Jumat, 22 Maret 2019

MAKALAH SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN DAN PERGURUAN TINGGI


PERBANDINGAN PENDIDIKAN
SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN
DAN PERGURUAN TINGGI

Disusun oleh:
HAYATUN SAKINAH
NIM:1216.15.1369

Dosen Pembimbing :
TAFSIRUDDIN, S.Sos.I, M.Pd.I

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DINIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM PEKANBARU
1439 H/ 201
8 M

DARTAR ISI


DARTAR ISI 2
KATA PENGANTAR. 3
BAB I 4
PENDAHULUAN.. 4
A.  Latar belakang masalah. 4
B. Rumusan masalah. 4
C. Tujuan. 4
BAB II 5
PEMBAHASAN.. 5
A.    Metode Pendidikan Di Pondok Pesantren. 5
B.    Sistem Pendidikan Di Pondok Pesantren. 8
C.    Keunggulan Pendidikan Pesantren. 10
D.    Sejarah Pendidikan Pesantren. 11
BAB III 14
PENUTUP. 14
1.    Kesimpulan. 14
2.    Saran. 15
DAFTAR PUSTAKA. 16


KATA PENGANTAR


Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga tugas makalah   ini dapat terselesaikan dengan lancar dan tepat pada waktunya. Selanjutnya sholawat dan salam saya kirimkan kepada nabi besar Muhammad SAW sebagaimana beliau telah mengangkat derajat manusia dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang.
Ucapan terima kasih saya berikan kepada bapak dosen Tafsiruddin, S.Sos.I, M.Pd.I . Selaku dosen pengampu mata kuliah yang telah memberikan ilmu serta arahan pada tugas makalah ini.
Selanjutnya ucapan terima kasih saya berikan kepada teman-teman yang telah mau bekerja sama dan memberikan bantuannya terhadap tugas ini, tanpa mereka makalah ini juga tidak akan terselesaikan tepat pada waktunya. Harapan saya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya serta dapat menambah pengetahuan dan pemahaman pada pembahasan makalah ini. Aamiin.
Tentunya masih banyak kesalahan pada tugas makalah ini yang mungkin saya tidak sadari, oleh karena itu kritik dan saran bagi pembaca sangat saya harapkan guna perbaikan tugas makalah-makalah selanjutnya.



Pekanbaru,17 Februari 2018

                                                                                                                            Hayatun Sakinah

 


BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar belakang masalah

Pendidikan bagi umat manusia merupakan sistem dan cara meningkatkan kualitas hidup dalam segala bidang. Dalam sejarah hidup umat manusia dimuka bumi ini hampir tidak ada kelompok manusia yang tidak menggunakan pendidikan sebagai pembudayaan dan peningkatan kualitasnya, sekalipun dalam kelompok masyarakat primitif.
Hanya sistem dan metodenya yang berbeda-beda sesuai taraf hidup dan budaya masyarakat masing-masing. Di kalangan masyarakat yang berbudaya modern, sistem dan metode pendidikan yang dipergunakan setaraf dengan kebutuhan atau tuntutan aspirasinya. Sistem dan metode tersebut diorientasikan kepada efektifitas dan efisiensi.
Metode penyajian atau penyampaian di pondok pesantren bersifat tradisional menurut kebiasaan-kebiasaan yang lama dipergunakan dalam institusi itu.

B. Rumusan masalah

1.  Bagaimana metode pendidikan  di pondok pesantren?
2.  Bagaimana sistem pendidikan di pondok pesantren?
3.  Apa keunggulan pendidikan  pondok pesantren?
4.  Bagaimana sejarah pendidikan pondok pesantren?

 C. Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana metode pendidikan  di pondok pesantren.
2. Untuk mengetahui bagaimana sistem pendidikan di pondok pesantren.
3. Untuk mengetahui apa keunggulan pendidikan  pondok pesantren.
 4. Untuk mengetahui bagaimana sejarah pendidikan pondok pesantren.

BAB II

PEMBAHASAN

A.  Metode Pendidikan Di Pondok Pesantren

Zamakhsyari Dhofir, mengatakan bahwa jenis metode pendidikan yang dominan dipakai di lingkungan pesantren adalah metode individual. Seorang murid atau seorang santri datang pada guru yang akan membacakan beberapa baris Qur’an atau kitab-kitab bahasa Arab, dan menterjemahkan ke dalam bahasa Jawa. Pada gilirannya murid mengulangi dan menterjemahkan seperti yang diucapkan oleh gurunya, metode ini biasanya disebut sorogan.
1.    Metode Sorogan
Arifin, menyebut bahwa metode sorogan “punah” ketika gerakan pembaharuan dalam pendidikan Islam berkembang. Bahkan dengan gerakan pembaharuan itu, otoritas pengajar pendidikan agama Islam yang semula didominasi oleh Kiyai mulai berubah. Pernyataan HM. Arifin tersebut menunjukkan, bahwa pada mulanya pengajaran pendidikan agama Islam khusus disampaikan oleh Kiyai.
Hal ini seperti yang dikatakan oleh Zamakhsyari Dhofir, merupakan sosok yang sangat disegani oleh santrinya, bahkan oleh masyarakat luas. Hal ini dinyatakan pula oleh HM. Arifin tersebut menunjukkan telah terjadi pergeseran mengenai subjek pendidikan agama Islam, yang tidak hanya terbatas pada Kiyai dan alumni pesantren, tetapi juga di ajarkan oleh oleh orang yang diluluskan dari sekolah formal.
Metode sorogan yang pernah dominan digunakan pondok pesantren, kemudian berkembang dengan metode-metode lain. Kenyataan seperti ini, secara sosiologis menunjukkan bahwa pesantren tidak terbebas dari pengaruh luar, misalnya dari perkembangan metodologi pengajaran di sekolah. Munculnya metode diskusi, metode resitasi, yang semula hanya memberikan tugas-tugas yang berkaitan dengan materi pelajaran keagamaan, dikembangkan dengan metode-metode lain dari ajaran yang lain pula. Seperti pemberian tugas pada mata pelajaran umum, dan tugas-tugas ilmu yang lain.
Perbedaan Antara Metode yang Digunakan Oleh Pondok Pesantren dan Lembaga Pendidikan Sekolah
Kalau dalam pendidikan Islam di pondok pesantren, metode yang digunakan paling dominan adalah metode sorogan dan metode resitasi yang bersumbu pada kehafalan. Karenanya, pendidikan dan pengajaran di lingkungan pondok pesantren tidak lebih banyak memberikan wahana dan nuansa yang lebih berkembang. Tetapi hanya batas pada konsep belajar mengajar dalam arti yang sempit. Ia hanya pewarisan kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda melalui pengkajian dan pendalaman kitab-kitab kuning sebagai buku pegangan.
Perbedaan yang mencolok antara pendidikan Islam di pesantren dengan pendidikan di sekolah pada umumnya, terletak pada aspek metode dan seluruh komponen yang berhubungan langsung dengan pelaksanaan pendidikan.
Persamaan Pendidikan Islam di Pondok Pesantren dengan di Sekolah
Persamaan antara pendidikan Islam di pondok pesantren dengan di sekolah adalah sama-sama memberikan titik tekan pengajaran kepada ajaran Islam mengalahkan materi pelajaran lainnya. Sekalipun diakui, di lembaga pendidikan Islam di sekolah telah diajarkan materi pelajaran lain. Bahkan ketika komputerisasi berkembang seperti sekarang ini, dengan serta merta pesantren-pesantren pun memposisikan supaya santri-santrinya dapat menguasai komputer.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa pendidikan Islam seperti pesantren siap dan mau mengadaftasikan dirinya. Harapannya agar pesantren tetap eksis di tengah kemajuan jaman yang mengandalkan tekhnologi komputer sebagai dasar kerjanya. Dan sebagai wahana untuk mentransmisikan ajaran Islam.


2.    Metode Diskusi
Dari segi pengunaan metode, persamaan antara pendidikan Islam di pondok pesantren dan sekolah pada umumnya, adalah metode diskusi yang diberikan di sekolah, saat ini juga digunakan di pesantren-pesantren.
Metode ini dapat berfungsi seperti apa yang diungkapkan oleh Abu Bakar Muhammad, bahwa metode berfungsi untuk lebih membangkitkan pikiran dan minat murid untuk aktif, dia sendiri lebih mampu menyiapkan diri sendiri untuk menyampaikan ilmu pengetahuan itu kepada murid dengan cara-cara yang mudah diterima dan lebih mudah difahami. Pendapat sama diungkapkan Imansyah Alpandia yang menyebut fungsi metode adalah untuk untuk membangkitkan minat para murid sehingga seluruh perhatian mereka tertuju pada materi pelajaran yang sedang diajarkan.
Dengan demikian jelaslah bahwa pondok pesantren bukan hanya mampu bertahan, tetapi lebih dari itu dengan penyesuaian, akomodasi dan konsepsi yang diberikan, pesantren pada gilirannya telah mampu mengembangkan diri dan bahkan kembali menempatkan diri pada posisi terpenting dalam sistem pendidikan nasional Indonesia secara keseluruhan.
3. Metode Wetonan Halaqah
Pesantren, sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia, sejarah perkembangan pesantren memiliki model-model pembelajaran yang bersifat nonklasikal, yaitu mode sistem pendidikan dengan metode pengajaran wetonan dan sorogan. Di Jawa Barat dikenal pula dengan metode bandungan atau halaqah.
Metode wetonan halaqah, yaitu metode yang didalamnya terdapat seorang kyai yang membaca suatu kitab dalam waktu tertentu, sedangkan santrinya membawa kitab yang sama lalu santri mendengar dan menyimak bacaan kyai. Metode ini dapat dikatakan sebagai proses pembelajaran kolektif. Sedangkan sorogan adalah metode pembelajaran yang santrinya cukup pandai men-sorog-kan (mengajukan) sebuah kitab kepada kyai untuk dibaca dihadapannya. Metode pembelajaran ini dapat dikatakan sebagai proses pembelajaran individual. [1]

B.  Sistem Pendidikan Di Pondok Pesantren

Sistem pondok pesantren selalu diselenggarakan dalam bentuk asrama atau komplek asrama dimana santri mendapatkan pendidikan dalam suatu situasi lingkungan sosial keagamaan yang kuat dalam ilmu pengetahuan yang dilengkapi pula dengan atau tanpa ilmu pengetahuan umum. Dalam perkembangan selanjutnya, pondok pesantren disamping memberikan pelajaran ilmu agama, juga ilmu pengetahuan umum dengan system madrasah atau sekolah. Dari sudut administrasi pendidikan pondok pesantren dapat dibedakan dalam empat kategori berikut ini:
1.    Pondok pesantren dengan system pendidikan yang lama pada umumnya terdapat jauh di luar kota, hanya memberikan pengajian.
2.    Pondok pesantren modern dengan sistem pendidikan klasikal berdasarkan atas kurikulum yang tersusun baik, termasuk pendidikan skill.
3.    Pondok pesantren dengan kombinasi disamping memberikan pelajaran dengan system pengajian, juga dengan sistem madrasah yang dilengkapi dengan pengetahuan umum.
4.    Pondok pesantren yang tidak lebih baik dari asrama pelajar daripada pondok yang semestinya. [2]
Pondok pesantren pada masa lalu, pada awal tahun 2001 pemerintah menyadari bahwa potensi pesantren perlu dioptimalkan yaitu untuk menyantuni kebutuhan pendidikan bagi generasi muda pedesaan dan pinggiran kota. Jumlah lembaga pendidikan psantren di seluruh Indonesia terus bertambah dari tahun ke tahun. Dengan perkembangan pesantren yang cepat tersebut ditunjang oleh keluarnya Undang-Undang Sistem Pendidikan No. 2 Tahun 1989 yang memberikan legalitas yang sama dengan sekolah-sekolah negeri tingkat dasar dan menengah terhadap madrasah-madrasah tingkat dasar dan menengah yang dikembangkan di Pesantren. [3]
Jumlah lembaga pesantren terus bertambah yang disebabkan karena lembaga pendidikan inilah yang dengan cepat dapat memberikan santunan pendidikan bagi generasai muda pedesaan yang memerlukan pendidikan tingkat menengah dan tinggi.
Pondok pesantren pada masa sekarang, dalam penyelenggaraan sistem pendidikan dan pengajaran di Pondok Pesantren, dapat digolongkan ke dalam tiga bentuk yaitu:
1.    Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam, yang pada umumnya diberikan dengan cara nonklasikal dan para santri biasanya tinggal dalam pondok atau asrama dalam pesantren tersebut.
2.    Pesantren adalah lembaga  pendidikan dan pengajaran agama Islam, yang para santrinya tidak disediakan pondokan di komplek pesantren, namun tinggal tersebar di sekitar penjuru desa sekeliling pesantren tersebut. Dimana cara dan metode pendidikan dan pengajaran agama Islam diberikan dngan sistem weton, yaitu para santri datang berduyun-duyun pada waktu tertentu.
3.    Pondok pesantren dewasa ini merupakan lembaga gabungan antara sistem pondok dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan sistem bandungan, sorogan, ataupun wetonan, yang bagi para santrinya disediakan pondokan yang biasa disebut dengan Pondok Pesantren Modern yang memenuhi kriteria pendidikan nonformal serta penyelenggaraan pendidikan formal baik madrasah maupun sekolah umum dalam berbagai tingkatan. [4]


C.  Keunggulan Pendidikan Pesantren

1.    Pondok Pesantren menekankan pendidikan dengan basis mengharus utamakan kecerdasan spiritual (SQ) disamping kecerdasan intelektual (IQ) dan emosional (EQ) bagi para santri. Sehingga para santri akan memiliki kecerdasan dan karakter yang kuat dan mudah bersosialisasi di masyarakat. Hal ini yang menyebabkan para santri lebih mudah diterima dan bermanfaat di tengah-tengah masyarakat. 
2.    Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua di bumi nusantara ini yang didirikan oleh para wali, kyai dan penyebar Agama Islam yang melakukan tafaqquh fi Al-Diin dengan Ikhlas. Mereka adalah orang-orang yang bersih batinnya dan selalu mendekatkan diri kepada Allah. Hal ini yang menyebabkan Ilmu yang diperoleh di Pondok Pesantren menjadi lebih berkah. 
3.    Saat ini kita sedang khawatir dari beragam pengaruh negatif yang ada di tengah-tengah masyarakat. Narkoba, pergaulan bebas, kenakalan remaja, dan lain sebagainya sedang mengancam teman, tetangga bahkan keluarga kita sendiri. Nah, di Pondok Pesantren dengan pengawasan penuh dari Kyai, Guru-guru dan Pengurus Pondok Pesantren, santri sepenuhnya bisa dikontrol dan dilindungi dari pengaruh negatif tersebut. Dengan pendidikan berbasis nilai-nilai Islam Nusantara, Pondok Pesantren menjadi lembaga yang memiliki daya tahan (imun) dari berbagai ancaman pengaruh negatif. 
4.    Pondok Pesantren akan menghasilkan alumni santri yang memiliki solidaritas berbasis Islam yang kuat. Hidup bersama tunggal liwet, tunggal bancik selama bertahun-tahun telah membentuk santri menjadi pribadi yang memiliki rasa solidaritas dengan sesama. 
5.    Santri akan mampu mengintegrasikan ilmu yang didapat melalui madrasah formal dengan ilmu agama yang didapat melalui pendidikan pesantren dengan kitab kuning-nya dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu inilah yang akan memudahkan para santri untuk memahami makna hidup yang sesungguhnya. Hidup mandiri, terpisah dari orang tua, fasilitas apa adanya, akan membentuk santri sebagai muslim yang bertanggung jawab dan terbiasa memotivasi dirinya sendiri untuk lebih baik. 
6.    Sebagai lembaga pendidikan unggulan, Pondok Pesantren mampu melakukan pembentukan karakter Muslim Nusantara yang sesuai dengan ajaran Islam yang berpadu dengan nilai-nilai tradisi, budaya dan kearifan lokal pada semua sisi kehidupan, sehingga melahirkan Pribadi Muslim Nusantara yang mencintai Islam, berkomitmen penuh pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), bertoleransi dalam keberagaman, menghargai kemajemukan, dan selalu menebarkan perdamaian. [5]

D.  Sejarah Pendidikan Pesantren

Pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional Islam untuk memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral agama Islam sebagai pedoman hidup bermasyarakat sehari-hari. Pesantren sendiri menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar para santri. Sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana yang terbuat dari bambu. Disamping itu kata “pondok” mungkin juga berasal dari bahasa Arab “funduq” yang berarti hotel atau asrama.
Pondok pesantren yang merupakan “bapak” dari pendidikan Islam di Indonesia, didirikan karena adanya tuntutan dan kebutuhan zaman, hal ini bisa dilihat dari perjalanan historisnya, bahwa sesungguhnya pesantren dilahirkan atas kesadaran kewajiban dakwah-dakwah Islamiah, yakni menyebarkan dan mengembangkan ajaran Islam, sekaligus mencetak kader-kader ulama dan da’i.
Sebagai suatu lembaga pendidikan Islam, pesantren dari sudut historis cultural dapat dikatakan sebagai “training center” yang otomatis menjadi “cultural central” Islam yang disalahkan atau dilembagakan oleh masyarakat, setidak-tidaknya oleh masyarakat Islam sendiri yang secara de facto tidak dapat diabaikan oleh pemerintah.
Tentang kehadiran pesantren secara pasti di Indonesia pertama kalinya, di mana dan siapa pendirinya, tidak dapat diperoleh keterangan yang pasti. Berdasarkan hasil pendataan yang dilaksanakan oleh Departemen Agama pada tahun 1984-1985 diperoleh keterangan bahwa pesantren tertua didirikan pada tahun 1062 di Pamekasan Madura, dengan nama Pesantren Jan Tamps II. Akan tetapi hal ini juga diragukan, karena tentunya ada Pesantren Jan Tampees I yang lebih tua. Walaupun demikian, pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia yang peran sertanya tidak diragukan lagi, adalah sangat besar bagi perkembangan Islam di Nusantara.
Pada masa penjajahan kolonial Belanda yaitu sekitar abad ke-18an, nama pesantren sebagai lembaga pendidikan rakyat terasa sangat berbobot terutama dalam bidang penyiaran agama Islam. Pada masa penjajahan ini pondok pesantren menjadi satu-satunya lembaga pendidikan Islam yang menggembleng kader-kader umat yang tangguh dan gigih mengembangkan agama serta menentang penjajahan berkat dari jiwa Islam mereka. Kelahiran pesantren baru, selalu diawali dengan cerita perang nilai antara pesantren yang akan berdiri dengan masyarakat sekitarnya, dan diakhiri dengan kemenangan pihak pesantren, sehingga pesantren dapat diterima untuk hidup di masyarakat, dan kemudian menjadi panutan bagi masyarakat sekitarnya dalam bidang kehidupan moral. Bahkan dengan kehadiran pesantren dengan jumlah santri yang banyak dan datang dari berbagai masyarakat lain yang jauh, maka terjadilah semacam kontak budaya antara berbagai suku dan masyarakat sekitar. Dari segi cultural para ulama Islam berusaha menghindarkan tradisi serta ajaran agama Islam dari pengaruh kebudayaan Barat. Segala sesuatu yang berbau Barat secara apriori ditolak oleh mereka, termasuk system pendidikan. Kehidupan ekonomi masyarakat sekitar menjadi semakin ramai, dan tentu saja akan bertambah maju.
Kehadiran pesantren ditengah-tengah masyarakat tidak hanya sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga sebagai lembaga penyiaran agama dan sosial keagamaan. Dengan sifatnya yang flexible sejak awal kehadirannya, pesantren ternyata mampu mengadaptasikan diri dengan masyarakat serta memenuhi tuntutan masyarakat.
Walaupun pada masa penjajahan, pondok pesantren mendapat tekanan dari pemerintah Kolonial Belanda, pondok pesantren masih bertahan terus dan tetap tegak berdiri walaupun sebagian besar berada di daerah pedesaan. Peranan mendidik dan mencerdaskan kehidupan bangsa tetap diembannya. Telah banyak kader-kader bangsa dan tokoh-tokoh perjuangan nasional dilahirkan oleh pesantren. Bahkan pada saat-saat perjuangan kemerdekaan, banyak tokoh pejuang dan pahlawan-pahlawan kemerdekaan yang berasal dari pesantren.
Dalam perkembangannya, pondok pesantren memang sangat pesat, pada zaman Belanda saja jumlah pesantren di Indonesia besar kecil tercatat sebanyak 20.000 buah. Perkembangan selanjutnya mengalami pasang surut, ada daerah tertentu yang membuka pesantren baru, ada pula pesantren di daerah lain yang bubar karena tidak begitu terawat lagi. Tetapi perkembangan yang paling akhir, dunia pesantren menampakkan trend lain. Disamping masih ada yang mempertahankan system tradisionalnya, sebagian pesantren telah membuka system madrasah, sekolah umum, bahkan ada diantaranya yang membuka semacam lembaga pendidikan kejuruan seperti bidang pertanian, peternakan, pertukangan, teknik dan sebagainya. [6]

BAB III

PENUTUP

1.   Kesimpulan

Metode pendidikan di pondok pesantren yaitu : Metode sorogan,metode diskusi,metode wetonan halaqah.
Dari sudut administrasi pendidikan pondok pesantren dapat dibedakan dalam empat kategori berikut ini:
a)    Pondok pesantren dengan system pendidikan yang lama pada umumnya terdapat jauh di luar kota, hanya memberikan pengajian.
b)   Pondok pesantren modern dengan sistem pendidikan klasikal berdasarkan atas kurikulum yang tersusun baik, termasuk pendidikan skill.
c)    Pondok pesantren dengan kombinasi disamping memberikan pelajaran dengan system pengajian, juga dengan sistem madrasah yang dilengkapi dengan pengetahuan umum.
d)   Pondok pesantren yang tidak lebih baik dari asrama pelajar daripada pondok yang semestinya.
Sebagai lembaga pendidikan unggulan, Pondok Pesantren mampu melakukan pembentukan karakter Muslim Nusantara yang sesuai dengan ajaran Islam yang berpadu dengan nilai-nilai tradisi, budaya dan kearifan lokal pada semua sisi kehidupan, sehingga melahirkan Pribadi Muslim Nusantara yang mencintai Islam, berkomitmen penuh pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), bertoleransi dalam keberagaman, menghargai kemajemukan, dan selalu menebarkan perdamaian. 
Dalam perkembangannya, pondok pesantren memang sangat pesat, pada zaman Belanda saja jumlah pesantren di Indonesia besar kecil tercatat sebanyak 20.000 buah. Perkembangan selanjutnya mengalami pasang surut, ada daerah tertentu yang membuka pesantren baru, ada pula pesantren di daerah lain yang bubar karena tidak begitu terawat lagi. Tetapi perkembangan yang paling akhir, dunia pesantren menampakkan trend lain. Disamping masih ada yang mempertahankan system tradisionalnya, sebagian pesantren telah membuka system madrasah, sekolah umum, bahkan ada diantaranya yang membuka semacam lembaga pendidikan kejuruan seperti bidang pertanian, peternakan, pertukangan, teknik dan sebagainya.

2.   Saran

Penulis menyadari jika dalam tulisan ini masih banyak kekurangan.Karena itu penulis berharap masukan dan saran yang membangun agar sempurnanya makalah ini.





DAFTAR PUSTAKA


Hasbullah.1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam.Jakarta: Rajawali Press.
Muzayyin Arifin. 2003. Kapita Selekta Pendidikan Islam.Jakarta: PT Bumi Aksara.
Zamakhsyari Dhofier.2009. Tradisi Pesantren (Menadu Modernitas untuk Kemajuan Bangsa). Yogyakarta.
Eka safitri.2015. http://safitriexaf.blogspot.co.id/2015/08/pondok-pesantren-sebagai-sebuah-sistem.html
Lanlan Muhria. 2016. https://www.lyceum.id/jenis-metode-pendidikan-di-pondok-pesantren/
Masta ahmad.2015. https://web.facebook.com/notes/masta-ahmad/6-fakta-keunggulan-pondok-pesantren-sebagai-lembaga-pendidikan/1639028762981972/?_rdc=1&_rdr





[1] Lanlan Muhria. 2016. https://www.lyceum.id/jenis-metode-pendidikan-di-pondok-pesantren/
[2] Muzayyin Arifin. 2003. Kapita Selekta Pendidikan Islam.Jakarta: PT Bumi Aksara.Hlm. 232

[3] Zamakhsyari Dhofier.2009. Tradisi Pesantren (Menadu Modernitas untuk Kemajuan Bangsa). Yogyakarta.Hlm. 67
[4] Hasbullah.1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam.Jakarta: Rajawali Press.Hlm.45
[5]Masta ahmad.2015. https://web.facebook.com/notes/masta-ahmad/6-fakta-keunggulan-pondok-pesantren-sebagai-lembaga-pendidikan/1639028762981972/?_rdc=1&_rdr

[6]Eka safitri.2015. http://safitriexaf.blogspot.co.id/2015/08/pondok-pesantren-sebagai-sebuah-sistem.html


Tidak ada komentar: