SEJARAH PERADABAN ISLAM SARBIYAN S.Ag
MAKALAH
PERANG SALIB
PERANG SALIB
Disusun oleh:
HAYATUN SAKINAH
NOVALIA
RINA MAULIDA
HAYATUN SAKINAH
NOVALIA
RINA MAULIDA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DINIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PEKANBARU
2015
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. SEBAB-SEBAB
TERJADINYA PERANG SALIB
B. FASE-FASE
PERANG SALIB
C. DAMPAK
PERANG SALIB
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.KESIMPULAN
B.KRITIK DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Alhamdulilah puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat kasih dan sayang-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah sejarah peradaban islam yang bertemakan “Perang salib”
ini tepat pada waktunya. Makalah ini
dimaksudkan untuk mengetahuiapa penyebab terjadinya perang salib dan apa
dampaknya bagi islam dan kristen. Adapun
penjelasan-penjelasan pada makalah ini
kami ambil dari beberapa sumber buku dan website .
Kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang
telah membantu saya untuk menyelesaikan makalah ini ,akan tetapi kami juga
menyadari bahwa terdapat kekurangan didalam makalah ini. Untuk itu dengan
senang hati kami senantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat membangun
para pembaca. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamualaikum wr.wb.
Pekanbaru,1
Januari 2016
Penulis
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tidak dipungkiri lagi, sebuah peradaban tidak lepas dari
sejarah. Karena sejarahlah yang membentuk sebuah peradaban. Seperti halnya
Perang Salib, yaitu peristiwa sejarah peradaban Islam pada masa klasik.
Begitu besarnya pengorbanan Islam demi berdirinya Daulah
Islamiyah. Tetapi, di era globalisasi ini, sejarah seperti dianggap hanya
hiasan masa lalu. Padahal, inti dari sejarah itu sangat berarti.
Maka dari itu untuk mengetahui lebih dalam tentang
sejarah peradaban Islam pada masa Perang Salib, disini kami akan membahasnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian Perang Salib?
2. Apa
penyebab terjadinya Perang Salib?
3. Bagaimana
Perang Salib terjadi?
4. Bagaimana
dampak yang dirasakan akibat Perang Salib?
C. Tujuan
1. Memahami
pengertian Perang Salib.
2. Mengetahui
penyebab Perang Salib.
3. Mendeskripsikan
peristiwa Perang Salib.
4. Mengetahui
dampak dari Perang Salib.
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEBAB-SEBAB TERJADINYA PERANG SALIB
Beberapa
faktor yang menyebabkan terjadinya perang salib, yaitu :
1. Faktor Agama
Direbutnya
Baitul Maqdis (471 H) oleh Dinasti Seljuk dari kekuasaan Fathimiyah yang
berkedudukan di Mesir menyebabkan kaum Kristen merasa tidak bebas dalam
menunaikan ibadah di tempat sucinya. Ketika idealisme keagamaan mulai menguap,
para pemimpin politik Kristen tetap saja masih berfikir keuntungan yang dapat
diambil dari konsepsi mengenai Perang Salib, dan untuk memperoleh kembali
keleluasaannya berziarah ke tanah suci Yerussalem. Pada tahun 1095 M, Paus
Urbanus II berseru kepada umat Kristiani di Eropa supaya melakukan perang suci.
Seruan Paus Urbanus II berhasil memikat banyak orang-orang Kristen karena dia
menjanjikan sekaligus menjamin, barang siapa yang melibatkan diri dalam perang
suci tersebut akan terbebas dari hukuman dosa.
2.Faktor Politik
Kekalahan
Byzantium (Constantinople/Istambul) di Manzikart pada tahun 1071 M, dan
jatuhnya Asia kecil dibawah kekuasaan Saljuk telah mendorong Kaisar Alexius I
Comneus (kaisar Constantinople) untuk meminta bantuan Paus Urbanus II, dalam
usahanya untuk mengembalikan kekuasaannya di daerah-daerah pendudukan Dinasti
Saljuk. Dilain pihak Perang Salib merupakan puncak sejumlah konflik antara
negara-negara Barat dan negara-negara Timur, maksudnya antara umat Islam dan
umat Kristen. Dengan perkembagan dan kemajuan yang pesat menimbulkan kecemasan
pada tokoh-tokoh Barat, sehingga mereka melancarkan serangan terhadap umat
Islam. Situasi yang demikian mendorong penguasa-penguasa Kristen di Eropa untuk
merebut satu-persatu daerah-daerah kekuasaan Islam, seperti Mesir, Yerussalem,
Damascus, Edessca dan lain-lainnya.
3. Faktor
Sosial – Ekonomi
Semenjak
abad ke X, kaum muslimin telah menguasai jalur perdagangan di laut tengah, dan
para pedagang Eropa yang mayoritas Kristen merasa terganggu atas kehadiran
pasukan muslimin, sehingga mereka mempunyai rencana untuk mendesak kekuatan
kaum muslimin dari laut itu. Hal ini didukung dengan adanya ambisi yang luar
biasa dari para pedagang-pedagang besar yang berada di pantai Timur laut tengah
(Venezia, Genoa dan Piza) untuk menguasai sejumlah kota-kota dagang di
sepanjang pantai Timur dan selatan laut tengah, sehingga dapat memperluas
jaringan dagang mereka. Untuk itu mereka rela menanggung sebagian dana Perang Salib
dengan maksud menjadikan kawasan itu sebagai pusat perdagangan mereka, karena
jalur Eropa akan bersambung dengan rute-rute perdagangan di Timur melalui jalur
strategis tersebut.
B. FASE-FASE PERANG
SALIB
1. Perang Salib I (1095-1099 M)
1. Perang Salib I (1095-1099 M)
Periode
pertama Perang Salib disebut sebagai periode penaklukan. Jalinan kerja sama
antara Kaisar Alexius I dan Paus Urbanus II, berhasil membangkitkan semangat
umat Kristen, terutama akibat pidato Paus Urbanus II, pada consili clermont
pada tanggal 25 November 1095, pada saat itu Paus Urban II mengatakan
“Orang-orang Turki adalah ras yang terkutut, ras yang sungguh-sungguh jauh dari
Tuhan, orang-orang yang hatinya sungguh tidak mendapat petunjuk dan jiwanya
tidak diurus Tuhan. Membunuh para monster ini adalah tindakan suci, orang
Kristen wajib memusnahkan ras keji ini dari negeri kita.” Sambutan
terhadap seruan Paus Urban itu sungguh luar biasa, para pengkhotbah populer
seperti Peter Sang Pertapa yang mengabarkan tentang Perang Salib. Pada musim
semi tahun 1096, berangkatlah lima pasukan yang terdiri atas 60.000 tentara.
Gerakan ini merupakan gerakan spontanitas yang diikuti oleh berbagai kalangan
masyarakat Kristiani.
Di
sepanjang jalan menuju Constantinople mereka membuat keonaran bahkan terjadi
bentrok dengan penduduk Hongaria dan Byzantium. Dengan adanya fenomena ini
Dinasti Saljuk menyatakan perang terhadap gerombolan tersebut, sehingga
akhirnya gerakan pasukan Salib dapat mudah dikalahkan. Berawal dari kekalahan
pihak kristiani Godfrey of Buillon mengambil alih kepemimpinan pasukan Salib,
sehingga mengubah Tentara Salib menjadi ekpedisi militer yang terorganisasi
rapi. Dalam peperangan menghadapi pasukan Godfrey, pihak Islam mengalami
kekalahan, sehingga mereka berhasil menduduki Palestina (Yerussalem) pada
tanggal 07 Juni 1099.
Pasukan
Godfrey ini melakukan pembantaian besar-besaran selama satu minggu terhadap
umat Islam disamping itu mereka membumi hanguskan bangunan-bangunan umat Islam,
sebelum pasukan ini menduduki Baitul Maqdis, mereka terlebih dahulu menaklukkan
Anatolia, Tartur, Aleppo, Tripoli, Syam, dan Acre. Kemenangan pasukan Salib
dalam periode ini telah mengubah peta situasi Dunia Islam kawasan itu. Sebagai
akibat dari kemenangan itu, berdirilah beberapa kerajaan Latin-Kristen di
Timur, yaitu kerajaan Baitul Maqdis (1099 M) di bawah pemerintahan Raja
Godfrey, Edessa (1098 M) diperintah oleh Raja Baldwin, dan Tripoli (1109 M)
dibawah kekuasaan Raja Raymond. Perang Salib I ditandai oleh bangkitnya
kerajaan Seljuk (Turki) yang memasuki Armenia, Asia kecil dan Syria, kemudian
menyapu daerah kawasan Byzantium (Romawi) memporakporandakan angkatan perangnya
di pertempuran Mazikert dan sepanjang laut tengah yang pada masa Alip Arselan
dan Malik Syah, Yerussalem pun dicaplok. Maka dari itu, Konstantinopel dibawah
kepala gereja Hildeband yang menaiki tahta sebagai Paus Gregorius VII memohon
bantuan dari para raja ksatria dan penduduk umumnya, sebab penakluk-penakluk
dari Bani Seljuk itu dianggap berlaku kejam dan menindas orang-orang Kristen
yang datang beribadah ke Baitul Maqdis. Akan tetapi pada tahun 1095 M baru bisa
menghimpun kekuatan sebesar 300.000 orang, atas usaha dari penggantinya yaitu
Paus Urbanus II yang dibantu oleh guru bahasanya yaitu Peter Sang Pertapa atau
Peter Amiens. Peter lah yang menyerukan kepada seluruh raja dan pembesar raja
Eropa-Kristen bersatu untuk memerangi Islam atas nama agamanya yang suci. Peter
terus berkelana sambil terus berkampanye untuk itu. Pada akhir tahun 1096 M dan
awal tahun 1097 M, sekitar 150.000 tentara Salib sampai di Konstantinopel di
bawah pimpinan Gadefroy, Bohemond dan Raymond. Pada awal tahun 1097 M tentara
Salib mulai menyebrangi selat Bosporus lalu mengepung kota Niceae dan setelah
dikepung selama sebulan, akhirnya kota jatuh ke tangan mereka pada tanggal 18
Juni 1097 M, serta mereka dapat mengalahkan tentara Kalij Arsalan dari Bani
Saljuk di Asia kecil.
Pada tanggal 15
Juli 1099 tentara Salib mengepung Yerussalem selama tujuh hari dengan
menyembelih tak kurang dari 70.000 umat Islam, dan pada saat itu pula Yerusalem
dan kota-kota sekitarnya takluk. Kemudian tentara Salib mendirikan empat
kerajaan Kristen yaitu di tanah suci Baitul Maqdis, Enthiokhie, Raha dan
Tripolisyam, sedangkan Nicola dikembalikan pada Kaisar Byzantium.
2. Perang Salib
II (1147-1149 M)
Perang
Salib II juga terjadi sebab bangkitnya Bani Seljuk dan jatuhnya Halab (Aleppo),
Edessa, dan sebagian negeri Syam ke tangan Imaddudin Zanky (1144 M). Setelah
Imaduddin meninggal, ia digantikan oleh putranya yang bernama Nuruddin dan
dibantu oleh Salahuddin hingga tahun 1147 M. Perang Salib II ini dipimpin oleh
Lode Wiyk VII atau Louis VII (Raja Perancis), Bernard de Clairvaux dan Concrad
III dari Jerman. Laskar Islam yang terdiri dari bangsa Turki, Kurdi dan Arab
dipimpin oleh Nuruddin Sidi Saefuddin Gazi dan Mousul dan dipanglimai oleh
Salahuddin Yusuf ibn Ayyub. Pada tanggal 4 Juli 1187 terjadi pertempuran antara
pasukan Salahuddin dengan tentara Salib di Hittin dekat Baitul Maqdis. Dalam
pertempuran ini kaum muslimin dapat menghancurkan pasukan Salib, sehingga raja
Baitul Maqdis dan Ray Mond tertawan dan dijatuhi hukuman mati. Kemenangan
Salahuddin dalam peperangan ini memberikan peluang yang besar untuk merebut
kota-kota lainnya, termasuk Baitul Maqdis, Yerussalem, Al Qudus. Pada saat kota
Yerussalem direbut tentara Salib, mereka melakukan pembunuhan besar-besaran
terhadap orang Islam, tetapi ketika kota itu direbut kembali oleh Salahuddin,
kaum muslimin tidak melakukan pembalasan terhadap mereka, bahkan memperlakukan
mereka dengan baik dan lemah lembut.
Pada
saat Baitul Maqdis kembali ke tangan Umat Islam kembalilah suara adzan
berkumandang dan lonceng gereja berhenti berbunyi serta Salib emas diturunkan
dari kubah sakrah. Dalam periode ini disebut sebagai periode reaksi umat Islam
atas jatuhnya beberapa wilayah kekuasaan Islam ke tangan Tentara Salib telah
membangkitkan kesadaran kaum muslimin untuk menghimpun kekuatan guna menghadapi
Tentara Salib. Di bawah komando Imaduddin Zangi, Gubernur Mousul, kaum muslimin
bergerak maju membendung serangan pasukan Salib bahkan mereka berhasil merebut
kembali Aleppo, Adessa (Ar-Ruha’) pada tahun 1144 M. Setelah
Imaduddin Zangi wafat, posisinya digantikan putranya Nuruddin Zangi, dia
meneruskan perjuangan ayahnya untuk membebaskan negara-negara Timur dari cengkraman
Tentara Salib. Kota-kota yang berhasil dibebaskan antara lain Damaskus (1147
M), Antiok (1149 M) dan Mesir (1169 M). Keberhasilan kaum muslimin meraih
berbagai kemenangan, terutama setelah munculnnya Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi
(Salahuddin) di Mesir, yang berhasil membebaskan Baitul Maqdis pada tanggal 2
Oktober 1187.
Hal
ini membuat Tentara Salib untuk membangkitkan kembali basik kekuatan mereka
sehingga mereka menyusun kekuatan dan mengirim ekspedisi militer yang lebih
kuat. Dalam ekspedisi ini dikomando oleh raja-raja Eropa yang besar, Frederick
I (The Lion Heart, Raja Inggris) dan Philip II (Augustus, Raja Prancis).
Ekpedisi militer Salib kali ini dibagi dalam beberapa devisi, sebagian menempuh
jalan darat dan yang lainnya menempuh jalur laut. Frederick yang memimpin
devisi darat tewas tenggelam dalam penyebrangannya di sungai Armenia, dekat
kota Ar-Ruha’, sebagian tentaranya kembali kecuali beberapa orang yang
terus melanjutkan perjalanannya di bawah pimpinan putra Frederick. Adapun
devisi yang menempuh jalur laut menuju Sicilia yang dipimpin Richard dan Philip
II, disana mereka bertemu dengan pasukan Salahuddin, terjadilah peperangan
sengit, karena kekuatan tidak berimbang, maka pasukan Salahuddin mundur, dan
Kota Acre ditinggalkan oleh pasukan Salahuddin dan menuju ke Mesir untuk
mempertahankan daerah itu. Dalam keadaan demikian kedua belah pihak melakukan
gencatan senjata dan membuat suatu perjanjian damai, inti perjanjian damai
tersebut adalah: “Daerah pedalaman akan menjadi milik kaum muslimin dan umat
Kristen, yang akan berziarah ke Baitul Maqdis akan terjamin keamanannya,
sedangkan daerah pesisir utara, Acre dan Jaffa berada di daerah kekuasaan
tentara Salib.” Tidak lama kemudian setelah perjanjian disepakati, Salahuddin
wafat pada bulan Safar 589 H atau Februari 1193 M.
3. Perang Salib
III (1187-1191 M)
Perang
Salib III ini timbul sebab bangkitnya Mesir dibawah pimpinan Salahuddin, berkat
kesuksesannya menaklukkan Baitul Maqdis dan kemampuannya mengatasi
angkatan-angkatan perang Prancis, Inggris, Jerman dan negara-negara Eropa
lainnya. Kejadian tersebut dapat membangunkan Eropa-Barat untuk menyusun
angkatan Perang Salib selanjutnya atas saran Guillaume. Perang Salib III ini
dipimpin oleh Kaisar Fredrick I Barbarosa dari Jerman Philip II August (Raja
Prancis dan Inggris), Richard The Lion Heart. Ketika itu pasukan Jerman
sebanyak 100.000 orang dibawah pimpinan Frederick Barbarosa, tetapi nasibnya
sangat malang, ketika ia menyeberang, sebuah sungai yang jeram di
Sisilia-Armenia ia mati tenggelam sehingga pasukannya kehilangan pemimpin dan
pasukannya patah semangat, akhirnya pasukan tersebut ada yang memilih kembali
ke negerinya dan ada pula yang terus untuk bergabung dengan pasukan lainnya.
Tentara
Inggris dan Prancis bertemu di Saqliah dan disini juga terjadi perselisihan
antara Philiph dengan Richard yang akhirnya mereka kembali sendiri-sendiri.
Richard mengambil jalan melalui Cyprus dan Philiph langsung menuju Palestina
dan mengepung Akka. Akhirnya Akka dan Yaffa jatuh ditangan tentara Salib tetapi
tidak bisa menduduki Baitul Maqdis dan dibuatlah perjanjian damai antara kedua
belah pihak di Ramlah atau dapat disebut perjanjian Ar-Romlah.
Tidak lama
setelah perdamaian tersebut Salahuddin wafat, dan digantikan oleh saudaranya
Sultan Adil. Salahuddin wafat setelah berhasil mempersatukan umat Islam dan
mengembalikan Baitul Maqdis ke tangan umat Islam. Periode ini lebih dikenal
dengan periode perang saudara kecil-kecilan atau periode kehancuran di dalam
pasukan Salib sendiri. Hal ini disebabkan karena periode ini lebih disemangati
oleh ambisi politik untuk memperoleh kekuasaan dan sesuatu yang bersifat
material, dari motivasi agama. Tujuan mereka untuk membebaskan Baitul Maqdis
seolah-olah mereka lupakan, hal ini dapat dilihat ketika pasukan Salib yang
disiapkan menyerang Mesir (1202-1204 M) ternyata mengubah haluan menuju
Constantinople, kota ini direbut dan diduduki lalu dikuasai oleh Baldwin
sebagai rajanya yang pertama.
Dalam
periode ini telah terukir dalam sejarah yaitu munculnya pahlawan wanita yang
terkenal dan gagah berani yaitu Syajar Ad-Durr, dia berhasil menghancurkan
pasukan Raja Lois IX, dari Prancis dan sekaligus menangkap raja tersebut. Dalam
periode ini pasukan Salib selalu menderita kekalahan. Meskipun demikian mereka
telah mendapatkan hikmah yang sangat besar, mereka dapat mengetahui kebudayaan
dan peradaban Islam yang sudah sedemikian majunya, bahkan kebudayaan dari
Timur-Islam menyebabkan lahirnya renaisansce di Barat.
4. Perang Salib
IV (1202-1204 M)
Tentara
Salib berpendapat bahwa jalan untuk merebut kembali Baitul Maqdis adalah harus
dikuasai terlebih dahulu keluarga Bani Ayyub di Mesir yang menjadi pusat
persatuan Islam ketika itu. Oleh karena itu Tentara Salib memusatkan perhatian
dan kekuatannya untuk menguasai Mesir.(Sou’yb, 1978:98). Akan tetapi Perang
Salib IV ini dilakukan atas kerja sama dengan Venesia dan bekas kaisar Yunani.
Tentara Salib menguasai Konstatinopel (1204 M) dan mengganti kekuasaan
Bizantium dengan kekuasaan latin disana. Pada waktu itu Mesir diperintah oleh
Sultan Salib, maka dikuatkanlah perjanjian dengan orang-orang Kristen pada
tahun 1203-1204 M dan 1210-1211 M. Isi perjanjian itu adalah mempermudah orang
Kristen ziarah ke Baitul Maqdis dan menghilangkan permusuhan antara kedua belah
pihak.
5. Perang Salib
V (1217–1221 M)
Perang
Salib V tetap berada di Konstantinopel dan tidak henti-hentinya terjadi konflik
dengan pihak Kaisar. Perang Salib V dipimpin oleh Jeande Brunne Kardinal
Pelagius serta raja Hongaria, meskipun pada tanggal 5 November 1219 kota
pelabuhan Damietta mereka rebut, namun dalam perjalanan ke Kairo pada tanggal
24 Juli 1221 mereka membuat kekacauan di Al Masyura ( tepi sungai Nil) kemudian
mereka pulang kampung.
6. Perang Salib
VI (1228–1229 M)
Perang
Salib VI dipimpin oleh Frederick II dari Hobiens Taufen, Kaisar Jerman dan raja
Itali dan kemudian menjadi Raja muda Yerussalem lantaran berhasil menguasai
Yerussalem tidak dengan perang tapi dengan perjanjian damai selama 10 tahun
dengan Sultan Al-Malikul Kamil, keponakan Salahuddin al-Ayyubi, namun 14 tahun
kemudian yakni pada tahun 1244 kekuasaan diambil alih Sultan Al Malikul Shaleh
Najamuddin Ayyub beserta Kallam dan Damsyik.
7.Perang Salib
VII (1248–1254 M)
Peperangan
ini dipimpin oleh Raja Louis IX dari Perancis pada tahun 1248, namun pada tahun
1249 tentara Salib berhasil menguasai Damietta (Damyat). Dimasa inilah pemimpin
angkatan perang Islam, Malikul Shaleh mangkat kemudian digantikan putranya
Malikul Asraff Muzafaruddin Musa. Ketika Louis IX gagal merebut Antiock yang
dikuasai Sultan Malik Zahir Bay Bars pada tahun 1267/1268, lalu hendak merebut
Tunis, ia beserta pembesar-pembesar pengiringnya ditawan oleh pasukan Islam
pada 6 April 1250 dalam satu pertempuran di Perairan Mesir, setelah mereka
memberi uang tebusan, maka mereka dibebaskan oleh Tentara Islam dan mereka
balik ke negerinya.
8.Perang Salib
VIII (1270 M)
Dalam
Perang Salib VIII yaitu pada tanggal 25 Agustus 1270 ini Louis IX telah binasa
ditimpa penyakit (riwayat lain menyebutkan ia terbunuh). Akhirnya pada tahun
1492 Raja Ferdinad dan Ratu Isabella sukses menendang habis umat Islam dari
Granada, Andalusia. Riwayat lain juga menjelaskan bahwa Perang Salib VIII ini
tidak sempat terbentuk karena kota terakhir yakni Aere yang diduduki oleh
tentara Salib malahan berhasil dikuasai oleh Malikul Asyraf (putra Malikul
Shaleh). Dengan demikian terkuburlah Perang Salib oleh Perang Sabil. Tetapi
meskipun Perang Konvensional dan Frontal itu sudah berakhir secara formal,
namun sesungguhnya perang jenis lain yang kwalitasnya lebih canggih terus saja
berlangsung seiring dengan kemajuan zaman.
9.Perang Salib
IX (1271-1291 M)
Dalam
Perang Salib lanjutan ini ada beberapa faktor yang melatar belakanginya yaitu
ketika kaum muslimin mundur dari Cordova atau Granada oleh Ferdinand, Leon dan
Castelin. Pada saat degradasi politik seperti itu Islam sedikit demi sedikit
basik kekuatannya menurun. Adapun faktor lain yaitu; adanya perjanjian
Tordessilas, yang menjadi semangat agama-agama katolik. Perjanjian itu
ditetapkan pada 4 Mei 1493, yang menyatakan antara lain; “Bahwa kepercayaan
agama Katolik dan agama Kristen, teristimewa pada zaman kita ini, harus
dimulyakan dan disempurnakan, serta disebarkan dimana-mana dan harus mengambil
alih Kerajaan Granada dari kelaliman para sara (muslimin)”. Dengan adanya
perjanjian tersebut, Perang Salib dikobarkan lagi dan dilancarkan oleh
orang-orang Portugis dengan tujuan bukan lagi mencari keuntungan, tetapi
melakukan ekspansi politik dan ekspansi keagamaan dan musuh pertama yang
dihadapi adalah negara Islam.
Para
pendeta dan lembaga-lembaga missionaris oleh orang-orang Dunia Islam dianggap
sebagai imperialisme. Dan merupakan satu aspek usaha penyingkiran
lembaga-lembaga pribumi atau Islam dengan menggantikan sejarah setempat dengan
kurikulum Barat. Dalam peperangan lanjutan ini pihak Kristen juga mengalami
kekalahan, akan tetapi orang-orang Kristen dengan segala bentuk dan cara
berusaha menghancurkan Islam baik melalui politik, ekonomi dan pendidikan.
C. DAMPAK PERANG SALIB
Dalam
penyebaran pasukan Salib terhadap umat Islam, menjadi fenomena yang disertai
timbulnya sentimen keagamaan yang kuat. Dengan adanya motif ini, maka membawa
pengaruh besar terhadap hubungan antar pemeluk agama Islam dan Kristen dalam
waktu yang panjang. Melihat dari beberapa gambaran yang ada maka dapat
disimpulkan bahwa, meskipun Perang Salib sudah berakhir namun pada hakekatnya
belum berakhir, hal ini karena adanya perkembangan-perkembangan selanjutnya,
yang walaupun tidak dalam bentuk yang lain, yang sekaligus merupakan suatu
hubungan yang sulit untuk dipisahkan. Adapun hubungan Perang Salib dengan
gerakan-gerakan yang dimaksud antara lain:
1. Hubungan
Perang Salib dengan Orientalisme
Orientalisme
lahir akibat Perang Salib atau ketika dimulainya pergeseran politik dan agama
antara Islam dan Kristen Barat di Palestina. Argumentasi mereka mengatakan
bahwa permusuhan politik berkecamuk berawal pada masa pemerintahan Salahuddin
dan Nuruddin Zhang dan berlanjut pada anaknya yaitu Al-Adil, sebagai akibat
kekalahan beruntun yang dilimpahkan pasukan Islam ke pasukan Salib, semua itu
memaksa orang-orang Barat membalas kekalahan. Bertitik tolak dari keterangan
diatas, maka dapat digambarkan bahwa Orientalis (pengetahuan orang Barat
tentang agama, kebudayaan, peradaban, sastra dan bahasa Timur) sudah lama
berkembang di Barat. Hal ini disebabkan karena perhatian orang-orang Barat
terhadap Islam atau soal keTimuran sudah sejak Perang Salib. Kemudian mengenai
kegiatan-kegiatan Orientalisme dalam studinya terhadap Dunia Timur atau Islam,
sebenarnya telah didorong oleh beberapa motivasi, yaitu; motivasi religius,
motivasi imperial, motivasi politis, dan motivasi ilmiyah.
2.Hubungan
Perang Salib dengan Kolonialisme
Kolonialisme
Eropa merupakan tantangan politis dan religius, dan gerakan ini telah
menyingkirkan kaum muslimin memerintah di Dunia Islam yang telah berlangsung
sejak jaman Nabi Muhammad. Bagi banyak orang di Barat, dugaan mengenai
kemenangan Kristen didasarkan pada sejarah yang diromantisiskan untuk merayakan
kepahlawanan pejuang Salib dan kecenderungan untuk menginterpretasikan sejarah
kekuasaan Amerika selama dua abad lebih, masing-masing agama melihat satu sama
lain sebagai militan agar berbaris dan fanatik. Dengan demikian kolonialisme
adalah merupakan suatu kelanjutan dari Perang Salib, dimana gerakan-gerakan
tersebut sudah merupakan warisan dari kejadian Perang Salib, dalam artian masih
mempunyai hubungan yang sulit untuk dipisahkan karena Perang Salib itu sendiri
merupakan jembatan bagi kolonialisme untuk menjajah Dunia Islam.
3.Hubungan
Perang Salib dengan Kristenisasi
Jika
dicermati, semangat salibisme ini sebenarnya telah ada sebelum terjadinya
Perang Salib yang berkepanjangan. Semangat untuk menyiarkan agama Kristen
diantara bangsa-bangsa yang belum mengenalnya dipandang sebagai satu kewajiban
bagi umat Kristiani. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberhasilan dalam
menjalankan misi memang tidak lepas dari Perang Salib, karena Perang Salib
merupakan awal bangsa Barat dalam menjalankan misinnya.
4.Dunia Islam
Perang salib
memiliki efek yang buruk tetapi terlokalisir pada dunia Islam. Dimana persamaan
antara Bangsa Frank dengan tentara Salib meninggalkan bekas yang amat dalam.
Muslim secara tradisional mengelu-elukan Saladin, seorang ksatria Kurdi,
sebagai pahlawan Perang Salib. Pada abad ke-21, sebagian dunia Arab, seperti
gerakan kemerdekaan Arab dan gerakan Pan-Islamisme masih terus menyebut
keterlibatan dunia Barat di Timur Tengah sebagai Perang Salib. Perang Salib
dianggap oleh dunia Islam sebagai pembantaian yang kejam dan keji oleh kaum
Kristen Eropa.
Konsekuensi
yang secara jangka panjang menghancurkan tentang Perang Salib, menurut ahli
sejarah Peter Mansfield, adalah pembentukan mental dunia Islam yang cenderung
menarik diri. Menurut Peter Mansfield, diserang dari berbagai arah, dunia Islam
berpaling ke dirinya sendiri. Ia menjadi sangat sensitif dan defensif. Sikap
yang tumbuh menjadi semakin buruk seiring dengan perkembangan dunia, suatu
proses dimana dunia Islam merasa dikucilkan, terus berlanjut.
Pengaruh Perang
Salib Terhadap Dunia Barat
Perang Salib
yang berlangsung kurang lebih dua abad membawa akibat yang sangat berarti
bagi perjalanan sejarah Dunia, antara lain :
1. Perang
Salib menjadi penghubung bagi bangsa Eropa, mengenali Dunia
Islam secara lebih dekat, sehingga kontak hubungan
antara Barat dan Timur semakin dekat.
2. Kemajuan
ilmu pengetahuan dan tata kehidupan masyarakat Timur yang maju menjadi daya
dorong pertumbuhan intelektual bangsa Barat yakni Eropa sehingga hal tersebut
mempunyai andil yang sangat besar dalam melahirkan era Renaisans di Eropa.
3. Bangsa Barat
yang selama itu tidak mengenal kemajuan pemikiran bangsa Timur. Maka Perang
Salib itu juga membawa akibat timbulnya kegiatan penyelidikan bangsa Eropa
mengenai seni dan pengetahuan penting serta berbagai penemuan yang telah
dikenal di Timur seperti kincir angin, kompas kelautan, dan lain-lain.
4. Bangsa Barat
dapat mengenali sistem industri Timur yang telah maju sehingga setelah kembali
ke Eropa mereka lantas mendirikan sistem pemasaran barangbarang produk Timur.
Perang Salib yang pada awalnya hanya merupakan suatu reaksi dari Kristen Eropa
Barat, namun lama-kelamaan timbul suatu keinginan untuk menguasai Dunia Islam.
Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya cita-cita dari umat Kristen Eropa
mendirikan kerajaankerajaan mereka di seluruh daerah Timur. Untuk
merealisasikan cita-cita diatas, maka jalan satu-satunya yang ditempuh yaitu
menyapu bersih umat Islam.Dengan cita-cita yang telah dicanangkan tersebut.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.KESIMPULAN
Tragedi Perang Salib yang berlangsung selama
hampir 2 abad mempengaruhi banyak hal, baik itu persepsi masyarakat Islam
terhadap dunia Barat (Kristiani) dan cara pandang Kristen terhadap agama Islam.
Saling menyerang dan membunuh yang terjadi pada Perang Salib tersebut secara
kodrati memang hal yang wajar terjadi sesuai dengan kehendak zaman. Namun yang
perlu diantisipasi oleh siapapun adalah menjadikan simbol-simbol sebagai
pelegitimasi dan mengakumulasi kekuatan ummat untuk kepentingan-kepentingan
tertentu yang pada akhirnya dapat merugikan bagi kehidupan ummat manusia itu
sendiri. Hal ini terjadi sebagaimana peristiwa Perang Salib yang pada awalnya
bukan hanya diawali oleh faktor agama tetapi sudah berbagai kepentingan yang
bercampur aduk.
Perang Salib sekalipun dimenangkan oleh pihak
Islam, tetapi jka dilihat dari perspektif peradaban (civilization) Islam sangat
dirugikan dan sebaliknya Barat sekalipun kalah tetapi banyak belajar dan
berhasil membangun peradaban yang lebih maju setelah melihat dasar-dasar
sainsnya dari peradaban Islam. Dengan kata lain Barat berhutang jasa kepada
Islam, sebab tanpa transformasi peradaban melalui tragedi Perang Salib ini,
Barat tidak bisa berdiri tegak seperti sekarang ini.
B.KRITIK DAN SARAN
Akhirnya selesailah makalah kami yang
membahas tentang perang salib. Sungguh, masih banyak kekurangan yang harus kami
perbaiki dalam penyusunan makalah ini. Apabila terdapat kesalahan penulisan kami
mohon maaf, kritik dan saran dari pembaca akan kami tunggu. Terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Carole Hillenbrand. Perang Salib Sudut Pandang Islam. Jakarta: PT. Ikrar Mandiri, Jakarta . 2006.
Harun, M. Yahya. Perang Salib dan Pengaruh Islam di Eropa. Yogyakarta : Bina Usaha. 1987.
Thohir, Ajid. Perkembangan Peradaban di Kawasan Ummat Islam. Tk : Tp. 2004.
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Raja Grafindo Persada. 1996.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar