MAKALAH
STRATEGI PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DAN PENERAPANNYA
STRATEGI PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DAN PENERAPANNYA
DOSEN PEMBIMBING
Satri Handayani, M.Pd.I
Satri Handayani, M.Pd.I
HAYATUN SAKINAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DINIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PEKANBARU
2017
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PEKANBARU
2017
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Model Pembelajaran Aqidah Akhlak
B. Model-Model
Pembelajaran Aqidah Akhlak Dan Penerapannya
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah
Kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang mana dengan Taufiq dan
Hidayah serta Inayah-Nya,saya dapat
menyelesaikan makalah sederhana ini.
Semoga
shalawat dan salam senantiasa
dilimpahkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw dan seluruh keluarganya, para
sahabat,tabi’in,dan tabi’it-tabi’in, serta para pengikut setia Beliau hingga
akhir zaman.
Makalah
ini membahas tentang “Model-model Pembelajaran Aqidah Akhlak dan
Penerapannya” yang dirangkum dari beberapa sumber, dengan maksud agar
memudahkan Mahasiswa dalam mempelajari materi perkuliahan.
Semoga
dengan tersusunnya makalah ini, bisa dijadikan sebagai pelajaran dan bermanfaat
untuk kita semua, amin.
Pekanbaru, 3 Oktober 2017
Hayatun Sakinah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhlak merupakan sikap yang telah melekat pada diri seseorang dan
secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Jika tindakan
spontan itu baik menurut pandangan akal dan agama, maka disebut akhlak yang
baik atau akhlaqul karimah, atau akhlak mahmudah. Akan tetapi apabila tindakan
spontan itu berupa perbuatan-perbuatan yang jelek, maka disebut akhlak tercela
atau akhlakl madzmumah. Mata pelajaran
Akidah Akhlak merupakan hal yang amat fundamental terhadap segala asfek
kehidupan penganut agama Islam, termasuk pada aspek pendidikan.
Dalam penyampaian materi Akidah Akhlak perlu adanya inovasi dalam kegiatan
pembelajaran sehingga diharapkan hasil pembelajaran lebih memperkuat iman
peserta didik dan merubah sikap mereka kearah yang lebih baik. Salah satu
kegiatan pembelajaran tersebut adalah dengan menggunakan beberapa model-model
pembelajaran yang akan saya jelaskan dalam makalah ini.
B. Rumusan masalah
1.
Apa pengertian dari model
pembelajaran aqidah akhlak?
2. Apa saja model-model pembelajaran
aqidah akhlak ?
3. Bagaimana penerapan model dalam
pembelajaran aqidah akhlak?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui model pembelajaran aqidah akhlak.
2. Untuk mengetahui model-model
pembelajaran aqidah akhlak.
3.
Untuk mengetahui penerapan model dalam pembelajaran aqidah
akhlak.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Model Pembelajaran Aqidah Akhlak
Istilah model dapat diartikan
sebagai tampilan grafis, prosedur kerja yang teratur atau sistematis, serta
mengandung pemikiran bersifat uraian atau penjelasan berikut saran. Uraian atau
penjelasan menunjukkan bahwa suatu model disain pembelajaran menyajikan
bagaimana suatu pembelajaran dibangun atas dasar teori-teori seperti belajar,
pembelajaran, psikologi, komunikasi, sistem, dan sebagainya .[1]
Pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar
yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi . Menurut D.
Sudjana Pembelajaran adalah upaya pendidik untuk membantu peserta didik
melakukan kegiatan belajar. Pembelajaran pada dasarnya merupakan kegiatan terencana
yang mengondisikan atau merangsang seseorang agar dapat belajar dengan
baik sesuai dengan tujuan pembelajaran [2]. Dari pengertian tersebut nampak bahwa pembelajaran adalah proses
yang kompleks, didalamnya mencakup proses atau kegiatan belajar dan kegiatan
mengajar .
Soekamto, dkk (dalam Nurulwati,
2000) mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran
dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Hal ini
sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Eggen dan Kauchak bahwa model
pembelajaran memberikan keerangka dan arah bagi guru untuk mengajar. [3]
Aqidah adalah keyakinan atau keimanan
yang benar , dan terealisasikan dalam perilaku akhlak mulia. [4]
Jadi Model pembelajaran Akidah
Akhlak adalah pola atau rencana yang dapat digunakan untuk mengoperaasikan
kurikulum,Merancang materi pembelajaran dan untuk membimbing belajar dalam
seting kelas atau lainnya dalam menyiapkan dan member pengalaman belajar
peserta didik untuk mengenal ,memahami menghayati dan mengimani Allah dan
merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari – hari .
B. Model-Model Pembelajaran Aqidah Akhlak Dan
Penerapannya
Model-model
pembelajaran(teaching model) adalah Model belajar yang direkayasa
sedemikian rupa untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dalam pengajaran.
Model-model pembelajaran lajimnya
dijadikan pedoman perencanaan dan pelaksanaan pengajaran serta evaluasi
belajar.
Dalam sebuah
model mengajar biasanya terdapat tahapan-tahapan atau langkah langkah (syntax) yang
relatip tetap dan pasti untuk menyajikan materi pelajaran yang berurutan.
Kumpulan atau
setmodel mengajar yang dianggap komprehensipf, menurut Tardif (1989) adalah set
model yang dikembangkan oleh bruce joyce dan marsha weil dengan kategorisasi
sebagai berikut: [5]
a. Model
Imformation procecing (tahapan
pengolahan impormasi)
Model mengajar
yang termasuk kategori imformation processing adalah model peningkatan kapasitas berpikir
yang diilhami oleh metode klinik ciptaan jean piaget (1896) seorang ahli
psikologi anak yang banyak menekuni perkembangan kognitipnya, penerapan model
tersebut diarahkan pada perkembangan-perkembangan sebagai berikut:
1. Daya cipta akal
siswa
2. Berpikir kritis
siswa
3. Penilaian
mandiri siswa dan juga pengembangan.
4.Sosio-emosional
siswa (perasaan kemasyarakatan ) sebagai salah satu fenomena ranah rasa siswa.
Setelah guru mempersiapkan segala sesuatu yang mendukung
penyajian untuk belajar, guru perlu mempersiapkan 3 macam langkah-langkah
(syntax) model. Sintak-sintak ini memerlukan metode diskusi dan pemberian tugas
yang secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut:
1.
Langkah konfrontasi. Pada tahap pertama proses
belajar mengajar guru perlu mengkonprontasikan atau menghadapkan para siswa
pada situasi yang menentang, penuh teka-teki terkadang tak masuk akal. Caranya
ialah dengan mengajukan masalah yang pelik (tapi relefan dengan materi
pelajaran) dan masih setara dengan ranah cipta siswa.
2.
Langkah inquiry. Langkah kedua ini merupakan
proses menggunakan intelek siswa dalam memperoleh pengetahuan dengan cara
menemukan dan mengorganisasikan konsep-konsep kedalam sebuah tatanan yang
menurut siswa tersebut penting.
Tugas guru dalam langkah kedua ini menggali dan
menilai respon para siswa dalam probling umpamanya dengan cara bertanya untuk
meyakinkan benar salahnya sesuatu yang telah di kemukakan para siswa, kemudian
para guru juga dapat melakukan counter suggestion dengan menanyakan alasan-alasan
mengapa siswa dapat menjawab begini dan begitu. Semua pendapat siswa yang sama
ataupun tidak, di telaah oleh guru lalu diberi saran dan di sempurnakan
jawabannya oleh guru.
3.
Langkah transfer. Pada bagian ini para guru
menganjurkan melemparkan masalah baru yang juga muskil dan menentang siswa
untuk berpikir. jika siswa telah mampu untuk memecahkan masalah tersebut
berarti telah sampai kepada siswa segala sesuatu yang telah di ajarkan seorang
guru tersebut dan bisa mengaplikasikannya terhadap kehidupan sehari hari.
Tujuan langkah terakhir ini, seperti yang telah
di singgung di atas adalah agar siswa dapat mengaplikasikannya terhadap
kehidupannya masing-masing dan dapat memecahkan masalah dan menyelesaikan tugas
tugas lain yang dihadapi baik sekarang ataupun masa yang akan datang.
b.
Model personal (pengembangan pribadi)
Pada dasarnya
pada model ini supaya siswa tau bagaimana kepribadian dan kemampuan
masing-masing dan timbal balik dari
semua itu dapat menolong siswa dalam mengembangkan kepribadian mereka
berdasarkan kemampuan masing-masing.
Model yang
digunakan disini adalah model nondirektif. Model ini pada umumnya dirancang
secara sederhana untuk mempermudah proses belajar pada siswa secara umum dalam
arti tidak ditujukan pada aktifitas belajar materi tertentu. Jadi, model
nondirektif tersebut lebih bersifat bimbingan dan penyuluhan dalam aktifitas
belajar mengajar untuk meningkatkan efektivitas dan efesiensi belajar siswa
yang dianggap bermasalah.
Teknik yang lazim
dalam metode ini adalah teknik wawancara . dalam wawancara ini siswa dbebaskan
menjawab dan mengekspresikan ide dan perasaan kepada guru pembimbing sehubungan
dengan masalah yang sedang dialaminya. Sebaliknya, guru sebagai pembimbing
harus bersikap empatik dalam arti menunjukan respon ranah cipta dan rasa yang
penuh pengertian terhadap emosi dan perasaan siswa.
Menrut carl Rogers yang dikutip oleh dahlan
(1990). Ada lima tahapan atau langkah-langkah, yaitu :
1.
Menentukan situasi yang membantu.
Tahapan ini dilakukan pada wawancara awal. pada
bagian ini guru pandai-pandai menyusun pertanyaan dan pernyataan yang membuka
jalan bagi siswa untuk mengepresikan secara bebas hal-hal yang berkaitan dengan
masalah-masalah yang dihadapi. Jadi tahapan pertama ini lebih bersipat
penjagaan masalah.
2.
Mendorong/memotivasi siswa untuk mengekpresikan
segala perasaan yang ada, baik yang bersipat positif ataupun yang bersipat
negatif. Selain itu guru juga diharapkan dapat memotivasi siswa untuk menemukan
masalahnya sendiri yang dihadapi.
3.
Mengembangkan insight ( tilikan). Pada tahapan
ini siswa diharapkan dapat menampakan personal insight dalam arti mengerti dan
menyadari sendiri tentang arti, sebab dan akibat prilakunya pada masa lalu yang
bermasalah itu.
4.
Memotipasi siwa sambil membantu membuat
keputusan tentang jenis masalah dan membuat rencana pemecahan masalah tersebut.
Dalam hal ini yang dapat guru lakukan adalah menawarkan alternatif-alternatif
penentuan jenis masalah dan prosedur pemecahannya sendiri. Untuk dijadikan
acuan siswa dalam penyelesaian masalahnya sendiri. Jadi yang menyelesaikan
masalah bukan guru pembimbing melainkan siswa itu sendiri .
5.
Memberi motifasi kepada siswa supaya mengambil
keputusan sendiri dalam masalahnya. Tindakan-tindakan ini harus dilakukan
secara berangsur angsur sesuai elemen-elemen masalah yang harus dihadapi.
Selanjutnya tugas guru pembimbing memantau pelaksanaan tindakan-tindakan siswa
serta bersiap-siap siaga membantu menyingkirkan atau mengurangi hambatan yang
mungkin merintangi tindakan positif siswa bersangkutan.
c.
Model social (hubungan bermasyarakat)
Model social adalah rumpun model mengajar yang
menitik beratkan pada proses interaksi antar individu yang terjadi dalam
kelompok individu tersebut. Oleh karna itu rumpun ini sering disebut rumpun
interaktif model (model yang bersifat
hubungan antar individu) . Model social di prioritaskan untuk mengembangkan kecakapan
indipidu siswa dalam berhubungan dengan orang lain, atau masyarakat di
sekelilingnya. Salah satu model yang mengutamakan interaksi antar siswa dalam
situasi demokratis itu adalah model
mengajar role playing (bermain peran) .
Pada prinsipnya , model mengajar bermain peran
merupakan upaya pemecahan masalah khususnya yang bertalian dengan kehidupan
sosial melalui peragaan tindakan. Proses pemecahan masalah tersebut dilakukan
melalui tahapan-tahapan:
1. Identifikasi/pengenalan
masalah.
2. Uraian
masalah.
3. Pemeranan/peragaan
tindakan
4. Diskusi
dan evaluasi
Menurut Shaftel ada sembilan langkah yang perlu
ditempuh dalam melaksanakan model dalam bermain peran, yaitu :
1.
Memotipasi
kelompok.
Dalam
merangsang minat siswa terhadap kegiatan bermain peran, guru perlu menawarkan
massalah yang baik . Masalah masalah yang baik harus memiliki kriteria sebagi
berikut:
a.
Masalah-masalah
itu aktual
b.
Masalah itu
sesuai dengan kehidupan siswa
c.
Masalah itu
merangsang siswa untuk ingin tau
2.
Memilih pemeran (pemegang peranan/actor).
Pada tahap ini
bersama-sama para siswa guru mendiskusikan gambaran karakter-karakter yang akan
diperankan . Sesudah karakter-karakter ini disepakati , selanjutnya guru
menawarkan peran-peran itu kepada siswa yang layak.
3.
Mempersiapkan
pengamat.
Dalam
melangsungkan model bermain peran diperlukan adanya pengamat yang diambil dari
kalangan siswa sendiri
4.
Mempersiapkan
tahapan peranan.
Dalam bermain
peran tidak diperlukan adanya dialog-dialog khusus seperti dalam sinetron sebab
apa yang dibutuhkan para siswa actor itu adalah dorongan untuk berbicara dan
bertindak secara kreatif dan spontan.
5.
Pemeranan.
Setelah segala
sesuatunya siap, mulailah para actor memainkan peran masing-masing secara spontan
sesuai dengan garis-garis besar dan tahapan-tahapan yang telah ditentukan.
6.
Diskusi dan
evaluasi.
Sesudah semua
peran dimainkan, diskusi dan evaluasi perlu diadakan. Dalam hal ini guru
bersama para aktor dan pengamat hendaknya melakukan pertukaran pikiran dalam
rangka menilai bagian-bagian peran mana
yang belum sempurna dimainkan.
7.
Pengulangan
pemeranan.
Dari diskusi
dan evaluasi tadi biasanya akan muncul gagasan yang muncul mengenai
alternatif-alternatif lain pemeranan.
8.
Diskusi dan
evaluasi ulang.
Diskusi dan
evaluasi ulang ini diharapkan timbul kesepakatan yang bulat mengenai strategi tertentu untuk memecahkan
masalah yang berulang dalam bermain peran.
9.
Membagi
pengalaman dan menarik generalisasi.
Tahapan ini
dilaksanakan untuk menarik faedah pokok yang terkandung dalam bermain peran
yakni membantu para siswa memperoleh pengalaman-pengalaman baru yang berharga
melalui aktivitas interaksi dengan orang lain. Pada tahap ini para siswa diharapkan
saling mengemukakan pengalaman hidupnya bersama orang lain , mungkin
pengalaman-pengalaman yang beraneka ragam itu dalam banyak segi tertentu
terdapat kesamaan yang dapat diambil kesamaan yang dapat diambil sebagai
standar generalisasi (pematokan prinsip
yang berlaku umum).
d.
Model behavioral (pengembangan perilaku)
Pada model ini direkayasa atas dasar kerangka
teori prilaku yang dihubungkan atas proses belajar dan mengajar. Aktivitas
teori ini harus ditujukan pada timbulnya
prilaku baru atau berubahnya perilaku siswa kearah yang diinginkan dan
diharapkan.
Dalam rumpun ini banyak model yang digunakan.
Salah satunya model yang cukup mahsyur ialah model belajar tuntas (mastery
learning).
Model mastery learning (belajar tuntas)
dalam istilah Benjamin bloom diebut learning for mastery pada dasarnya merupakan pendekatan mengajar
yang mengacu pada penetapan criteria hasil belajar. Kriterianya meliputi:
1.
Pengetahuan
2.
Konsep
3.
Keterampilan
4.
Sikap dan nilai
Pedoman umum, menganjurkan guru untuk mengambil
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Langkah
orientasi.
Dalam tahapan
ini guru dianjurkan (menyusun kerangka kerja pengajaran) dalam kerangka
pengajaran ini perlu diterapkan hal-hal sebagai berikut.
a. Pokok bahasan materi
pelajaran.
b. Keterampilan
husus yang harus dimiliki siswa sesuai materi pembelajaran.
c. Tugas dan
tanggung jawab murid dalam melakukan belajar.
2. Langkah
penyajian.
Pada tahap ini
guru menjelaskan konsep-konsep yang terdapat dalam pokok bahasan, diselingi
dengan demonstrasi peragaan atau demonstrasi keterampilan yang berhubungan
dengan materi pelajaran. Menurut below (1985) dianjurkan menggunakan alat bantu
seperti gambar peraga atau media yang menggambarkan sesuatu mengenai
pembelajaran tersebut.
3. Langkah
strukturisasi latihan.
Pada tahap
ketiga ini guru memperlihatkan conto-contoh mempraktikan keterampilan sesuai
dengan urutan yang telah di jelaskan pada waktu penyajian materi.
4. Langkah
praktik.
Pada tahap ini
seorang guru seyogyanya member peluang kepada si anak untuk mempraktekan
keterampilan yangtelah mereka lihat dan mereka lihat pada tahap-tahap
sebelumnya
5. Langkah praktik
bebas.
Pada tahap ini
guru memberi kebebasan untuk mempraktekan sendiri keterampilan yang telah
dikuasai siswa. Pada tahap ini baru dapat diberikan kepada para siswa setelah
mereka mencapai akurasi (ketepatan) keterampilan minimal 85 persen.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Model pembelajaran Akidah Akhlak adalah pola atau rencana yang
dapat digunakan untuk mengoperaasikan kurikulum,Merancang materi pembelajaran
dan untuk membimbing belajar dalam seting kelas atau lainnya dalam menyiapkan
dan member pengalaman belajar peserta didik untuk mengenal ,memahami menghayati
dan mengimani Allah dan merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam
kehidupan sehari – hari .
Adapun beberapa model pembelajaran aqidah
akhlak yaitu :
1.
Model Imformation procecing (tahapan pengolahan impormasi)
2.
Model personal (pengembangan pribadi)
3.
Model social
(hubungan bermasyarakat)
4.
Model
behavioral (pengembangan perilaku)
B. Saran
Akhirnya selesailah
makalah saya yang membahas tentang model-model
pembelajaran aqidah akhlak. Sungguh, masih banyak kekurangan yang harus saya
perbaiki dalam penyusunan makalah ini. Apabila terdapat kesalahan penulisan
saya mohon maaf, kritik dan saran dari pembaca akan saya tunggu. Terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi
Salma Prawiradilaga. 2009. Prinsip Dasar Pembelajaran. Jakarta:
Universitas Negri Jakarta.
Abdul Majid.
2012. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Junaedi. Dkk .2008. Strategi Pembelajaran.Surabaya:
LAPIS-PGMI.
Fuziah
Khairiyah. 2013. Makalah Strategi Pembelajaran Aqidah Akhlak. http://fuz14h.blogspot.com/2013/01/makalah-strategi-pembelajaran-aqidah.html.
Agus
joe. 2012. Model-Model Pembelajaran Yang Efektip Dan Penerapannya. http://pendidikan8.blogspot.co.id/2013/01/model-model-pembelajaran-yang-efektip.html
[1]Dewi Salma
Prawiradilaga. 2009. Prinsip Dasar Pembelajaran. Jakarta: Universitas
Negri Jakarta. Hlm. 33.
[2]Abdul Majid. 2012. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Hlm. 269 .
[3]Junaedi. Dkk
.2008. Strategi Pembelajaran.Surabaya: LAPIS-PGMI. Hlm. 1.10 .
[4]Fuziah
Khairiyah. 2013. Makalah Strategi Pembelajaran Aqidah Akhlak.
http://fuz14h.blogspot.com/2013/01/makalah-strategi-pembelajaran-aqidah.html.
[5]Agus joe. 2012. Model-Model Pembelajaran Yang Efektip Dan Penerapannya.
http://pendidikan8.blogspot.co.id/2013/01/model-model-pembelajaran-yang-efektip.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar