Jumat, 22 Maret 2019

MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

MAKALAH 
STRATEGI PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DAN PENERAPANNYA
 
DOSEN PEMBIMBING
Satri Handayani, M.Pd.I
                                                      Disusun oleh:
                                               HAYATUN SAKINAH

                      
 
                                          


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DINIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PEKANBARU
2017

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.. 3
BAB I. 4
PENDAHULUAN.. 4
A. Latar Belakang. 4
B. Rumusan masalah. 4
C. Tujuan. 4
BAB II. 5
PEMBAHASAN.. 5
A. Pengertian Model Pembelajaran Aqidah Akhlak. 5
B. Model-Model Pembelajaran Aqidah Akhlak Dan Penerapannya. 6
BAB III. 14
KESIMPULAN DAN SARAN.. 14
A. Kesimpulan. 14
B. Saran. 14
DAFTAR PUSTAKA.. 15




KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang mana dengan Taufiq dan Hidayah serta Inayah-Nya,saya  dapat menyelesaikan makalah  sederhana  ini.
Semoga shalawat dan  salam senantiasa dilimpahkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw dan seluruh keluarganya, para sahabat,tabi’in,dan tabi’it-tabi’in, serta para pengikut setia Beliau hingga akhir zaman.
Makalah ini membahas tentang “Model-model Pembelajaran Aqidah Akhlak dan Penerapannya” yang dirangkum dari beberapa sumber, dengan maksud agar memudahkan Mahasiswa dalam mempelajari materi perkuliahan.
Semoga dengan tersusunnya makalah ini, bisa dijadikan sebagai pelajaran dan bermanfaat untuk kita semua, amin.


   Pekanbaru, 3 Oktober 2017
        Hayatun Sakinah





BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akhlak merupakan sikap yang telah melekat pada diri seseorang dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Jika tindakan spontan itu baik menurut pandangan akal dan agama, maka disebut akhlak yang baik atau akhlaqul karimah, atau akhlak mahmudah. Akan tetapi apabila tindakan spontan itu berupa perbuatan-perbuatan yang jelek, maka disebut akhlak tercela atau akhlakl madzmumah.  Mata pelajaran Akidah Akhlak merupakan hal yang amat fundamental terhadap segala asfek kehidupan penganut agama Islam, termasuk pada aspek pendidikan.
Dalam penyampaian materi Akidah Akhlak perlu adanya inovasi dalam kegiatan pembelajaran sehingga diharapkan hasil pembelajaran lebih memperkuat iman peserta didik dan merubah sikap mereka kearah yang lebih baik. Salah satu kegiatan pembelajaran tersebut adalah dengan menggunakan beberapa model-model pembelajaran yang akan saya jelaskan dalam makalah ini.

B. Rumusan masalah

1.    Apa pengertian dari  model pembelajaran aqidah akhlak?
2.    Apa saja model-model pembelajaran aqidah akhlak ?
3.    Bagaimana penerapan model dalam pembelajaran aqidah akhlak?

C. Tujuan

1.    Untuk mengetahui  model pembelajaran aqidah akhlak.
2.    Untuk mengetahui model-model pembelajaran aqidah akhlak.
3.    Untuk mengetahui penerapan model dalam pembelajaran aqidah akhlak.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Pembelajaran Aqidah Akhlak

Istilah model dapat diartikan sebagai tampilan grafis, prosedur kerja yang teratur atau sistematis, serta mengandung pemikiran bersifat uraian atau penjelasan berikut saran. Uraian atau penjelasan menunjukkan bahwa suatu model disain pembelajaran menyajikan bagaimana suatu pembelajaran dibangun atas dasar teori-teori seperti belajar, pembelajaran, psikologi, komunikasi, sistem, dan sebagainya .[1]
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi . Menurut D. Sudjana Pembelajaran adalah upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Pembelajaran pada dasarnya merupakan kegiatan terencana yang mengondisikan atau merangsang seseorang agar dapat belajar dengan baik sesuai dengan tujuan pembelajaran [2]. Dari pengertian tersebut nampak bahwa pembelajaran adalah proses yang kompleks, didalamnya mencakup proses atau kegiatan belajar dan kegiatan mengajar .
Soekamto, dkk (dalam Nurulwati, 2000) mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah  kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Eggen dan Kauchak bahwa model pembelajaran memberikan keerangka dan arah bagi guru untuk mengajar. [3]
Aqidah adalah keyakinan atau keimanan yang benar , dan terealisasikan dalam perilaku akhlak mulia. [4]
Jadi Model pembelajaran Akidah Akhlak adalah pola atau rencana yang dapat digunakan untuk mengoperaasikan kurikulum,Merancang materi pembelajaran dan untuk membimbing belajar dalam seting kelas atau lainnya dalam menyiapkan dan member pengalaman belajar peserta didik untuk mengenal ,memahami menghayati dan mengimani Allah dan merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari – hari .

B. Model-Model Pembelajaran Aqidah Akhlak Dan Penerapannya

Model-model pembelajaran(teaching model) adalah Model belajar yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dalam pengajaran. Model-model pembelajaran lajimnya  dijadikan pedoman perencanaan dan pelaksanaan pengajaran serta evaluasi belajar.
Dalam sebuah model mengajar biasanya terdapat tahapan-tahapan  atau langkah langkah (syntax) yang relatip tetap dan pasti untuk menyajikan materi pelajaran yang berurutan.
Kumpulan atau setmodel mengajar yang dianggap komprehensipf, menurut Tardif (1989) adalah set model yang dikembangkan oleh bruce joyce dan marsha weil dengan kategorisasi sebagai berikut: [5]
a.    Model Imformation  procecing (tahapan pengolahan impormasi)
Model mengajar yang termasuk kategori imformation processing  adalah model peningkatan kapasitas berpikir yang diilhami oleh metode klinik ciptaan jean piaget (1896) seorang ahli psikologi anak yang banyak menekuni perkembangan kognitipnya, penerapan model tersebut diarahkan pada perkembangan-perkembangan sebagai berikut:
1. Daya cipta akal siswa
2. Berpikir kritis siswa
3. Penilaian mandiri siswa dan juga pengembangan.
4.Sosio-emosional siswa (perasaan kemasyarakatan ) sebagai salah satu fenomena ranah rasa siswa.
Setelah guru mempersiapkan segala sesuatu yang mendukung penyajian untuk belajar, guru perlu mempersiapkan 3 macam langkah-langkah (syntax) model. Sintak-sintak ini memerlukan metode diskusi dan pemberian tugas yang secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut:
1.    Langkah konfrontasi. Pada tahap pertama proses belajar mengajar guru perlu mengkonprontasikan atau menghadapkan para siswa pada situasi yang menentang, penuh teka-teki terkadang tak masuk akal. Caranya ialah dengan mengajukan masalah yang pelik (tapi relefan dengan materi pelajaran) dan masih setara dengan ranah cipta siswa.
2.    Langkah inquiry. Langkah kedua ini merupakan proses menggunakan intelek siswa dalam memperoleh pengetahuan dengan cara menemukan dan mengorganisasikan konsep-konsep kedalam sebuah tatanan yang menurut siswa tersebut penting.
Tugas guru dalam langkah kedua ini menggali dan menilai respon para siswa dalam probling umpamanya dengan cara bertanya untuk meyakinkan benar salahnya sesuatu yang telah di kemukakan para siswa, kemudian para guru juga dapat melakukan counter suggestion dengan menanyakan alasan-alasan mengapa siswa dapat menjawab begini dan begitu. Semua pendapat siswa yang sama ataupun tidak, di telaah oleh guru lalu diberi saran dan di sempurnakan jawabannya oleh guru.
3.    Langkah transfer. Pada bagian ini para guru menganjurkan melemparkan masalah baru yang juga muskil dan menentang siswa untuk berpikir. jika siswa telah mampu untuk memecahkan masalah tersebut berarti telah sampai kepada siswa segala sesuatu yang telah di ajarkan seorang guru tersebut dan bisa mengaplikasikannya terhadap kehidupan sehari hari.
Tujuan langkah terakhir ini, seperti yang telah di singgung di atas adalah agar siswa dapat mengaplikasikannya terhadap kehidupannya masing-masing dan dapat memecahkan masalah dan menyelesaikan tugas tugas lain yang dihadapi baik sekarang ataupun masa yang akan datang.
b.  Model personal (pengembangan pribadi)
Pada dasarnya pada model ini supaya siswa tau bagaimana kepribadian dan kemampuan masing-masing dan timbal balik dari  semua itu dapat menolong siswa dalam mengembangkan kepribadian mereka berdasarkan kemampuan masing-masing.
Model yang digunakan disini adalah model nondirektif. Model ini pada umumnya dirancang secara sederhana untuk mempermudah proses belajar pada siswa secara umum dalam arti tidak ditujukan pada aktifitas belajar materi tertentu. Jadi, model nondirektif tersebut lebih bersifat bimbingan dan penyuluhan dalam aktifitas belajar mengajar untuk meningkatkan efektivitas dan efesiensi belajar siswa yang dianggap bermasalah.
Teknik yang lazim dalam metode ini adalah teknik wawancara . dalam wawancara ini siswa dbebaskan menjawab dan mengekspresikan ide dan perasaan kepada guru pembimbing sehubungan dengan masalah yang sedang dialaminya. Sebaliknya, guru sebagai pembimbing harus bersikap empatik dalam arti menunjukan respon ranah cipta dan rasa yang penuh pengertian terhadap emosi dan perasaan siswa.
Menrut carl Rogers yang dikutip oleh dahlan (1990). Ada lima tahapan atau langkah-langkah, yaitu :
1.      Menentukan situasi yang membantu.
Tahapan ini dilakukan pada wawancara awal. pada bagian ini guru pandai-pandai menyusun pertanyaan dan pernyataan yang membuka jalan bagi siswa untuk mengepresikan secara bebas hal-hal yang berkaitan dengan masalah-masalah yang dihadapi. Jadi tahapan pertama ini lebih bersipat penjagaan masalah.
2.      Mendorong/memotivasi siswa untuk mengekpresikan segala perasaan yang ada, baik yang bersipat positif ataupun yang bersipat negatif. Selain itu guru juga diharapkan dapat memotivasi siswa untuk menemukan masalahnya sendiri yang dihadapi.
3.      Mengembangkan insight ( tilikan). Pada tahapan ini siswa diharapkan dapat menampakan personal insight dalam arti mengerti dan menyadari sendiri tentang arti, sebab dan akibat prilakunya pada masa lalu yang bermasalah itu.
4.      Memotipasi siwa sambil membantu membuat keputusan tentang jenis masalah dan membuat rencana pemecahan masalah tersebut. Dalam hal ini yang dapat guru lakukan adalah menawarkan alternatif-alternatif penentuan jenis masalah dan prosedur pemecahannya sendiri. Untuk dijadikan acuan siswa dalam penyelesaian masalahnya sendiri. Jadi yang menyelesaikan masalah bukan guru pembimbing melainkan siswa itu sendiri .
5.      Memberi motifasi kepada siswa supaya mengambil keputusan sendiri dalam masalahnya. Tindakan-tindakan ini harus dilakukan secara berangsur angsur sesuai elemen-elemen masalah yang harus dihadapi. Selanjutnya tugas guru pembimbing memantau pelaksanaan tindakan-tindakan siswa serta bersiap-siap siaga membantu menyingkirkan atau mengurangi hambatan yang mungkin merintangi tindakan positif siswa bersangkutan.
c.  Model social (hubungan bermasyarakat)
Model social adalah rumpun model mengajar yang menitik beratkan pada proses interaksi antar individu yang terjadi dalam kelompok individu tersebut. Oleh karna itu rumpun ini sering disebut rumpun interaktif model (model yang bersifat hubungan antar individu) . Model social di prioritaskan untuk mengembangkan kecakapan indipidu siswa dalam berhubungan dengan orang lain, atau masyarakat di sekelilingnya. Salah satu model yang mengutamakan interaksi antar siswa dalam situasi demokratis  itu adalah model mengajar role playing (bermain peran) .
Pada prinsipnya , model mengajar bermain peran merupakan upaya pemecahan masalah khususnya yang bertalian dengan kehidupan sosial melalui peragaan tindakan. Proses pemecahan masalah tersebut dilakukan melalui tahapan-tahapan:
1. Identifikasi/pengenalan masalah.
2. Uraian masalah.
3. Pemeranan/peragaan tindakan
4.  Diskusi dan evaluasi
Menurut Shaftel ada sembilan langkah yang perlu ditempuh dalam melaksanakan model dalam bermain peran, yaitu :
1.    Memotipasi kelompok.
Dalam merangsang minat siswa terhadap kegiatan bermain peran, guru perlu menawarkan massalah yang baik . Masalah masalah yang baik harus memiliki kriteria sebagi berikut:
a.    Masalah-masalah itu aktual
b.    Masalah itu sesuai dengan kehidupan siswa
c.    Masalah itu merangsang siswa untuk ingin tau
2.    Memilih pemeran  (pemegang peranan/actor).
Pada tahap ini bersama-sama para siswa guru mendiskusikan gambaran karakter-karakter yang akan diperankan . Sesudah karakter-karakter ini disepakati , selanjutnya guru menawarkan peran-peran itu kepada siswa yang layak.
3.    Mempersiapkan pengamat.
Dalam melangsungkan model bermain peran diperlukan adanya pengamat yang diambil dari kalangan siswa sendiri
4.    Mempersiapkan tahapan peranan.
Dalam bermain peran tidak diperlukan adanya dialog-dialog khusus seperti dalam sinetron sebab apa yang dibutuhkan para siswa actor itu adalah dorongan untuk berbicara dan bertindak secara kreatif dan spontan.
5.    Pemeranan.
Setelah segala sesuatunya siap, mulailah para actor memainkan peran masing-masing secara spontan sesuai dengan garis-garis besar dan tahapan-tahapan yang telah ditentukan.

6.    Diskusi dan evaluasi.
Sesudah semua peran dimainkan, diskusi dan evaluasi perlu diadakan. Dalam hal ini guru bersama para aktor dan pengamat hendaknya melakukan pertukaran pikiran dalam rangka menilai bagian-bagian  peran mana yang belum sempurna dimainkan.
7.    Pengulangan pemeranan.
Dari diskusi dan evaluasi tadi biasanya akan muncul gagasan yang muncul mengenai alternatif-alternatif lain pemeranan.
8.    Diskusi dan evaluasi ulang.
Diskusi dan evaluasi ulang ini diharapkan timbul kesepakatan yang bulat  mengenai strategi tertentu untuk memecahkan masalah yang berulang dalam bermain peran.
9.    Membagi pengalaman dan menarik generalisasi.
Tahapan ini dilaksanakan untuk menarik faedah pokok yang terkandung dalam bermain peran yakni membantu para siswa memperoleh pengalaman-pengalaman baru yang berharga melalui aktivitas interaksi dengan orang lain. Pada tahap ini para siswa diharapkan saling mengemukakan pengalaman hidupnya bersama orang lain , mungkin pengalaman-pengalaman yang beraneka ragam itu dalam banyak segi tertentu terdapat kesamaan yang dapat diambil kesamaan yang dapat diambil sebagai standar generalisasi  (pematokan prinsip yang berlaku umum).
d.  Model behavioral (pengembangan perilaku)
Pada model ini direkayasa atas dasar kerangka teori prilaku yang dihubungkan atas proses belajar dan mengajar. Aktivitas teori ini harus ditujukan  pada timbulnya prilaku baru atau berubahnya perilaku siswa kearah yang diinginkan dan diharapkan.
Dalam rumpun ini banyak model yang digunakan. Salah satunya model yang cukup mahsyur ialah model belajar tuntas (mastery learning).
Model mastery learning (belajar tuntas) dalam istilah Benjamin bloom diebut learning for mastery   pada dasarnya merupakan pendekatan mengajar yang mengacu pada penetapan criteria hasil belajar. Kriterianya meliputi:
1.      Pengetahuan
2.      Konsep
3.      Keterampilan
4.      Sikap dan nilai
Pedoman umum, menganjurkan guru untuk mengambil langkah-langkah sebagai berikut:
1.  Langkah orientasi.
Dalam tahapan ini guru dianjurkan (menyusun kerangka kerja pengajaran) dalam kerangka pengajaran ini perlu diterapkan hal-hal sebagai berikut.
a. Pokok bahasan materi pelajaran.
b. Keterampilan husus yang harus dimiliki siswa sesuai materi pembelajaran.
c. Tugas dan tanggung jawab murid dalam melakukan belajar.
2.   Langkah penyajian.
Pada tahap ini guru menjelaskan konsep-konsep yang terdapat dalam pokok bahasan, diselingi dengan demonstrasi peragaan atau demonstrasi keterampilan yang berhubungan dengan materi pelajaran. Menurut below (1985) dianjurkan menggunakan alat bantu seperti gambar peraga atau media yang menggambarkan sesuatu mengenai pembelajaran tersebut.
3.  Langkah strukturisasi latihan.
Pada tahap ketiga ini guru memperlihatkan conto-contoh mempraktikan keterampilan sesuai dengan urutan yang telah di jelaskan pada waktu penyajian materi.
4.   Langkah praktik.
Pada tahap ini seorang guru seyogyanya member peluang kepada si anak untuk mempraktekan keterampilan yangtelah mereka lihat dan mereka lihat pada tahap-tahap sebelumnya

5.   Langkah praktik bebas.
Pada tahap ini guru memberi kebebasan untuk mempraktekan sendiri keterampilan yang telah dikuasai siswa. Pada tahap ini baru dapat diberikan kepada para siswa setelah mereka mencapai akurasi (ketepatan) keterampilan minimal 85 persen.


BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Model pembelajaran Akidah Akhlak adalah pola atau rencana yang dapat digunakan untuk mengoperaasikan kurikulum,Merancang materi pembelajaran dan untuk membimbing belajar dalam seting kelas atau lainnya dalam menyiapkan dan member pengalaman belajar peserta didik untuk mengenal ,memahami menghayati dan mengimani Allah dan merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari – hari .
Adapun beberapa model pembelajaran aqidah akhlak yaitu :
1.    Model Imformation  procecing (tahapan pengolahan impormasi)
2.    Model personal (pengembangan pribadi)
3.    Model social (hubungan bermasyarakat)
4.    Model behavioral (pengembangan perilaku)

B. Saran                                                  

Akhirnya selesailah makalah  saya yang membahas tentang model-model pembelajaran aqidah akhlak. Sungguh, masih banyak kekurangan yang harus saya perbaiki dalam penyusunan makalah ini. Apabila terdapat kesalahan penulisan saya mohon maaf, kritik dan saran dari pembaca akan saya tunggu. Terimakasih.



DAFTAR PUSTAKA


Dewi Salma Prawiradilaga. 2009. Prinsip Dasar Pembelajaran. Jakarta: Universitas Negri Jakarta.
Abdul Majid. 2012. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Junaedi. Dkk .2008. Strategi Pembelajaran.Surabaya: LAPIS-PGMI.
Fuziah Khairiyah. 2013. Makalah Strategi Pembelajaran Aqidah Akhlak. http://fuz14h.blogspot.com/2013/01/makalah-strategi-pembelajaran-aqidah.html.
Agus joe. 2012. Model-Model Pembelajaran Yang Efektip Dan Penerapannya. http://pendidikan8.blogspot.co.id/2013/01/model-model-pembelajaran-yang-efektip.html




[1]Dewi Salma Prawiradilaga. 2009. Prinsip Dasar Pembelajaran. Jakarta: Universitas Negri Jakarta. Hlm. 33.
[2]Abdul Majid. 2012. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Hlm. 269 .
[3]Junaedi. Dkk .2008. Strategi Pembelajaran.Surabaya: LAPIS-PGMI. Hlm. 1.10 .
[4]Fuziah Khairiyah. 2013. Makalah Strategi Pembelajaran Aqidah Akhlak. http://fuz14h.blogspot.com/2013/01/makalah-strategi-pembelajaran-aqidah.html.
[5]Agus joe. 2012. Model-Model Pembelajaran Yang Efektip Dan Penerapannya. http://pendidikan8.blogspot.co.id/2013/01/model-model-pembelajaran-yang-efektip.html

Tidak ada komentar: