Bahasa Indonesia Rahmawati M.Sy
MAKALAH
KALIMAT EFEKTIF
Disusun oleh:
Ega Muliani
NIM: 015-594
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DINIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PEKANBARU
2015
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikm
Wr. Wb.
Alhamdulillah
dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah swt yang maha pengasih dan
penyayang yang telah memberikan rahmat, hidayah dan inayahnya kepada saya,
sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tentang “KALIMAT EFEKTIF”.
Makalah ini merupakan salah satu
tugas yang di berikan kepada saya dalam rangka pengembangan dasar ilmu bahasa
indonesia yang berkaitan dengan kalimat efektif. Selain itu tujuan dari
penyusunan makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang pengetahuan Bahasa
secara meluas.
Akhirnya
saya menyadari dalam penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan hati saya menerima kritik dan saran agar
penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Semoga laporan ini memberi
manfaat bagi banyak pihak. Amiin.
Wassalamu’alikum
Wr. Wb.
Pekanbaru,
Oktober 2015
Ega
Muliani
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
BAB II TELAAH PUSTAKA
B. PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF
C. UNSUR-UNSUR KALIMAT
EFEKTIF
1. Subjek (S)
2. Predikat (P)
3. Objek (O)
4.Pelengkap (pel)
5. Keterangan (ket)
D. CIRI-CIRI KALIMAT EFEKTIF
1) Kesepadanan
2) Keparalelan
Keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu.
Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama
menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Contoh:
3) Ketegasan
4) Kehematan
5) Kecermatan
6) Kepaduan
E. STRUKTUR KALIMAT EFEKTIF
KESIMPULAN
DAN SARAN
A. KESIMPULAN
B. KRITIK DAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bahasa adalah alat untuk
berkomunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain
pemakai bahasa itu. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan, atau perasaan yang
ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa yang digunakan itu hendaklah
dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau
dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau pembaca. Kalimat yang dapat
mencapai sasarannya secara baik disebut dengan kalimat efektif.
Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai
kalimat-kalimat yang tidak memenuhi syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal ini
disebabkan oleh, antara lain, mungkin kalimat-kalimat yang dituliskan kabur,
kacau, tidak logis, atau bertele-tele. Dengan adanya kenyataan itu, pembaca
sukar mengerti maksud kalimat yang kita sampaikan karena kalimat tersebut tidak
efektif. Berdasarkan kenyataan inilah penulis tertarik untuk membahas kalimat
efektif dengan segala permasalahannya.
Dalam makalah ini, kita dapat
mengetahui beberapa hal yaitu:
1.
Pengertian kalimat efektif
2.
Unsur-unsur kalimat
3.
Ciri-ciri kalimat efektif
5.
struktur kalimat
efektif
Tujuan pembuatan makalah yakni:
1.
Agar tidak
terjadi kesalahan dalam penggunakan bahasa Indonesia sehingga menjadi baik dan benar
2.
Mengetahui
apa dan bagaimana penggunaan kalimat efektif dalam berbahasa
3.
Menjaga
kemurnian bahasa Indonesia
BAB II
TELAAH PUSTAKA
B. PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF
Kalimat efektif adalah kalimat yang
dapat mengungkapkan gagasan penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat
dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah
ukuran kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pada
pendengar atau pembaca. Dengan kata lain, kalimat efektif adalah kalimat
yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga
pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan
lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.
C. UNSUR-UNSUR KALIMAT EFEKTIF
Unsur kalimat adalah fungsi
sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa Indonesia lama lazim disebut jabatan
kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat, yaitu subjek (S), predikat (P),
objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku
sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Unsur
yang lain (objek, pelengkap, dan keterangan).
1. Subjek (S)
Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku,
tokoh, sosok (benda), sesuatu hal, suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok
pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa benda (nominal),
klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh sebagai
berikut ini:
a.
Ayahku sedang melukis.
b.
Meja direktur besar.
c.
Yang berbaju batik dosen saya.
d.
Berjalan kaki menyehatkan badan.
Kata-kata
yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah Subjek. Contoh Subjek yang diisi oleh kata dan frasa benda terdapat pada
kalimat (a) dan (b), contoh Subjek yang diisi
oleh klausa terdapat pada kalimat (c), dan contoh Subjek yang diisi oleh frasa verbal terdapat pada kalimat
(d).
Frasa verbal Merupakan
frase dibentuk dari sekumpulan kata yang memiliki unsur inti pembentukan berupa
kata kerja. Frase verbal berfungsi menduduki unsur gramatikal sebagai predikat
atau adverb (kata keterangan).
Contoh:
1)Aku
turut berbahagia atas pernikahanmu.
2) Gerbang sekolah akan segera ditutup.
2) Gerbang sekolah akan segera ditutup.
Klausa adalah satuan
gramatikal berupa kelompok kata minimal terdiri dari subjek dan predikat serta
berpotensi menjadi kalimat.
2. Predikat
(P)
Predikat (P) adalah bagian kalimat
yang memberitahu melakukan (tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana subjek
(pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat). Selain memberitahu tindakan
atau perbuatan subjek (S), Prediket dapat pula
menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau jati diri Subjek. Termasuk juga sebagai Prediket dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah
sesuatu yang dimiliki oleh Subjek. Predikat
dapat juga berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau adjektive, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal. Perhatikan
contoh berikut:
a.
Kuda meringkik.
b.
Ibu sedang
tidur siang.
Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah Prediket. kata meringkik
pada kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok kata sedang tidur siang pada kalimat (b)
memberitahukan melakukan apa ibu.
Contoh predikat verba: Ibu
memiliki ayam hitam berjumlah 30 ekor
S
P Frasa Ket
3. Objek (O)
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi Prediket. objek pada umumnya diisi oleh nomina (Kata Benda), frasa nominal, atau klausa. Frasa
nominal merupakan frasa yang terbentuk dari dua atau lebih kata yang unsur
intinya adalah kata benda. Oleh karena itu, frasa ini biasa menduduki unsur
subjek atau objek.Letak Objek selalu di belakang Prediket yang berupa
verba transitif, yaitu verba (Kata Kerja) yang menuntut wajib hadirnya Objek,
seperi pad contoh di bawah ini.
a.
Nurul menimang …
b.
Arsitek merancang …
c.
Juru masak menggoreng …
Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh tersebut
adalah Prediket yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan
melengkapi Prediket pada ketiga kalimat itulah yang
dinamakan objek.
4.Pelengkap (pel)
Pelengkap (Pel) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi Predikat. letak Pelengkap umumnya di belakang Predikat yang berupa verba (Kata
Kerja). Posisi seperti itu juga ditempati oleh Objek, dan jenis
kata yang mengisi Pelengkap dan Objek juga sama, yaitu dapat berupa nomina (Kata Benda), frasa nominal, atau klausa. Perhatikan cnntoh di bawah ini:
a.
Ketua MPR membacakan Pancasila.
S
P O
b.
Banyak berlandaskan Pancasila.
S
P Pel
Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang
Pelengkap dan Objek-nya sama-sama diisi oleh nomina Pancasila, jika hendak dipasifkan
ternyata yang bisa hanya kalimat (a) yangmenempatkan Pancasila sebagai Objek.
Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat pasif adalah sebagai berikut:
Pancasila dibacakan oleh ketua
MPR.
S P
O
Posisi Pancasila
sebagai Pelengkap pada
kalimat (b) tidak bisa dipindah ke depan menjadi S dalam kalimat pasif. Contoh
berikut adalah kalimat yang tidak gramatikal.
Frasa nominal
merupakan frasa yang terbentuk dari dua atau lebih kata yang unsur intinya
adalah kata benda. Oleh karena itu, frasa ini biasa menduduki unsur subjek atau
objek.
Contoh:
1) Adik membeli bola kaki. (Frasa nominal sebagai unsur objek).
1) Adik membeli bola kaki. (Frasa nominal sebagai unsur objek).
2)
Gunung Betung meletus. (Frasa nominal sebagai unsur subjek).
Klausa adalah satuan
gramatikal berupa kelompok kata minimal terdiri dari subjek dan predikat serta
berpotensi menjadi kalimat.
5. Keterangan (ket)
Keterangan (Ket) adalah bagian
kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian kalimat yang lainnya.
Unsur Keterangan dapat berfungsi menerangkan S, P,
O, dan Pel. Posisinya bersifat bebas, dapat di awal, di tengah, atau di akhir
kalimat. Pengisi Keterangan adalah
frasa nominal, frasa preporsional, adverbia, atau klausa. Jenis keterangan yaitu tempat, waktu, alat, tujuan, cara, kesalingan,
similatif (alat peraga/alat pembuktian), penyebab, dan penyerta.
Frasa nominal
merupakan frasa yang terbentuk dari dua atau lebih kata yang unsur intinya
adalah kata benda. Oleh karena itu, frasa ini biasa menduduki unsur subjek atau
objek.
Contoh:
1) Adik membeli bola kaki. (Frasa nominal sebagai unsur objek).
1) Adik membeli bola kaki. (Frasa nominal sebagai unsur objek).
2) Gunung Betung
meletus. (Frasa nominal sebagai unsur subjek)
Frasa proporsional yaitu frasa yang unsur pembentukannya menggunakan kata depan.
Frasa proporsional yaitu frasa yang unsur pembentukannya menggunakan kata depan.
Klausa adalah satuan
gramatikal berupa kelompok kata minimal terdiri dari subjek dan predikat serta
berpotensi menjadi kalimat.
Contoh Similatif: Kakek pergi ke sawah membawa cangkul
Similatif
D. CIRI-CIRI KALIMAT
EFEKTIF
Untuk dapat mencapai keefektifan,
suatu kalimat harus memenuhi paling tidak enam syarat berikut, yaitu adanya:
1) Kesepadanan
Kesepadanan
ialah keseimbangan antar pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai.
Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan
kepaduan pikiran yang baik. Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri,
seperti tercantum di bawah ini:
Kalimat itu mempunyai subjek dan
predikat dengan jelas.
Contoh:
a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Salah)
b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Benar)
a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Salah)
b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Benar)
Contoh:
a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu saya kurang jelas.
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut :
a. Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu bagi saya kurang jelas.
a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu saya kurang jelas.
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut :
a. Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu bagi saya kurang jelas.
Kalimat penghubung antara kalimat
tidak dipakai pada kalimat tunggal
Kalimat penghubung antarakalimat
tidak dipakai pada kalimat tunggal adalah kalimat yang menghubungkan antara
kalimat yang satu dengan yang lain.
Contoh:
a. Kami datang
agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya
membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan
dua cara. Pertama, ubahlah kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua
gantilah ungkapan penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung
antarkalimat, sebagai berikut:
a. kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. Atau
Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda motor Suzuki.
a. kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. Atau
Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda motor Suzuki.
Contoh:
a. Bahasa
Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.
b. Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.
Perbaikannyaadalah
sebagai berikut:
a. Bahasa
Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.
b. Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.
2) Keparalelan
Keparalelan adalah kesamaan bentuk
kata yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama
menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga
menggunakan verba.
Contoh:
a.
Harga minyak
dibekukan atau kenaikan secara luwes.
b.
Tahap
terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, memasang
penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua
bentuk kata yang mewakili predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu
dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan
kedua bentuk itu.
Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran karena kata
yang menduduki predikat tidak sama bentuknya, yaitu kata pengecatan,
memasang,pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi
predikat yang nomial, sebagai berikut:
3) Ketegasan
Ketegasan
atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam
sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan
atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan
dalam kalimat.
Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. Penekanannya Harapan presiden.Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. Penekanannya Harapan presiden.Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.
Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
Melakukan pertentangan terhadap ide
yang ditonjolkan
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.
Saudaralah yang bertanggung jawab.
4) Kehematan
Kehematan
dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain
yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan
kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Peghematan di sini mempunyai
arti penghematan terhadap kata yang memang tidakdiperlukan, sejauh tidak
menyalahi kaidah tata bahasa. Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
Perhatikan
contoh:
Karena ia
tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin
serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang.
Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut.
Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.
Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.
Perhatikan
kalimat-kalimat di bawah ini.
a.
Dia hanya
membawa badannya saja.
b.
Sejak dari
pagi dia bermenung.
Kata naik bersinonim dengan ke atas. Kata turun
bersinonim dengan ke bawah.
Kalimat ini
dapat diperbaiki menjadi
a.
Dia hanya
membawa badannya.
b.
Sejak pagi
dia bermenung
Misalnya:
Bentuk tidak baku : para tamu-tamu, beberapa orang-orang
Bentuk tidak baku : para tamu-tamu, beberapa orang-orang
bentuk baku
: para tamu, beberapa orang.
5) Kecermatan
Kecermatan adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan
tafsiran ganda. Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut:
a.
Mahasiswa
perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
b.
Dia menerima
uang sebanyak dua puluh lima ribuan.
Kalimat (a)
memilikimakna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguran tinggi.
Kalimat (b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.
Kalimat (b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.
6) Kepaduan
Kepaduan
ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi
yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
a.
Kalimat yang
padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak
simetris.Oleh
karena itu, kita hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
Misalnya:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak keluar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak keluar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab
b.
Kalimat yang
padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam
kalimat-kalimat
yang berpredikat pasif persona.
Contoh:
Surat itu
saya sudah baca.
Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek
terletak antara agen dan verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk
a. Surat itu sudah saya baca.
a. Surat itu sudah saya baca.
E. STRUKTUR KALIMAT EFEKTIF
Struktur
kalimat efektif haruslah benar. Kalimat
itu harus memiliki kesatuan bentuk, sebab kesatuan bentuk itulah yang menjadikan
adanya kesatuan arti.Sebaliknya kalimat yang strukturnya rusak atau kacau,
tidak menggambarkan kesatuan apa-apa dan merupakan suatu pernyataan yang salah.
Jadi, kalimat efektif selalu
memiliki struktur atau bentuk yang jelas. Setiap unsur yang terdapat di
dalamnya (yang pada umumnya terdiri dari kata) harus menempati posisi yang
jelas dalam hubungan satu sama lain. Kata-kata itu harus diurutkan berdasarkan
aturan-aturan yang sudah dibiasakan. Tidak boleh menyimpang, apalagi bertentangan. Setiap penyimpangan biasanya akan
menimbulkan kelainan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat pemakai bahasa
itu.
Misalnya, Anda akan menyatakan Saya menulis surat buat papa. Efek yangditimbulkannya akan
sangat lain, bila dikatakan:
1.
Buat Papa
menulis surat saya.
2.
Surat saya
menulis buat Papa.
3.
Menulis saya surat buat Papa.
Walaupun kata yang digunakan dalam
kalimat itu sama, namun terdapat kesalahan. Kesalahan itu terjadi karena
kata-kata tersebut (sebagai unsur kalimat) tidak jelas fungsinya.
Demikinlah biasanya yang terjadi
akibat penyimpangan terhadap kebiasaan struktural
pemakaian bahasa pada umumnya. Akibat selanjutnya adalah kekacauanpengertian.
Agar hal ini tidak terjadi, maka si pemakai bahasa selalu berusaha mentaati hukum
yag sudah dibiasakan.
KESIMPULAN
DAN SARAN
A. KESIMPULAN
a) Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili
pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga pndengar/pembaca dapat
memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang
dimasud oleh penulis atau pembicaranya.
b)
Unsur-unsur
dalam kalimat meliputi :
1.
subjek (S)
2.
Predikat (P)
3.
Objek (O
4.
Pelengkap (P)
5.
Keterangan
(Ket)
c)
Ciri-ciri
kalimat efektif yaitu :
1.
Kesepadanan
2.
keparalelan
3.
ketegasan
4.
kehematan
5.
kecermatan
6.
kepaduan
7.
kelogisan
B. KRITIK DAN SARAN
Akhirnya selesailah
makalah saya yang membahas tentang kalimat efektif . Sungguh, masih banyak
kekurangan yang harus saya perbaiki dalam penyusunan makalh ini. Apabila
terdapat kesalahan dalam penulisan saya mohon maaf karna yang namanya manusia tidak
luput dari kesalahan dalam menulis.kritik dan saran dari pembaca akan saya
tunggu. Terima kasih
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Lukman
dkk. 1991. Petunjuk Praktis Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
Finoza, Lamuddin. 2002.. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan Mulia.
Finoza, Lamuddin. 2002.. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan Mulia.
Alek dan H. Achmad H.P. 2010. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta: Kencana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar