MATA KULIAH DOSEN PEMBIMBING
PAUD RENNY RAHMALIA, M.Psi
MAKALAH
STRATEGI
PENGELOLAAN KELAS ANAK USIA DINI
Disusun
oleh:
EGA
MULIANI
NIRM:
1216.15.1372
FUJI
WAHANA SURYA
NIRM:1216.17.1783
HAYATUN
SAKINAH
NIRM:1216.15.1365
MISRIANI
NIRM:1216.15.1370
WIRDATUL
FITRI
NIRM:1216.16.200.1634
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DINIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PEKANBARU
1440 H/ 2018
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Alhamdulilah, puji syukur
kehadirat Allah SWT karena berkat kasih
dan sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah “PAUD” yang bertemakan “Strategi
Pengelolaan Kelas Anak Usia Dini”.
Makalah ini dimaksudkan agar kita dapat mengerti tentang
strategi-strategi pengelolaan kelas pada anak usia dini . Adapun
penjelasan-penjelasan pada makalah ini penulis ambil dari beberapa sumber buku
dan jurnal.
Penulis ucapkan terima kasih kepada Ibuk Dosen
dan teman-teman yang telah membantu
penulis untuk menyelesaikan makalah ini, akan tetapi penulis juga menyadari bahwa terdapat kekurangan
didalam makalah ini. Untuk itu dengan senang hati penulis menerima kritik dan
saran yang bersifat membangun dari para pembaca.Akhir kata, semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.Aamiin.
Wassalamualaikum wr.wb.
Pekanbaru, Oktober 2018
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
B. Rumusan
Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Strategi
Pengelolaan Kelas
1. Perencanaan
(Planning) Ruang Kelas
2. Pengorganisasian
(Organizing) Ruang Kelas
3. Pelaksanaan
(Actuating)
4. Pengawasan
(Controlling) Ruang Kelas
BAB III KESIMPULAN DAN
SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR KEPUSTAKAAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Didalam proses
belajar mengajar dikelas guru mempunyai andil yang sangat besar dalam menentukan keberhasilan proses pendidikan. Guru
menjadi ujung tombak pelaksanaan pendidikan, di mana guru berhadapan langsung dengan
peserta didik sebagai subjek belajar, oleh karena itu guru dituntut harus
memiliki keterampilan dalam mengajar dan menerapkannya dalam proses belajar mengajar.
Salah satu keterampilan yang harus dimiliki seorang guru adalah keterampilan mengelola
kelas atau manajemen kelas, mengingat tugas seorang guru adalah mendidik siswa
dan menciptakan kondisi belajar yang optimal sesuai tujuan pengajaran yang
hendak di capai. Guru harus ahli dalam mengelola kelas.
Pada anak usia
dini guru harus lebih ekstra dalam mengelola kelasnya. Karena pada anak usia
dini ini pembelajarannya masih pada area bermain, yakni bermain sambil belajar.
Pengelolaan kelas sangat terikat dengan proses belajar pada anak usia dini.
Kelas pada anak usia dini harus memiliki banyak warna, banyak permainan,
lukisan-lukisan dan lain sebagainya.
B.
Rumusan
Masalah
Bagaimana cara strategi guru dalam mengelola kelas anak usia dini?
C.
Tujuan
Untuk mengetahui cara strategi guru dalam mengelola kelas pada anak
usia dini.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Strategi
Pengelolaan Kelas
1.
Perencanaan
(Planning) Ruang Kelas
Unsur pokok
yang harus melekat ketika hendak merancang sebuah ruangan bagian PAUD adalah
penataan tempat secara menyenangkan. Hal ini bisa dilakukan dengan cara
mewarnai ruangan kelas agar terang dan bersuasana riang karena disukai oleh
anak – anak. Namun demikian, warnanya sebaiknya tidak terlalu ramai karena
perhatian anak akan mudah teralihkan saat memasuki jam pelajaran. Selain itu,
usahakan untuk memberikan ventilasi agar udara segar dan cahaya matahari dapat
menjangkau ruangan.
Dalam membuat
rancangan, guru perlu menjadikan kelas sebagai lingkungan belajar. Usahakan
sejauh mata mereka memandang, hal yang dilihat anak didik adalah objek
pelajaran. Sebagai contoh, pada dinding kelas atau di atas papan tulis diukir
berbagai gambar yang berhubungan dengan pelajaran, seperti huruf abjad nama dan
gambar pahlawan, dan sebagainya. Papan tulis yang ada di depan ruangan kelas
diletakkan sesuia kebutuhan agar mampu dijangkau anak didik. Pastikan alat
tulis selalu tersedia agar anak bisa mengeksplorasi imajinasi dan menuangkan
kreativitasnya di papan tulis. Hal seperti itu akan mempermudah para guru
memantau perkembangan si kecil.
Dinding ruang
kelas juga dapat dipasang beraneka gambar yang menunjukkan keterampilan hidup,
misalnya cara menyeberang jalan, memakai kaus kaki, memegang pensil, membuang
sampah pada tempatnya, dan sebagainya. Gambar – gambar tersebut dapat dijadikan
alternatif bagi para guru di dalam mengajarkan keterampilan hidup yang pasti
akan dilakukan oleh anak selamanya.
Membangun budaya kreatif di dalam kelas, dapat dilakukan dengan
cara menyediakan tempat khusus untuk memajang dan menyimpan hasil karya anak.
Dengan demikian, anak – anak akan merasa bangga sekaligus bersemangat dalam
belajar mengevaluasi diri. Secara perlahan, mereka akan saling mengoreksihasil
karya temannya.[1]
Selain
itu didalam perencanaan ruang kelas yang harus direncanakan yaitu: perencanaan tempat duduk peserta didik dan
perencanaan media pendidikan. Pertama, perencanaan tempat duduk peserta didik dalam
menentukan tempat duduk peserta didik sudah mempertimbangkan kesehatan peserta
didik, dan ukuran tubuh peserta didik. Wiyani (2013:15) mendefinisikan “Tempat
duduk peserta didik kuat, stabil, dan mudah dipindahkan oleh peserta didik.”. Selain
itu, meja dan kursi harus dapat digeser untuk memberi kesempatan anak
berkelompok dengan teman yang berbeda tempat duduk. Tujuan dari perencanaan
tempat duduk tersebut supaya siswa lebih fokus dan semangat dalam belajar. Kedua, perencanaan media pendidikan, media pendidikan
di sediakan oleh sekolah yang dibeli berdasarkan dana operasional sekolah,
media pendidikan yang disediakan sekolah sesuai dengan kebutuhan kelas namun
guru di tuntut harus mampu mengembangkan media yang telah diberikan, media yang
digunakan dalam proses belajar mengajar disesuaikan dengan materi yang
dipelajari.[2]
Beberapa
usulan untuk merancang sebuah lingkungan kelas yang menarik antara lain:
a.
Tempatkan
sebuah tanda atau poster di pintu kelas yang memberi kesan bahwa anak-anak akan
suka berada di dalamnya.
b.
Perbaharui
papan pengumuman secara berkala untuk menambah minat belajar dalam kelas.
c.
Tunjukkan
hasil karya anak-anak
d.
Buatlah
kelas, sedapat mungkin, selayaknya ruang pribadi (misalnya tempelkan
tanggal-tanggal ulang tahun anak-anak).
e.
Tempelkan
nama anak-anak pada kotak-kotak kecil, bagan nama, atau papan pengumuman.
f.
Sediakan
sebuah papan pesan untuk menuliskan pesan-pesan kepada anak-anak yang berbeda
selama satu minggu.
g.
Tunjukkan
sebuah papan tanggung jawab sehingga
anak-anak dapat mengetahui tugas-tugas mereka
pada hari atau minggu yang berjalan.
h.
Rancang
lah pusat-pusat permainan dalam kelas yang mengundang anak untuk
menggunakannya.[3]
2.
Pengorganisasian
(Organizing) Ruang Kelas
Pengorganisasian merupakan tahap kedua dalam proses pengelolaan
ruang kelas. Allen (dalam Mutohar, 2013:46) mengemukakan bahwa pengorganisasian
sebagai proses penentuan dan pengelompokkan pekerjaan yang akan dikerjakan.
Pertama, tempat duduk peserta didik, formasi tempat duduk peserta didik sudah
bervariasi, formasi tempat duduk yang digunakan adalah formasi tradisional,
formasi kelas bentuk U, formasi meja pertemuan dan formasi lingkaran. Wiyani
(2013:131) mengemukakan bahwa “Pengaturan tempat duduk peserta didik sangat
mempengaruhi keberhasilan peserta didik. Pengaturan tempat duduk harus
bervariatif”.
Kedua, pengaturan media pendidikan, media pendidikan yang tersedia
adalah papan tulis, buku pelajaran, media gambar yang diambil dalam buku tema,
gambar burung garuda, gambar presiden dan wakil presiden, media berupa tanaman
hidup, poster-poster pendidikan. Untuk penempatan media pendidikan ditempatkan
di tempat yang mudah di lihat oleh peserta didik, dan mudah diambil apabila diperlukan.
Seperti papan tulis di tempatkan di depan kelas, media berupa pajangan kelas di
tempelkan di dinding kelas. Media berupa alat peraga diletakkan di rak pajangan
dan di lemari kelas. Disini dapatdilihat bahwa pengorganisasian terhadap media pendidikan di
kelas sudah berjalan dengan baik sesuai dengan pendapat Wiyani (2013;56) yaitu
“ Media pendidikan ditempatkan pada posisi yang memungkinkan seluruh peserta didik
melihat dengan jelas.”[4]
3.
Pelaksanaan (Actuating)
Pelaksanaan
merupakan tahap ketiga dalam pengelolaan ruang kelas, pelaksanaan merupakan
usaha yang dilakukan supaya perencanaan dan pengorganisasian terlaksana. Pertama
pelaksanaan pengaturan tempat duduk peserta didik, pengalokasian formasi
tempat duduk peserta didik sudah bervariasi, dilaksanakan sesuai dengan metode
yang digunakan. Namun kurang maksimal dalam pelaksanaannya karena kondisi ruang
kelas yang kurang lebar dan jumlah peserta didik yang melebihi kapasitas
maksimun ruang kelas, selain itu karena faktor guru yang terkadang kurang
proaktif untuk melakukan pengaturan tempat duduk karena dianggap repot dan
menyita waktu kemudian membuat siswa ribut.
Kedua, pelaksanaan pengaturan media pendidikan, guru sering menggunakan
media dalam proses belajar mengajar, pola penggunaan media tersebut melibatkan
siswa, dalam menggunakan media guru memancing rasa ingin tahu siswa dengan
memperlihatkan media, kemudian tanya jawab tentang media tersebut, selanjutnya
guru memberikan penguatan terhadap apa yang disampaikan siswa.[5]
Lingkungan
harus diciptakan sedemikian menarik dan menyenangkan dengan memperhatikan
keamanan dan kenyamanan anak dalam bermain. Menciptakan suasana kelas yang aman
dan nyaman dapat dilakukan dengan membuat display yang menarik agar
tercipta kelas yang indah dan menarik. Harus ada kerja sama yang baik antara
rumah dan sekolah. Agar tercipta suasana yang nyaman dan aman di lingkungan
anak untuk mengembangkan potensinya. Sekolah harus terjaga kebersihan,
keindahan dan keamanannya dengan menata kemudian membuat display indah hasil
karya anak. Keberhasilan proses pendidikan dapat terlihat dari perubahan
perilaku yang positif pada anak.[6]
Penciptaan dan pemeliharaan kondisi
belajar dilakukan guru dengan menunjukkan sikap tanggap, membagi perhatian
secara visual dan verbal, memusatkan perhatian kelompok, memberi
petunjuk-petunjuk yang jelas, menegur, dan memberi penguatan kepada anak. Data
di lapangan juga menunjukkan bahwa guru mengembalikan kondisi belajar dengan
mengelola kelompok, menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan
masalah, serta memodifikasi tingkah laku anak dengan cara mengajarkan perilaku
baru dengan contoh, memberi penguatan positif, dan mengurangi perilaku anak dengan
peringatan atau teguran.[7]
Kelas sebaiknya dapat digunakan untuk bermain di dalam ruangan
(indoor play). Maka, bagian depan kelas pada saat tertentu diberi karpet agar
anak dapat duduk ataupun tiduran secara leluasa. Ruangan kelas juga bisa
dilengkapi alat pembelajaran, seperti papan paku (geobord), model jam, balok,
dan berbagai benda manipulatif.[8]
4.
Pengawasan
(Controlling) Ruang Kelas
Pengawasan
merupakan tahap akhir dalam proses pengelolaan ruang kelas supaya hasilnya
efektif dan efesien. Mutohar (2013:51) mengemukakan bahwa “Pengawasan adalah
proses pemantauan, penilaian, dan pelaporan rencana atas pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan untuk tindak koreptif guna untuk penyempurnaan lebih lanjut
dalam meningkatkan mutu sesuai tujuan yang diinginkan”.[9]
Guru menulusuri kekurangan arau hambatan, serta kesesuaian pengelolaan
kelas yang sudah berlangsung dengan harapan guru. Apabila ditemukan
ketidaksesuaian dalam pengelolaan kelas, guru melakukan pengecekan. Pengecekan
yang dilakukan guru adalah dengan intropeksi diri, membandingkan RKH dengan
kegiatan yang sudah berlangsung, maupun dengan berdiskusi bersama partner di
kelas. Pengecekan secara bersama dengan kepala sekolah dan seluruh guru
dilakukan dengan penyampaian observasi kepala sekolah saat masuk dalam
kelas-kelas. Kepala sekolah juga aktif bertanya kepada guru tentang kejadian
apa saja yang ada di kelas, perkembangan anak, perkembangan hafalan anak-anak
dan guru, kekurangan atau permasalahan yang ditemui saat pembelajaran.
Apabila pengecekan sudah dilakukan, guru berusaha menemukan solusi atas
kekurangan atau hambatan dengan cara pencarian. Selain berdiskusi dengan
partner di kelas, guru berupaya mencari solusi setiap harinya dengan mencari
alternatif-alternatif pemecahan masalah. Saat evaluasi bersama, kepala sekolah
bersama guru berdiskusi untuk menemukan solusi. Evaluasi tersebut rutin
dilakukan untuk menilai tingkat pencapaian atas solusi yang sudah diambil.
Penyimpulan dilakukan juga untuk mencari solusi baru apabila solusi yang sudah
diambil sebelumnya belum berhasil.[10]
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Strategi
Pengelolaan Kelas
1.
Perencanaan (panning) ruang kelas
Pertama, perencanaan tempat duduk peserta didik dalam menentukan tempat
duduk. Kedua, perencanaan media pendidikan.
2.
Pengorganisasian (organizing) ruang kelas
Pertama, tempat
duduk peserta didik, formasi tempat duduk peserta didik sudah bervariasi.
Wiyani (2013:131) mengemukakan bahwa “Pengaturan tempat duduk peserta didik
sangat mempengaruhi keberhasilan peserta didik. Kedua, pengaturan media
pendidikan, media pendidikan yang tersedia adalah papan tulis, buku pelajaran,
media gambar yang diambil dalam buku tema, gambar burung garuda, gambar
presiden dan wakil presiden, poster-poster pendidikan.
3.
Pelaksanaan (actuating)
Pertama pelaksanaan
pengaturan tempat duduk peserta didik, pengalokasian formasi tempat duduk peserta
didik sudah bervariasi, dilaksanakan sesuai dengan metode yang digunakan. Kedua,
pelaksanaan pengaturan media pendidikan.
4.
Pengawasan (controlling) ruang kelas
Pengawasan merupakan tahap akhir dalam proses pengelolaan ruang
kelas supaya hasilnya efektif dan efesien.
B.
Saran
Akhirnya
selesailah makalah yang membahas tentang“Strategi Pengelolaan Kelas Pada
Anak Usia Dini”.Sungguh, masih banyak kekurangan yang harus penulis
perbaiki dalam penyusunan makalah ini. Apabila terdapat kesalahan penulisan penulis
mohon maaf, kritik dan saran dari pembaca akan penulis tunggu. Terimakasih.
DAFTAR
KEPUSTAKAAN
Andini
Widyastuti.2016.Kesalahan Guru PAUD Yang Sering Diremehkan.Yogyakarta:Diva
Press
Israwati. “Pengelolaan
Ruang Kelas Pendidikan Anak Usia Dini”. Jurnal Serambi Ilmu, Edisi
September 2017 Volume 29 Nomor 2
Loverne Warner
dan Sharon Anne Lynch.2006.Mengelola Kelas Prasekolah.Jakarta:Erlangga
Nur Endah
Saputri. “Penerapan Pengelolaan Kelas Pada Kelompok B D TK Anak Qu”. Jurnal
Pendidikan Anak U siaDini Edisi 2 Tahun ke-6 2017
Yuliani Nurani
Sujiono.2012.Konsep Dasar Pendidikan Anank Usia Dini.Jakarta:PT.Indeks
[1] Andini Widyastuti.2016.Kesalahan Guru PAUD Yang Sering Diremehkan.Yogyakarta:Diva
Press.hlm:161
[2]Israwati. “Pengelolaan
Ruang Kelas Pendidikan Anak Usia Dini”. Jurnal Serambi Ilmu, Edisi
September 2017 Volume 29 Nomor 2
[3]Loverne Warner
dan Sharon Anne Lynch.2006.Mengelola Kelas Prasekolah.Jakarta:Erlangga.hlm:52
[4] Israwati. “Pengelolaan Ruang Kelas Pendidikan Anak Usia Dini”. Jurnal Serambi Ilmu,
Edisi September 2017 Volume 29 Nomor 2
[5] Israwati. “Pengelolaan Ruang Kelas Pendidikan Anak Usia Dini”. Jurnal Serambi Ilmu,
Edisi September 2017 Volume 29 Nomor 2
[6]Yuliani Nurani
Sujiono.2012.Konsep Dasar Pendidikan Anank Usia Dini.Jakarta:PT.Indeks.hlm:89
[7] Nur Endah Saputri. “Penerapan Pengelolaan Kelas Pada
Kelompok B D TK Anak Qu”. Jurnal Pendidikan Anak U siaDini Edisi 2 Tahun ke-6
2017
[8] Andini
Widyastuti.Op Cit.hlm:162
[9] Israwati. “Pengelolaan
Ruang Kelas Pendidikan Anak Usia Dini”. Jurnal Serambi Ilmu, Edisi
September 2017 Volume 29 Nomor 2
[10] Nur Endah Saputri. “Penerapan Pengelolaan Kelas Pada
Kelompok B D TK Anak Qu”. Jurnal Pendidikan Anak U siaDini Edisi 2 Tahun
ke-6 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar