Minggu, 07 April 2019

MAKALAH EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD)


Bahasa Indonesia                                   Rahmawati M.Sy

MAKALAH
EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD)


 Disusun oleh:
ROHMAT SOBARI
NIM 015-600


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DINIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PEKANBARU
2015



KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb

            Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan tugas makalah bahasa indonesia ini dengan tema “ Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) ” ini dengan baik. Makalah ini dimaksudkan untuk mengetahui pengertian dan penggunaan ejaan yang disempurnakan dalam sebuah buku. Dan adapun penjelasan yang terdapat dimakalah ini berasal dari beberapa sumber.
            Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih banyak kekurangannya. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis butuhkan demi kesempurnaan isi makalah ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Pekanbaru, Oktober  2015

                                Rohmat Sobari

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………..           i
DAFTAR ISI…………………………………………………………….           ii
BAB I: PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang……………………………………………………          1
B.     Rumusan Masalah………………………………………………...          1
C.     Tujuan…………………………………………………………….          1
BAB II: PEMBAHASAN
A.    Pengertian Ejaan Bahasa Indonesia………………………………….     2
B.     Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia……………………………………..     2
C.     Ruang Lingkup Ejaan Yang Disempurnakan………………………..     3
D.    Penulisan Unsur Serapan…………………………………………….     9
E.  Pemakaian Tanda Baca ………………………..…………………….     10
BAB III: KESIMPULAN………………………………………………….       13
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….......        14












BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan, karena selain digunakan sebagai alat komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi secara tulisan. Di zaman era globalisasi dan pembangunan reformasi demokrasi ini, masyarakat dituntut secara aktif untuk dapat mengawasi dan memahami informasi di segala aspek kehidupan sosial secara baik dan benar. Sebagai bahan pendukung kelengkapan tersebut, bahasa berfungsi sebagai media penyampaian informasi secara baik dan tepat. Dengan penyampaian berita atau materi secara tertulis, diharapkan masyarakat dapat menggunakan media tersebut secara baik dan benar. Dalam memadukan satu kesepakatan dalam etika berbahasa, disinilah peran aturan baku tersebut di gunakan. Dalam hal ini kita selaku warga Negara yang baik hendaknya selalu memperhatikan rambu-rambu ketata bahasaan Indonesia yang baik dan benar.
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah sub materi dalam ketata bahasaan Indonesia, yang memilik peran yang cukup besar dalam mengatur etika berbahasa secara tertulis sehingga diharapkan informasi tersebut dapat di sampaikan dan di pahami secara komprehensif dan terarah. Dalam prakteknya diharapkan aturan tersebut dapat digunakan dalam keseharian masyarakat sehingga proses penggunaan tata bahasa Indonesia dapat digunakan secara baik dan benar.
B.     Rumusan Masalah
            Rumusan masalah dibuat agar mempermudah pembahasan sesuai dengan latar belakang, diantaranya :
    1. Apa yang dimaksud dengan pengertian EYD?
    2. Baagaimana sejarah perkembangan EYD?
    3. Bagaimana ruang lingkup EYD?

C.    Tujuan
            Makalah ini bertujuan :
    1. Untuk mengetahui pengertian EYD
    2.  Untuk mengetahui sejarah  EYD.
    3.  Untuk mengetahui ruang lingkup EYD.



















                                          BAB II
                                   PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
            Ejaan yang disempurnakan adalah ejaan bahasa indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, yaitu  Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Batasan tersebut menunjukan pengertian kata ejaan berbeda dengan kata mengeja. Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata. Sedangkan ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih luas dari sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa.
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan makna. Ibarat sedang mengemudi kendaraan, ejaan adalah rambu lalu lintas yang harus dipatuhi oleh setiap pengemudi. Jika para pengemudi mematuhi rambu-rambu yang ada, terciptalah lalu lintas yang tertib dan teratur. Seperti itulah kira-kira bentuk hubungan antara pemakai bahasa dengan ejaan.
2.2  SEJARAH EJAAN BAHASA INDONESIA
            Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional lahir  pada awal tahun dua puluhan. Namun dari segi ejaan, bahasa indonesia sudah lama memiliki ejaan tersendiri. Berdasarkan sejarah perkembangan ejaan sudah mengalami perubahan sistem ejaan, yaitu :
1. Ejaan Van Ophuysen
            Ejaan ini mulai berlaku sejak bahasa Indonesia lahir dalam awal tahun dua puluhan. Ejaan ini merupakan warisan dari bahasa Melayu yang menjadi dasar bahasa Indonesia.
2. Ejaan Suwandi
            Setelah ejaan Van Ophuysen diberlakukan, maka muncul ejaan yang menggantikan, yaitu ejaan Suwandi. Ejaan ini berlaku mulai tahun 1947 sampai tahun 1972.
3. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan ini mulai berlaku sejak tahun 1972 sampai sekarang. Ejaan ini merupakan penyempurnaan yang pernah berlaku di Indonesia.
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) diterapkan secara resmi mulai tanggal 17 Agustus 1972 dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia  Nomor : 57/1972 tentang peresmian berlakunya “Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan”. Dengan berlakunya EYD, maka ketertiban dan keseragaman dalam penulisan bahasa Indonesia diharapkan dapat terwujud dengan baik.
PERUBAHAN PEMAKAIAN HURUF
DALAM TIGA EJAAN BAHASA INDONESIA
Ejaan yang Disempurnakan (EYD)
(mulai 16 Agustus 1972)
Ejaan Republik
(Ejaan Soewandi)
1947-1972
Ejaan Ophuysen
(1901-1947)
Khusus
Jumat
Yakni
Chusus
Djum’at
Jakni
Choesoes
Djoem’at
Ja’ni
2.3 RUANG LINGKUP EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD)
Ruang lingkup EYD mencakup lima aspek yaitu (1) pemakaian huruf, (2) penulisan huruf, (3) penulisan kata, (4) penulisan unsur, dan (5) pemakaian tanda baca.
1) Pemakaian Huruf
Ejaan bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) dikenal paling banyak menggunakan huruf abjad. Sampai saat ini jumlah huruf abjad yang digunakan sebanyak 26 buah.
a. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan  dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf berikut. Nama setiap huruf disertakan disebelahnya.
b. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u.

c. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
d. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
e. Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu : kh, ng, ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.
2) Penulisan Huruf
Dua hal yang harus diperhatikan dalam penulisan huruf berdasarkan EYD, yaitu (1) penulisan huruf besar, dan (2) penulisan huruf miring. Lebih jelasnya dapat dilihat pada pembahasan berikut :
a. Penulisan Huruf Besar (Kapital)
            Kaidah penulisan huruf besar dapat digunakan dalam berbagai hal sebagai berikut, yaitu :
1.      Digunakan sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat
Misalnya : Dia menulis surat dikamar
2.      Digunakan sebagai huruf pertama petikan langsung
Misalnya : Ayah bertanya “Apakah mahasiswa sudah libur?”
3.      Digunakan sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, kata ganti Tuhan, dan nama kitab suci
Misalnya : * Allah Yang Maha Pengasih lagi Penyayang
                  *Terima kasih atas bimbingan-Mu ya Allah
4.      Digunakan sebagai unsur nama jabatan dan pangkat diikuti nama orang, pengganti nama orang tertentu, nama instansi, dan nama tempat
Misalnya : Dia diangkat menjadi Sekretaris Jenderal Depdiknas
5.      Digunakan sebagai huruf pertama nama orang. Misalnya : Nurhiya
b. Penulisan Huruf Miring
Huruf miring digunakan untuk :
1.      Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan
Misalnya : Majalah Suara Rakyat Surabaya akan terbit
2.      Menegaskan dan mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, dan gabungan kata
Misalnya : Buatlah kalimat dengan menggunakan kata lapang dada
3.      Menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing
Misalnya : Politik devide et impera pernah merajalela di Indonesia
3) Penulisan Kata
               Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan kata, yaitu :
  1. Kata Dasar
Kata dasar adalah kata yang belum mengalami perubahan bentuk, yang ditulis sebagai suatu kesatuan. Misalnya : Dia teman baik saya
A. Kata Turunan ( Kata Berimbuhan )
Kaidah yang harus diikuti dalam penulisan kata turunan, yaitu :
a) Imbuhan semuanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya
Misalnya : membaca, ketertiban, terdengar dan memasak.
b) Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata.
Misalnya : bertepuk tangan, sebar luaskan.
c) Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran, kata itu ditulis serangkai.
Misalnya : menandatangani, keanekaragaman.
d) Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya : antar kota, maha adil, subseksi, prakata.
B. Kata Ulang
Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda (-). Jenis-jenis kata ulang yaitu :
a)  Dwipurwa yaitu pengulangan suku kata awal
Misalnya : laki = lelaki
b)  Dwilingga yaitu pengulangan utuh atau secara keseluruhan.
Misalnya : rumah   rumah-rumah
a)      Dwilingga salin suara yaitu pengulangan variasi fonem
Misalnya : sayur    sayur-mayur
b)      Pengulangan yang berimbuhan yaitu pengulangan yang mendapat imbuhan
Misalnya : main     bermain-main
C. Gabungan Kata
a) Gabungan kata, termasuk istilah khusus yang menimbulkan kemungkinan salah baca saat diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur bersangkutan.
Misalnya : ibu-bapak, pandang-dengar
b) Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata ditulis serangkai.
Misalnya : daripada, sekaligus, bagaimana, barangkali.
D. Kata Ganti ( ku, mu, nya, kau)
Kata ganti ku ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Sedangkan kata ganti kau, mu, nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya : kubaca, bukuku, tasmu, sepatunya.
2. Kata Depan (di, ke, dari)
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya, kecuali pada gabungan kata yang dianggap padu sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada.
Misalnya : Jangan bermain dijalan, Saya pergi ke kampung halaman, Dia baru pulang dari Jawa.
1.       Kata Sandang (si dan sang)
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya : Nama si pengirim surat itu tidak jelas, Singa adalah sang Raja rimba

2.       Partikel
Partikel merupakan kata tugas yang mempunyai bentuk yang khusus, yaitu sangat ringkas atau kecil dengan mempunyai fungsi-fungsi tertentu. Kaidah penulisan partikel sebagai berikut :
A. Partikel-lah, -kah, dan-tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya : Bacalah buku itu! , Apakah kamu ketiduran? , dan masih banyak lagi contohnya.
B. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya, kecuali yang dianggap sudah menyatu.
Misalnya : Jika ayah pergi, ibu pun ikut pergi.
C. Partikel per  yang berarti memulai, dari dan setiap. Partikel  per ditulis terpisah dengan bagian-bagian kalimat yang mendampinginya.
Misalnya : Rapor siswa dilihat per semester
3.   Singkatan dan Akronim
1. Singkatan adalah nama bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu kata atau lebih.
Misalnya : dll = dan lain-lain
2.      Akronim adalah singkatan berupa huruf gabungan awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
Misalnya : SIM  =  Surat Izin Mengemudi , STAI = Sekolah Tinggi Agama Islam.
4.  Angka dan Lambang Bilangan
a.   Angka
Dalam bahasa Indonesia ada dua macam angka yang lazim digunakan , yaitu : (1) Angka Standar : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan (2) Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X.

b.      Lambang Bilangan

Lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut :

1)   Bilangan utuh. Misalnya : 15         lima belas

2)   Bilangan pecahan. Misalnya : 3/4          tiga perempat

3)   Bilangan tingkat
.
 Misalnya : Abad II     Abad ke-2

4)   Kata bilangan yang mendapat akhiran –an.

Misalnya : tahun 50-an         lima puluhan

5)   Angka yang menyatakan bilangan bulat yang besar dapat dieja sebagian supaya mudah dibaca.

Misalnya : Sekolah itu baru mendapat bantuan 210 juta rupiah.

6)   Lambang bilangan letaknya pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Kalau perlu diupayakan supaya tidak diletakkan di awal kalimat dengan mengubah struktur kalimatnya dan maknanya sama.

Misalnya : Dua puluh lima siswa SMA tidak lulus. (benar), 55 siswa SMA 1 tidak lulus. (salah)

7)   Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali beberapa dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau pemaparan.

Misalnya : Amir menonton pertunjukan itu sebanyak dua kali.
4) Penulisan Unsur Serapan
            Dalam hal penulisan unsur serapan  dalam bahasa Indonesia, sebagian ahli bahasa Indonesia menganggap belum stabil dan konsisten. Dikatakan demikian karena pemakai bahasa Indonesia sering begitu saja menyerap unsur asing tanpa memperhatikan aturan, situasi, dan kondisi yang ada. Pemakai bahasa seenaknya menggunakan kata asing tanpa memproses sesuai dengan aturan yang telah diterapkan.
Penyerapan unsur asing dalam pemakaian bahasa indonesia dibenarkan, sepanjang : (a) konsep yang terdapat dalam unsur asing itu tidak ada dalam bahasa Indonesia, dan (b) unsur asing itu merupakan istilah teknis sehingga tidak ada yang layak mewakili dalam bahasa Indonesia, akhirnya dibenarkan, diterima, atau dipakai dalam bahasa Indonesia. sebaliknya apabila dalam bahasa Indonesia sudah ada unsur yang mewakili konsep tersebut, maka penyerapan unsur asing itu tidak perlu diterima.
Menerima unsur asing dalam perbendaharaan bahasa Indonesia  bukan berarti bahasa Indonesia ketinggalan atau miskin kosakata. Penyerapan unsur serapan asing merupakan hal yang biasa, dianggap sebagai suatu variasi dalam penggunaan bahasa Indonesia. Hal itu terjadi karena setiap bahasa mendukung kebudayaan pemakainya. Sedangkan kebudayaan setiap penutur bahasa berbeda-beda anatar satu dengan yang lain. Maka dalam hal ini dapat terjadi saling mempengaruhi yang biasa disebut akulturasi. Sebagai contoh dalam masyarakat penutur bahasa Indonesia tidak mengenal konsep “radio” dan “televisi”, maka diseraplah dari bahasa asing (Inggris). Begitu pula sebaliknya, di Inggris tidak mengenal adanya konsep “bambu” dan “sarung”, maka mereka menyerap bahasa Indonesia  itu dalam bahasa Inggris.
Berdasarkan taraf integritasnya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dikelompokkan dua bagian, yaitu :
  1. Secara adopsi, yaitu apabila unsur asing itu diserap sepenuhnya secara utuh, baik tulisan maupun ucapan, tidak mengalami perubahan. Contoh yang tergolong secara adopsi, yaitu : editor, civitas academica, de facto, bridge.
2.      Secara adaptasi, yaitu apabila unsur asing itu sudah disesuaikan ke dlaam kaidah bahasa Indonesia, baik pengucapannya maupun penulisannya. Salah satu contoh yang tergolong secara adaptasi, yaitu : ekspor, material, sistem, atlet, manajemen, koordinasi, fungsi.
5) Pemakaian Tanda Baca
  1. Tanda Titik (.)
Penulisan tanda titik (.) di pakai pada :
a.       Akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan
  1. Akhir singkatan nama orang.
  2. Akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
  3. Singkatan atau ungkapan yang sudah sangat umum.Bila singkatan itu terdiri atas tiga hurus atau lebih dipakai satu tanda titik saja.
  4. Dipakai untuk  memisahkan bilangan atau kelipatannya.
  5. Memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
  6. Dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
  7. Tidak dipakai pada akhir judulyang merupakan kepala karangan  atau ilustrasi dan tabel.
2.      Tanda koma (,)
Kaidah penggunaan tanda koma (,) digunakan :
a.       Antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
  1. Memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata tetapi atau melainkan.
  2. Memisahkan anak kalimat atau induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
  3. Digunakan dibelakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat.  Termasuk kata : (1) Oleh karena itu, (2) Jadi, (3) lagi pula, (4) meskipun begitu, dan (5) akan tetapi.
  4. Digunakan untuk memisahkan kata seperti : o, ya, wah, aduh, dan kasihan.
  5. Memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
  6. Dipakai diantara  : (1) nama dan alamat, (2) bagian-bagian alamat, (3)  tempat dan tanggal, (4) nama dan tempat yang ditulis secara berurutan.
  7. Dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
  8. Dipakai antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
  9. Menghindari terjadinya salah baca di belakang  keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
  10. Dipakai di antara bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
  11. Dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
3.      Tanda Tanya ( ? )
Tanda tanya dipakai pada :
a.       Akhir kalimat tanya.
  1. Dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang diragukan atau kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
4.      Tanda Seru ( ! )
Tanda seru dugunakan sesudah ungkapan atau pertanyaan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, dan rasa emosi yang kuat.
5.      Tanda Titik Koma  ( ; )
Tanda titik koma dipakai :
a.       Memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
  1. Memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
6.      Tanda Titik Dua ( : )
Tanda titik dua dipakai :
a.       Sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemberian.
  1. Pada akhir suatu pertanyaan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
  2. Di dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan .
  3. Di antara jilid atau nomor dan halaman.
  4. Di antara bab dan ayat dalam kitab suci.
  5. Di antara judul dan anak judul suatu karangan.
  6. Tidak dipakai apabila rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
7.      Tanda Elipsis (…)
Tanda ini menggambarkan kalimat-kalimat yang terputus-putus dan menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dibuang. Jika yang dibuang itu di akhir kalimat, maka dipakai empat titik dengan titik terakhir diberi jarak atau loncatan.
8.      Tanda Garis Miring ( / )
Tanda garis miring ( / ) di pakai :
a.       Dalam penomoran kode surat.
  1. Sebagai pengganti kata dan,atau, per, atau nomor alamat.
9.      Tanda  Penyingkat  atau Apostrof ( ‘)
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan sebagian huruf.
10.  Tanda Petik Tunggal ( ‘…’ )
Tanda petik tunggal dipakai :
a.       Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
  1. Mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
11.  Tanda Petik ( “…” )
Tanda petik dipakai :
a.       Mengapit kata atau bagian kalimat yang mempunyai arti khusus, kiasan atau yang belum dikenal.
  1. Mengapit judul karangan, sajak, dan bab buku, apabila dipakai dalam kalimat.
  2. Mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.

























BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
1.      Pengertian EYD
Ejaan yang disempurnakan adalah ejaan bahasa indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya,  Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Batasan tersebut menunjukan pengertian kata ejaan berbeda dengan kata mengeja.
Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata; sedangkan ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih luasdari sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa.
2.      Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia
Berdasarkan sejarah perkembangan ejaan, sudah tiga kali mengalami perubahan sistem ejaan, yaitu :
a)   Ejaan Van Ophuysen
Ejaan ini mulai berlaku sejak bahasa Indonesia lahir dalam awal tahun dua puluhan. Ejaan ini merupakan warisan dari bahasa Melayu yang menjadi dasar bahasa Indonesia.
b)   Ejaan Suwandi
Setelah ejaan Van Ophuysen diberlakukan, maka muncul ejaan yang menggantikan, yaitu ejaan Suwandi. Ejaan ini berlaku mulai tahu 1947-1972.
c)    Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan ini mulai berlaku sejak tahun 1972 sampai sekarang. Ejaan ini merupakan penyempurnaan dari seluruh ejaan sebelumnya yang pernah berlaku di Indonesia



DAFTAR PUSTAKA

Finoza, Lamuddin. 2002.. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan Mulia.
Arifin, Zainal dan Tasai, Amran, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, Jakarta: Akademika Pressindo, 2003, hlm. 170
Ali, Lukman dkk. 1991. Petunjuk Praktis Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Razak, Abdul. 1985. Ejaan Yang Disempurnakan. Jakarta: Gramedia.
Rumaningsih, Endang, Mahir Berbahasa Indonesia, Semarang: Rasail, 2006, hlm. 77
Sumber: http:// istiqomahqoe.multiply.com/journal/item/8


Tidak ada komentar: