Selasa, 19 Maret 2019

MAKALAH BIMBINGAN KONSELING, KONSELING SEBAGAI HUBUNGAN MEMBANTU


MAKALAH  BIMBINGAN KONSELING
KONSELING SEBAGAI HUBUNGAN MEMBANTU
 
DOSEN PEMBIMBING
BASORI M.Pd.I
                                                                                                         Disusun oleh:
                                           HAYATUN SAKINAH
                                           NIMKO  : 1216.15.1369




SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DINIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PEKANBARU
2017

DAFTAR ISI





Alhamdulillah Kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang mana dengan Taufiq dan Hidayah serta Inayah-Nya,saya  dapat menyelesaikan makalah  sederhana  ini.
Semoga shalawat dan  salam senantiasa dilimpahkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw dan seluruh keluarganya, para sahabat,tabi’in,dan tabi’it-tabi’in, serta para pengikut setia Beliau hingga akhir zaman.
Makalah ini membahas tentang “Konseling Sebagai Hubungan Membantu” yang dirangkum dari beberapa sumber, dengan maksud agar memudahkan Mahasiswa dalam mempelajari materi perkuliahan.
Semoga dengan tersusunnya makalah ini, bisa dijadikan sebagai pelajaran dan bermanfaat untuk kita semua, amin.


   Pekanbaru, 2 Februari 2017
        Hayatun Sakinah





BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada lingkungan masyarakat tumbuh kebutuhannya yang meningkat akan adanya tenaga bimbingan konseling, atau tenaga yang mampu mengembangkan keterampilan, dan hubungan antar orang pada umumnya. Tenaga konselor ini diperlukan di berbagai lingkungan, seperti di sekolah, di lingkungan industri, dan lain-lain. keterampilan konselor ini dapat dimanfaatkan di berbagai wilayah kerja yang berbeda tersebut. Memang cukup luas cakupan dari tugas seorang konselor. Konselor harus memiliki pengalaman yang luas dan lebih tanggap dengan situasi apapun.
Konseling pada dasarnya merupakan suatu hubungan membantu (helping relationship) yang professional. Beberapa contoh hubungan yang profesional antara lain: dokter dan pasien, pekerja sosial dan masyarakat, pengacara dan klien, guru dan siswa. Sekalipun sama-sama hubungan profesional, tetapi masing-masing hubungan ini memiliki karakteristik tersendiri. Demikian pula hubungan konseling berbeda dengan pola hubungan yang lain.
Pada dasarnya hubungan konselor dengan klien pada proses konseling merupakan hubungan pemberian bantuan yang bersifat profesional dan memiliki keunikan tersendiri. Professional dalam hal ini dikarenakan didasarkan pada pengetahuan khas, menerapkan suatu teknik intelektual dalam suatu pertemuan khusus dengan orang lain (klien) agar klien tersebut dapat efektif menghadapi dilema, pertentangan-pertentangan atau konflik yang terjadi dalam dirinya. Keunikan ini tercermin pada kekhususan karakteristik yang terjadi antara konselor dan klien. Kekhususan ini dapat dilihat dari sasaran yang dibantu oleh konselor, metode hubunganya dan masalah yang dihadapi oleh klien.
Sebelum kita membahas lebih lanjut beberapa karakteristik khusus mengenai hubungan membantu dalam konseling  maka perlu kita pahami terlebih dahulu pengertian secara umum tentang hubungan membantu yang akan kita bahas pada bab selanjutnya.

B. Rumusan masalah

2.    Bagaimana karakteristik hubungan konseling?
3.    Bagaimana cara dalam membangun hubungan konseling?
4.    Bagaimana langkah-langkah dalam hubungan membantu?

C. Tujuan

1.    Untuk mengetahui  pengertian bimbingan, konseling dan hubungan membantu.
2.    Untuk mengetahui karakteristik hubungan konseling.
3.    Untu mengetahui cara dalam membangun hubungan konseling.
4.    Untuk mengetahui langkah-langkah dalam hubungan membantu.



BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bimbingan, Konseling dan Hubungan Membantu

Bimbingan adalah proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.[1]
Konseling merupakan suatu upaya  bantuan yang dilakukan dengan empat mata atau tatap muka antara konselor dan klien yang berisi usaha yang laras ,unik, human(manusiawi), yang dilakukan dalam suasana keahlian dan didasarkan atas norma-norma yang berlaku , agar klkien memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri dalam memperbaiki tingkah lakunya pada saat ini dan mungkin pada masa yang akan datang.[2]
Di dunia ini banyak kegiatan yang saling membantu, di antaranya adalah hubungan antara dokter dan pasien, pekerja sosial dan masyarakat, pengacara dan klien, serta guru dan siswa. Begitu pula dengan konseling. Konseling merupakan suatu hubungan yang membantu (helping relationship) yang profesional. Masing-masing hubungan tersebut memiliki karakteristik sendiri-sendiri sekalipun mereka sama-sama merupakan hubungan yang membantu.
Pada dasarnya, hubungan antara konselor dan klien pada proses konseling merupakan hubungan pemberian bantuan yang bersifat professional dan memiliki keunikan sendiri. Profesional dalam hal ini dikarenakan didasarkan pada pengetahuan khas, menerapkan suatu teknik intelektual dalam suatu pertemuan khusus dengan orang lain (klien) agar klien tersebut dapat lebih efektif menghadapi dilemma, pertentangan-pertentangan atau konflik yang terjadi dalam dirinya. Keunikan ini tercermin pada kekhususan karakteristik yang terjadi antara konselor dan klien. Kekhususan ini dapat dilihat dari sasaran yang dibantu oleh konselor, metode hubungannya dan masalah yang dihadapi oleh klien.
Selain itu, menurut Cappuzi dan Gross (1991) dalam Sugiharto (2007) mengartikan bahwa hubungan membantu merupakan beberapa individu bekerjasama untuk memecahkan apa yang menjadi perhatiannya atau masalahnya dan  membantu perkembangan dan pertumbuhan salah seorang dari keduanya. 
Sedangkan George dan Cristiani (1982) dalam Latipun (2004) yang dikutip Sugiharto (2007) mengemukakan bahwa pemeberian bantuan merupakan proses dinamis dan unik yang dilakukan individu untuk membantu orang lain dengan menggunakan sumber-sumber dalam (inner resources) agar tumbuh ke dalam arahan yang positif dan dapat mengaktualisasikan potensi-potensinya untuk sebuah kehidupan yang bermakna.
Hubungan konseling dan helping adalah hubugan dimana Anda menggunakan counseling skill (keterampilan konseling) terutama secara tatap-muka untuk membantu klien dengan cara, antara lain: membuatnya merasa didukung dan dipahami, membantunya mengklarifikasi dan memperluas pemahamannya, mengembangkan dan mengimplementasikan strategi untuk mengubah cara berpikir, bertindak, dan merasakan sehingga klien dapat mencapai goals (tujuan-tujuan) yang mengafirmasi-hidup.
Berdasarkan uraian pendapat para ahli di atas, dapat ditarik simpulan bahwa konseling sebagai hubungan yang membantu adalah proses pemberian bantuan dari seorang konselor kepada individu yang bermasalah yaitu klien, sehingga klien terbantu mengatasi segala permasalahan hidupnya dan dapat terbantu dalam hal aktualisasi diri ke arah positif.

B. Karakteristik Hubungan Konseling

George dan Cristiani (dalam Latipun, 2004:36-37) mengemukakan 6 karakteristik dinamika dan keunikan hubungan konseling. Keenam karakteristik itu adalah :
1.   Afeksi
Hubungan konselor dengan klien pada dasarnya lebih sebagai hubungan afektif dari pada sebagai hubungan kognitif.  Hubungan yang afektif ini dapat menggurangi rasa kecemasan dan ketakutan klien dan diharapkan hubungan konselor dengan klien lebih bersifat produktif.
2.   Intensitas
Hubungan antara konselor dan klien ini diharapkan dapat saling terbuka terhadap persepsi masing-masing. Konselor mengharapkan agar hubungan antara konselor dengan klien berlangsung mendalam sesuai dengan perjalanan konseling.
3.  Pertumbuhan dan perubahan
Hubungan antara konselor dank lien bersifat dinamis artinya  dari waktu ke waktu terus terjadi  peningkatan hubungan konselor dengan klien, pengalaman bagi klien, dan tangung jawabnya.
4.   Privasi
Pada dasarnya dalam hubungan konseling perlu adanya keterbukaan klien. Keterbukaan klien bersifat konfidental (rahasia). Konselor harus menjaga kerahasiaan masalah klien. Perlindungan atau jaminan hubungan ini adalah unik dan akan meningkatkan kemauan klien untuk membuka diri.
5.   Dorongan
Dalam hubungan konseling konselor juga perlu memberikan dorongan atas keinginan atas perubahan perilaku dan memperbaiki keadaanya sendiri sekaligus memberikan motivasi untuk berani mengambil risiko dari keputusannya.
6.  Kejujuran
Hubungan konseling didasarkan atas kejujuran dan keterbukaan serta adannya komunikasi teraarah antara konselor dengan klien. Dalam jalan ini tidak ada sandiwara dengan jalan menutupi kelemahan atau menyatakan yang bukan sejatinya.

C. Cara Dalam Membangun Hubungan Konseling

Pada dasarnya, hubungan antara konselor dan klien pada proses konseling merupakan hubungan pemberian bantuan yang bersifat professional dan memiliki keunikan sendiri. Profesional dalam hal ini dikarenakan didasarkan pada pengetahuan khas, menerapkan suatu teknik intelektual dalam suatu pertemuan khusus dengan orang lain (klien) agar klien tersebut dapat lebih efektif menghadapi dilema, pertentangan-pertentangan atau konflik yang terjadi dalam dirinya. Adapun cara dalam membangun hubungan konseling[3] yaitu:
1.    Objektif/Subjektif
Cara untuk melihat hubungan adalah dari keseimbangan objektivitas dan subjektifitas (Oppenheimer 1954). Keseimbangan ini mengacu pada tingkat emosional dan hal-hal yang mempengaruhi intelektual dan elemen emosional. Objektivitas mengacu pada lebih kognitif, scientific dan generiknya suatu hubungan. Di mana klien dianggap sebagai obyek belajar atau sebagai bagian dari penderitaan manusia yang luas. Oleh karena itu, konselor akan memberikan pandangan kepada klien dan nilai-nilai tanpa penilaian pribadi. Arti perilaku konselor untuk klien adalah bahwa mereka merasa konselor menghormati pandangan mereka, tidak memaksakan gagasan-nya pada mereka, dan melihat masalah mereka rasional dan analitis. Mereka ingin konselor untuk terlibat secara emosional dan menjadi pribadi yang bersangkutan tentang mereka.
Elemen subjektif dimaksudkan adalah sikap kehangatan dan psikologis kedekatan serta keterkaitan yang mendalam pada masalah klien. Perilaku ini sering digambarkan sebagai kepedulian. Sebaliknya, beberapa klien menganggap keterlibatan konselor sebagai ancaman, karena mereka adalah “mengirimkan” untuk kontrol atau “mengungkapkan” diri orang lain. Seorang klien melihat konselor, sebagai seorang ibu yang penuh kasih sayang atas kebutuhan klien tersebut. Sifat interaksi emosional tampaknya menjadi variabel kunci yang menentukan kualitas hubungan, atau pertemuan. Dalam konseling objektivitas dan subjektivitas haruslah harmonis, di mana konselor mengoperasikan dua posisi dan menggabungkan kedua elemen tersebut. Objektivitas diperlukan dalam mendiagnosa, sementara subjektivitas diperlukan dalam membangun suasana/iklim konseling itu sendiri.
2.    Kognitif/Afektif
Elemen hubungan kognitif mengacu kepada intelektualitas seperti bertukar informasi. Sedangkan unsur-unsur afektif mengacu pada ekspresi perasaan dan perubahan, konselor harus tahu kapan untuk mendorong pengujian rasional pada klien dan interpretasi masalah klien dan kapan harus mendorong eksplorasi perasaan dan hubungan ide-ide mereka. Menurut Grater (1964) klien memilih konselor yang mempunyai karakter kognitif dan afektif.
3.    Ambiguitas/kejelasan
Bordin (1955), menyatakan ambiguitas merupakan karakteristik dari suatu situasi stimulus di mana orang-orang merespon secara berbeda dan tidak ada respon yang jelas ditunjukkan. Hubungan konseling adalah kabur dan ambigu untuk klien. Ambiguitas melayani fungsi yang memungkinkan klien untuk proyek perasaan ke dalam situasi konseling. Proses memproyeksikan perasaan klien bantu untuk menjadi sadar dan peduli tentang perasaan mereka, sehingga memungkinkan konselor untuk mengetahui dan berurusan dengan mereka melalui memperjelas teknik konseling. Terlalu banyak ambiguitas pada klien menyebabkan keanehan dalam berhubungan di mana klien harusnya merasa aman dan terstruktur dalam hubungannya.
Ada beberapa kebingungan dalam hubungan jika konselor terlalu menjelaskan kepribadian kepada klien atau menjadi terlalu akrab dengan klien. Misalnya, konselor berperilaku lebih seperti seorang teman dibanding seorang konselor. Jika konselor terlalu ramah dengan klien dalam arti bahwa mereka membiarkan diri mereka dikenal terlalu dini serta-digambarkan kepribadian,konselor akan menemukan bahwa mereka merasa terdorong untuk “bertindak sendiri” terlalu kuat dalam situasi wawancara. Jadi, wawancara mungkin didorong dalam arah pembicaraan sosial atau pertemanan yang intim. Isu ini merupakan kontroversial, karena ada beberapa literatur yang menekankan pada pentingnya seorang konselor untuk bersikap ramah dengan klien.
4.    Responsibel/akuntabel
Tanggung jawab atau menerima klien dalam hubungan konseling menyiratkan kesediaan pada akuntabilitas dari konselor untuk memikul beberapa tanggung jawab atas hasil konseling dan beberapa kesediaan untuk berbagi dalam masalah klien. Klien memiliki tanggung jawab juga, yang mereka menganggap sebagian besar itu adalah masalah mereka dan perilaku yang dipertaruhkan. Konselor berbeda dalam penafsiran mereka tentang tanggung jawab. Kami merasa bahwa konselor tidak bertanggung jawab untuk menjalankan hidup klien atau memilih nasihat. Bahwa klien bertanggung jawab untuk menetapkan tujuan konseling karena dia memiliki masalah. Konselor mempunyai lebih banyak pengaruh dari yang mereka sadari karena mereka mempunyai kekuasaan dan status sebagai penyembuh. Tanggung jawab konselor untuk masyarakat yang lebih luas dibahas pada bagian berikutnya pada etika.

D. Langkah-Langkah Dalam Hubungan Membantu

Untuk menjelaskan langkah-langkah dalam hubungan membantu ini, Gerard Egan dalam Brammer (1998) mencontohkan struktur tiga model berpengaruhnya, yaitu:
1.    langkah pertama, what’s going on?  Membantu klien untuk memperjelas hal-hal penting yang meminta perubahan.
2.    Langkah kedua, what solution can make sense for me? Membantu klien menentukan hasil.
3.    Langkah ketiga, what do  I have to get what I need and I want? Membantu klien mengembangkan strategi-strategi untuk memenuhi tujuan.
Gerard kemudian mengubahnya menjadi:
1.    Membangun hubungan membantu dan explorasi.
2.    Mengembangkan pemahaman baru dan menalarkan perspektif berbeda.
3.    Tindakan- membantu klien untuk mengembangkan dan menggunakan strategi.


BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hubungan konseling dan helping adalah hubugan dimana Anda menggunakan counseling skill (keterampilan konseling) terutama secara tatap-muka untuk membantu klien dengan cara, antara lain: membuatnya merasa didukung dan dipahami, membantunya mengklarifikasi dan memperluas pemahamannya, mengembangkan dan mengimplementasikan strategi untuk mengubah cara berpikir, bertindak, dan merasakan sehingga klien dapat mencapai goals (tujuan-tujuan) yang mengafirmasi-hidup.
Ada beberapa cara dalam membangun hubungan konseling yaitu:
1.    Objektif/Subjektif
2.    Kognitif/Afektif
3.    Ambiguitas/kejelasan
4.    Responsibel/akuntabel
Adapun langkah-langkah dalam hubungan membantu, yang telah diubah Gerard yaitu:
1.    Membangun hubungan membantu dan explorasi.
2.    Mengembangkan pemahaman baru dan menalarkan perspektif berbeda.
3.    Tindakan- membantu klien untuk mengembangkan dan menggunakan strategi.

B. Saran

Akhirnya selesailah makalah  saya yang membahas tentang konseling sebagai hubungan membantu. Sungguh, masih banyak kekurangan yang harus saya perbaiki dalam penyusunan makalah ini. Apabila terdapat kesalahan penulisan saya mohon maaf, kritik dan saran dari pembaca akan saya tunggu. Terimakasih.



DAFTAR PUSTAKA


Dewa Ketut Sukardi . 2000. Bimbingan  dan  Konseling di Sekolah. Jakarta : PT.Rineka Cipta.
Umar dan Sartono. 2001.Bimbingan dan Penyuluhan .Bandung:CV.Pustaka Setia.
Ayu Laila. 2015. Bimbinan dan Konseling. http://bk14046.blogspot.co.id/2015/
06/ konseling-sebagai-helping-relationship.html.
Sani.2012.Counseling For Human Being. http://counseling4human.blogspot.co.id/ 2012/07/konseling-sebagai-hubungan-yang.html.






[1] Umar dan Sartono. 2001.Bimbingan dan Penyuluhan .Bandung:CV.Pustaka Setia..hlm.11
[2] Dewa Ketut Sukardi . 2000. Bimbingan  dan  Konseling di Sekolah. Jakarta : PT.Rineka Cipta..hlm 22
[3] Fitria Osnela. 2013. Konsep Dasar Tentang Hubungan Membantu. http://www. flacaniago. com/2013/04/konsep-dasar-tentang-hubungan-membantu.html.

Tidak ada komentar: