepada
masyarakat.
Manfaat Hubungan Guru Dengan Masyarakat
Manfaat
hubungan dengan masyarakat sangat besar bagi peningkatan kinerja guru melalui
peningkatan aktivitas-aktivitas bersama, komunikasi yang kontiniu dan proses
saling memberi dan saling menerima serta membuat instrospeksi sekolah dan guru
menjadi giat dan kontinu. Setiap aktivitas guru dapat diketahui oleh masyarakat
sehingga guru akan berupaya menampilkan kinerja yang lebih baik. Hal ini
dipertegas Pidarta (1999) yang menyatakan bahwa bila guru tidak mau belajar dan
tidak mampu menampilkan diri sangat mungkin masyarakat tidak akan menghiraukan
mereka. Keadaan ini seringkali menimbulkan cap kurang baik terhadap guru. Citra
guru di mata masyarakat menjadi pudar.
Manfaat
hubungan yang erat, selaras dan saling menguntungkan antara guru dan
masarakat secara terperinci adalah:[5]
A. Bagi
sekolah/guru
1.
Sekolah
mendapat masukan dalam penyempurnaan pendidikan/pengajaran.
2.
Memberikan
pengalaman langsung dan praktis bagi siswa dalam berbagai hal
3.
Lebih
mengenal lingkungan sosio-budaya masyarakat yang penting dalam kesatuan dan
persatuan bangsa
4.
Mendekati
masalah secara interdisipliner
5.
Mengerti
dan harus tanggap terhadap kebutuhan masyarakat dalam masa pembangunan ini
6.
Terdorong
untuk mengerti lebih dalam tentang berbagai segi masyarakat, maka ada motivasi
mengadakan penelitian, untuk kepentingan berbagai pihak.
7.
Memanfaatkan
nara sumber dari masyarakat
8.
Sekolah
banyak menerima bantuan dari masyarakat, antara lain pemikiran, dana, sarana
dan lain-lain.
9.
Memanfaatkan
masyarakat sebagai laboratorium yang sesuai dengan keperluan siswa/mata
pelajaran tertentu.
B. Bagi masyarakat
1.
Adanya
bantuan tenaga terdidik pada bidangnya, ini ikut memperlancar pembangunan di
lingkungan masyarakat yang bersangkutan.
2.
Masyarakat
akan dapat secara terbuka menyatakan realita di masyarakat tersebut kepada para
terdidik yang datang/ada di lingkungan masyarakat tersebut.
3.
Meningkatkan
cara berfikir, bersikap dan bertindak yang lebih maju terhadap program
pemerintah di lingkungan masyarakat tersebut.
4.
Masyarakat
akan lebih mengenal fungsi sekolah untuk pembangunan bagi mereka sehingga
mereka ikut memiliki sekolah itu
5.
Masyarakat
terdorong untuk makin maju dalam berbagai bidang kehidupannya, berkat kerjasama
antara masyarakat dan sekolah.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Tugas
utama guru adalah berusaha mengembangkan segenap potensi siswanya secara
optimal, agar mereka dapat mandiri dan berkembang menjadi manusia-manusia yang
cerdas, baik cerdas secara fisik, intelektual, sosial, emosional, moral
dan spiritual. Sebagai konsekuensi logis dari tugas yang diembannya, guru
senantiasa berinteraksi dan berkomunikasi dengan siswanya.
Orangtua adalah orang yang telah melahirkan kita atau orang yang
mempunyai pertalian darah. Orangtua juga merupakan public
figure yang pertama menjadi contoh bagi anak-anak. Karena pendidikan
pertama yang didapatkan anak-anak adalah dari orangtuanya. Orangtua dan
guru adalah satu tim dalam pendidikan anak, untuk itu keduanya perlu menjalin
hubungan baik.
Kemampuan
guru membawa diri baik di tengah masyarakat dapat mempengaruhi penilaian
masyarakat terhadap guru. Guru harus bersikap sesuai dengan norma-norma yang
berlaku di masyarakat, responsif dan komunikatif terhadap masyarakat, toleran
dan menghargai pendapat mereka. Bila tidak mampu menampilkan diri dengan baik
sangat mungkin masyarakat tidak akan menghiraukan mereka. Bertalian dengan hal
itu Pidarta (1999) menegaskan bahwa keadaan seperti itu akan menimbukan cap
kurang baik terhadap guru. Citra guru di mata masyarakat menjadi pudar. Oleh
karena itu kewajiban sekolah untuk menegakkan wibawa guru di tengah masyarakat
dengan terus menyesuaikan diri sambil ikut memberikan pencerahan kepada
masyarakat.
B. Saran
Akhirnya selesailah makalah saya yang membahas tentang hubungan guru
dengan wali murid dan hubungan guru dengan masyarakat. Sungguh, masih banyak
kekurangan yang harus saya perbaiki dalam penyusunan makalah ini. Apabila
terdapat kesalahan penulisan saya mohon maaf, kritik dan saran dari pembaca
akan saya tunggu. Terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru
dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif: Suatu Pendekatan Teoretis
Psikologis. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Fuad Ihsan. 2011.Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Iif
Khoiru Ahmadi,dkk. 2011.Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu. Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Mohammad Noor Syam. 1986. Filsafat
Pendidikan Dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila, Usaha Nasional.
Surabaya.
file:///C:/Documents%20and%20Settings/All%20Users/My%20Documents/Downloads/kode-etik-guru-di-indonesia.html
[di/pc/www.hidayatullah.com].2010.
[1]
Mohammad Noor Syam. Filsafat Pendidikan Dan Dasar Filsafat
Pendidikan Pancasila, Usaha Nasional. Surabaya. 1986. Hlm.199.
[2]file:///C:/Documents%20and%20Settings/All%20Users/My%20Documents/Downloads/kode-etik-guru-di-indonesia.html
[3]
di/pc/www.hidayatullah.com
[4]
Iif
Khoiru Ahmadi,dkk.Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu. Prestasi
Pustaka: Jakarta. 2011. hlm.237.
[5]
Fuad
Ihsan. Dasar-Dasar Kependidikan.PT Rineka Cipta:Jakarta.2011.hlm.105.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar