Sabtu, 21 Mei 2016

MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR "ANAK DIDIK BELAJAR DAN GURU MENDIDIK"



                  MATA KULIAH                                                  DOSEN PEMBIMBING
              PSIKOLOGI BELAJAR                                          DRS. MULYADI.MA

MAKALAH
ANAK DIDIK BELAJAR DAN GURU MENDIDIK

Disusun oleh:
KELOMPOK 1:
ABDUL HAMID
NIMKO: 1216.15.1375
HAYATUN SAKINAH
NIMKO: 1216.15.1369
HUSNA FADILAH
NIMKO: 1216.15.1368

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DINIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PEKANBARU
1437 H/ 2016


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Alhamdulilah, puji syukur kehadirat Allah SWT  karena berkat kasih dan sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah “Psikologi Belajar” yang bertemakan “Anak Didik Belajar dan Guru Mendidik”.  Makalah ini dimaksudkan agar kita dapat mengerti tentang . Adapun penjelasan-penjelasan pada makalah ini penulis ambil dari beberapa sumber buku dan website .
Penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen dan  teman-teman yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan makalah ini, akan tetapi penulis  juga menyadari bahwa terdapat kekurangan didalam makalah ini. Untuk itu dengan senang hati penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Wassalamualaikum wr.wb.                                                                                                
                                                                                                                

               Pekanbaru, Maret 2016
Penulis



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.. 2
DAFTAR ISI. 3
BAB I. 4
PENDAHULUAN.. 4
A.   LATAR BELAKANG.. 4
B.    RUMUSAN MASALAH.. 5
C.    TUJUAN.. 5
BAB II. 6
PEMBAHASAN.. 6
A. PENGENALAN TENTANG ANAK DIDIK DAN PROSES BELAJAR.. 6
B. PERBEDAAN PADA SETIAP ANAK DIDIK.. 9
C. GURU SEBAGAI PRIBADI KUNCI BAGI ANAK DIDIK.. 10
D. GURU SEBAGAI PENGAJAR DAN PENDIDIK.. 14
BAB III. 17
PENUTUP. 17
A. KESIMPULAN.. 17
B. KRITIK DAN SARAN.. 17
DAFTAR PUSTAKA.. 18




BAB I

PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG
Sebenarnya pendidikan anak itu sudah dimuali sejak Yunani dan Romawi Kuno, namun belum memandang anak tidak sebagai mana mestinya. Pada abad ke-17 Yoman Amos Comeniusyang pertama kali memandang anak didik yang mempunya sifat-sifat tertentu, yang tidak boleh dipandang sebagai orang dewasa. Ini tertulis di dalam buku Didactica Magna.[1]
Anak didik adalah subjek utama dalam pendidikan. Dialah yang belajar setiap saat. Belajar anak didik tidak mesti harus selalu berinteraksi dengan guru dalam proses interaksi edukatif. Dia juga bisa belajar mandiri tanpa harus menerima pelajaran dari guru di sekolah. Bagi anak didik belajar seorang diri merupakan kegiatan yang dominan, setelah pulang sekolah anak didik harus belajar di rumah, mereka mungkin menyusun jadwal belajar pada malam, pagi dan sore hari, demikian lah anak didik selalu belajar dengan jadwal belajar yang telah diprogramkan.
Guru yang mengajar dan anak didik yang belajar, karenanya Withering ton (1986:1135) mengatakan bahwa teacher’s activity is stimulate learning activity, teaching is not a routime process, it is original, inventive, creative. Mengajar adalah transfer of knowledge kepada anak didik. Mengajar selalu berlangsung dalam suatu kondisi yang di sengaja untuk diciptakan untuk mengantarkan anak didik kearah kemajuan dan kebaikan. Guru adalah spiritual father bagi anak didik. Kemuliaan guru akan tercermin dalam kebaikan perilaku anak didik. Sekolah sebagai panti rehabilitasi anak merupakan laboratorium keilmuan bagi guru dalam mengajar dan membelajarkan anak didik dalam perspektif keilmuan. Di tempat ini anak didik belajar bebas terpimpin, aktif, kreatif, dan mandiri di bawah bimbingan dan pengawasan yang mulia dari guru. Sebagaimana bahwa psikologi belajar adalah sebuah disiplin psikologi yang berisi teori-teori, mengenai belajar, terutama mengupas bagaimana individu belajar dan melakukan pembelajaran.[2]                
B.  RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud Anak didik dan proses belajar?
2. Apakah setiap anak didik berbeda?
3. Bagaimana guru sebagai pribadi kunci?
4. Apa yang dimaksud guru sebagai pengajar dan pendidik?
C.  TUJUAN
1.    Mengetahui pengertian anak didik dan proses belajar.
2.    Mengetahui perbedaan anak didik.
3.    Mengetahui guru sebagai sebagai pribadi kunci bagi anak didik.
4.    Mengetahui pengertian guru sebagai pengajar dan pendidik.



BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGENALAN TENTANG ANAK DIDIK DAN PROSES BELAJAR
            Salah satu tujuan dari pendidikan adalah menolong anak mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan sangat menguntungkan baik bagi anak maupun bagi masyarakat. Anak didik memandang sekolah sebagai tempat mencari “bekal”yag akan membuka dunia bagi mereka.
            Bimbingan merupakan sebagian dari pendidikan, yang menolong anak didik tidak hanya mengenal diri serta kemampuannya tetapi juga mengenal dunia di sekitarnya. Tujuan bimbingan adalah untuk menolong anak didik dalam perkembangan seluruh kepribadian dan kemampuannya. Hal ini hanya dapat tercapai apabila potensi,pribadi dan segala hal yag berpengaruh diketahui sebelumnya. Dengan kata lain agar dapat menolong anak ia harus dikenal dalam segala aspeknya dan dalam kontek (situasi) hidupnya dimana ia hidup. Tanpa pengenalan tidak mungkin kita membuat rencana yang efektif untuk mengadakan perubahan dalam diri anak tersebut. Tidak mungkin kita membahas jalan keluar atau penyelesaian dari masalah anak.[3]
Peserta didik yang sering membuat masalah, seringkali disebabkan oleh kurangnya perhatian dari oang tuanya. Biasanya orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Banyak orang tua yang tidak bisa menyisihkan waktu untuk anaknya. Oleh karena itu, kesempatan mereka bersama anak-anak mereka sangat kurang. Akibatnya kehidupan anak lebih banyak dihabiskan bersama teman-temannya, pembantu, televisi, atau berbagai mainan kesukaannya. Lalu kepada siapa mereka akan curhat ketika mereka memiliki masalah di sekolah? Kepada siapa mereka akan menumpahkan perasaan mereka ketika dijauhi oleh teman-temannya? Apakah pembantu, televisi dan mainan itu cukup untuk menjadi teman curhat mereka? Oleh karena itu, peran seorang pendidik dalam menolong peserta didiknya, terutama bagi yang bermasalah, sangat di harapkan.[4]
Hakikat belajar adalah perubahan tetapi tidak semua perubahan berarti belajar. Setelah melakukan kegiatan belajar didapatkan hasil yang efektif dan efisien tentu saja diperlukan prinsip-prinsip belajar tertentu yang dapat melapangkan jalan ke arah keberhasilan belajar. Oleh karena itulah, beberapa prinsip belajar berikut ini perlu ditelaah dengan seksama untuk mendapatkan pengertian yang mendalam sehingga dapat menerangkan ke dalam kegiatan belajar baik di rumah maupun di sekolah.
1. Prinsip Bertolak Dari Motivasi
Motivasi untuk belajar adalah penting dalam melakukan kegiatan belajar. Motivasi merupakan pendorong yang dapat melahirkan kegiatan bagi seseorang. Seseorang yang bersemangat untuk menyelesaikan suatu kegiatan karena ada motivasi yang kuatir dalam dirinya. Motivasi sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk suatu kegiatan nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi merupakan faktor menentukan dan berfungsi menimbulkan, mendasari dan mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan, tampak gigih, tidak mau menyerah, giat belajar. Sebaliknya mereka yang memotivasi lemah, tampak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, suka mengganggu kelas, sering meninggalkan pelajaran, akibatnya banyak mengalami kesulitan belajar. Akhirnya, motivasi mempunyai arti yang sangat penting dalam belajar. Fungsi motivasi yang terpenting adalah sebagai pendorong timbulnya aktivitas, sebagai pengarah, dan sebagai penggerak untuk melakukan suatu pekerjaan.
 2.      Prinsip Pemusatan Perhatian
Ketidakmampuan seseorang berkonsentrasi dalam belajar di sebabkan buyarnya perhatian terhadap suatu obyek. Hal inilah yang tidak di inginkan oleh siapapun yang sedang belajar. Cukup banyak orang yang mengeluh akibat tidak mampu memusatkan perhatian, padahal bahan pelajaran yang harus di kuasai sangat banyak. Ingin belajar ada gangguan. Kalaupun dapat berkonsentrasi hanyalah dalam waktu yang relatif sangat sedikit. Tetapi hal ini masih untung, karena masih ada orang lain yang tidak mampu memusatkan perhatian walaupun sebentar. Kini perlu di sadari betapa penting pemusatan perhatian dalam belajar. Tanpa pemusatan perhatian, motivasi yang besarpun tidak akan banyak dapat berbuat untuk membantu mengatasinya. Akhirnya, konsentrasi (pemusatan perhatian) adalah fungsi jiwa terhadap sesuatu masalah atau obyek dengan mengosongkan pikiran dari hal-hal lain, yang di anggap mengganggu.
3.      Prinsip Pengambilan Pengertian Pokok
Belajar yang berhasil adalah ditandai tersimpan nya sejumlah kesan didalam otak. Agar sebagian besar kesan-kesan itu dapat tersimpan didalam otak adalah tidak mudah, seperti membalikkan telapak tangan. Pokok pikiran itu di namakan “topik”, topik itulah yang di kembangkan menjadi sebuah paragraf. Pengambilan pengertian pokok mempercepat penguasaan bahan yang telah di pelajari.
 4.      Prinsip Pengulangan
Belajar bukanlah proses dalam kehampaan, tetapi ber proses dengan penuh makna, agar kesan-kesan itu mudah diangkat ke alam sadar diperlukan frekuensi pengulangan dengan memanfaatkan kesan-kesan berupa ilmu pengetahuan itu, sesering mungkin. Artinya ilmu pengetahuan yang di dapat dari hasil belajar harus dimanfaatkan untuk menjawab berbagai permasalahan kehidupan. Bukan membiarkan nya mengisi otak tanpa arti. [5]

B. PERBEDAAN PADA SETIAP ANAK DIDIK

Tokoh-tokoh aliran behaviorisme beranggapan bahwa anak didik yang melakukan aktivitas belajar seperti membaca buku, mendengarkan penjelasan guru, mengarahkan pandangan kepada seorang guru yang menjelaskan di depan kelas, termasuk ke dalam kategori belajar, mereka tidak melihat ke dalam fenomena psikologis anak didik. Apakah anak didik menguasai buku yang telah di baca, apakah sudah betul-betul menguasai dan mengerti penjelasan guru, bukanlah masalah bagi para penganut aliran behaviorisme, yang penting bagi mereka, bila seorang telah melakukan aktivitas belajar, itulah belajar, aliran ini berpegang pada realitas yang terlihat dengan mata telanjang dengan mengabaikan proses mental dengan segala perubahannya sebagai akibat dari aktivitas belajar tersebut. Karenanya, anak didik selalu menjadi persoalan dalam proses pendidikan.[6]
. Di sekolah anak didik belajar menurut gaya mereka masing-masing. Perilaku anak didik bermacam-macam dalam menerima pelajaran dari guru, seorang anak didik dengan tekun dan penuh konsentrasi menerima pelajaran dari guru atau mengerjakan tugas yang telah diberikan, anak didik yang lain disela-sela penjelasan guru, mengambil kesempatan membicarakan hal-hal lain yang terlepas dari masalah pelajaran, di waktu yang lain ada anak didik yang duduk melamun yang terlepas dari pengamatan guru.Oleh karena itu, dalam kegiatan belajar mengajar, permasalahan yang timbul dari perilaku anak didik bermacam-macam ketika pelajaran sedang berlangsung di kelas.
Kalau persoalan perbedaan anak didik ini tidak mendapat tempat dalam pendidikan tradisional, maka dalam pendidikan modern masalah perbedaan individual anak ini mendapatkan perhatian prioritas dengan memperhatikan perbedaan individual anak ini diharapkan guru jangan lagi mengulangi kesalahan-kesalahan dalam menilai anak didik sebagai pribadi. Kesalahan itu misalnya guru tidak mengindahkan perbedaan individual dan mewujudkan pelajaran kepada anak-anak yang sedang, terlampau banyak memperhatikan anak-anak yang bodoh atau yang pandai bagi kesanggupan anak. (Witheington : 1986 : 128) Perbedaan individual anak didik cukup banyak, yang semuanya merupakan ciri dan kepribadian anak didik sebagai individu. Suharismi Ari Kunto; 1990 : 3) melihat kepribadian anak didik itu mencakup aspek jasmani, agama, intelektual, sosial, etika, dan estetika. Semuanya sebagai kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Keenam aspek diatas kendati semuanya dimiliki oleh anak didik. Karenanya, setiap anak didik punya keunikan sendiri-sendiri atas dasar keadaan yan demikian secara ideal perlakuan terhadap anak didik harus berbeda seutuhnya. Diakui oleh Abu Ahmadi (1991:108) bahwa anak didik selain ada perbedaannya. Juga ada persamannya, paling tidak ada beberapa persamaan dan perbedaan yang harus mendapatkan perhatian seperti pada aspek kecerdasan (Inteligensi), kecakapan, prestasi, bakat, sikap, kebiasaan, ciri-ciri jasmaniah, minat, cita-cita, kebutuhan, kepribadian dan pola-pola dan tempo perkembangan serta latar belakang lingkungan. Kadar daya serap anak didik terhadap bahan pelajaran bervariasi dengan tingkat keberhasilan mulai dari kurang, minimal, optimal dan maksimal. Hal ini sebagai indikator bahwa penguasaan bahan pelajaran oleh anak didik bermacam-macam untuk meminimalkan tingkat perbedaan yang ekstern ini, maka berikanlah waktu yang bervariasi dalam belajar anak didik. Dengan begitu, setiap anak didik dapat menguasai bahan pelajaran seluruhnya. Dan kesan ada anak pandai dan anak kurang pandai dapat di netralisasi.

C. GURU SEBAGAI PRIBADI KUNCI BAGI ANAK DIDIK

Sebagai seorang guru,kita diwajibkan untuk mendidik atau memberikan pengajaran kepada peserta didik kita. Kita juga berkewajiban untuk mendidik dengan keikhlasan dengan energi sepenuh hati. Selain itu kita juga diwajibkan untuk mencintai pekerjaan kita sebagai seorang guru dengan ketulusan hati.
Namun untuk membuka hati peserta didik, hal guru harus berupaya untuk menumbuhkan rasa cinta kasih dan sayang terhadap peserta didik. Dengan tujuan agar peserta didik memiliki rasa simpati terhadap guru dan peserta didk juga mempunyai rasa cinta kasih dan sayang terhadap gurunya. Jadi yang menjadi permasalahan di sisni adalah bagaimana cara yang harus dilakukan oleh guru untuk agar mampu membangkitkan rasa cinta kasih peserta didik sehingga guru lebih bersemangat untuk mengajar. Untuk itu, perlu dikaji konsep hati berlandaskan cinta,kasih dan sayang dan diimplementasikan dalam pembelajaran.
Toto tasmara (2001) mengemukakan bahwa cinta adalah keinginan untuk memberi dan tidak  memiliki pamrih untuk memperoleh imbalan. Cinta bukanlah komoditas, tetapi sebuah kepedulian yang sangat kuat  terhadap moral  dan kemanusiaan. Cinta berarti kemampuan untuk membuka pintu pemaaf serta jauh dari sikap dendam dan benci. Maka peran ketulusan hati sangat penting, artinya ketulusan hati merupakan kunci keberhasilan dalam mendidik pesrta didik.[7]
Keberhasilan pendidikan di sekolah tidak hanya ditentukan oleh kemahiran guru dalam mangajar, namun ditentukan oleh bagaimana cara dia mendidik peserta didiknya. Jadi guru yang baik adalah guru yang dapat mengajar serta mendidik siswanya. Jika guru mampu mengajar dan mendidik secara baik, maka akan dihasilkan anak-anak yang tidak hanya pandai secara intelektualnya, namun juga secara akhlak dan sikapnya. Pada akhirnya akan mampu menghasilkan generasi penerusyang arif dan bijaksana.
Ada perbedaan antara mengajar dan mendidik. Mengajar hanya terbatas pada pemberian materi ajar, sedangkan mendidik lebih kepada bagaimana sikap dan perilaku dalam kesehariannya. Di sini guru akan menjadi artis atau teladan bagi peserta didik. Oleh karena itu,mengajar itu penting, namun lebih penting lagi adalah kegiatan mendidik. Mengajar hanya mengarah pada bagaimana membangun kecerdasan dan kepandaian manusia secara intelektual. Sedangkan mendidik lebih condong pada proses bagaimana peserta didik dapat mengubah dirinya menjadi manusia seutuhnya, baik secara intelektual, spiritual, moral dan sosial. Perubahan itu tidak hanya dilakukan melalui pengajaran saja, tetapi melalui pendidikan dan keteladanan dari seorang guru. Jadi di sini seorang guru harus lebih banyak dicontoh daripada memberi contoh.
Sebagai pendidik tentu saja pernah merasakan kekesalan pada siswa, karena kenalan siswa dan masalah-masalah yang dilakukan oleh siswa. Namun kita harus berhati-hati dalam mengekspresikan perasaan itu. Jangan sampai kita memperlihatkan kekesalan kita dihadapan perserta didik apalagi sampai membentak peserta didik atau memukul peserta didik. Terkadang siswa yang nakal atau sering membuat masalah itu hanya menjadikan kenakalannya itu sebagai alat untuk mencari perhatian dari teman atau gurunya. Di sinilah yang diperlukan keteladanan dari seorang pendidik, terutama teladan untuk menunjukkan sikap empati terhadap siswa.
Pengabdian yang tanpa pamrih dan sikap empati dari seorang guru sangat mereka butuhkan. Berempati merupakan sikap peduli kepada orang lain, secara nyata baik dalam kata maupun tindakan. Guru yang berempati adalah sosok guru yang murah senyum, ramah, lembut tetapi tegas. Tidak akan mudah marah kepada peserta didik yang membuat ulah, tetapi ia malah akan mencari tau mengapa siswa itu seperti itu, dan akan mencari solusi yang tepat untuk memecahkan masalah itu.
Marah terhadap tindakan siswa yang membuat ulah boleh saja, tetapi jangan asal marah. Jika guru hanya marah-marah dan menyalahkan siswa yang membuat masalah, tanpa memberi perhatian dan solusi yang tepat.  Hal seperti itu justru akan menambah beban bagi siswa tersebut. Sebagai guru yang baik harus tetap memberikan bimbingan dan pengarahan terhadap siswa dengan setulus hati.  Dengan seperti itu guru benar-benar bisa berperan menjadi orang tua kedua bagi siswanya di sekolah. Ia tidak akan menjadi sesosok guru yang galak dan menakutkan bagi siswa, ia justru akan menjadi sahabat bagi para peserta didiknya.
Guru yang seperti itu sangat layak untuk memperoleh julukan pahlawan tanpa tanda jasa, yang selalu memiliki semangat untuk mengabdi tanpa pamrih. Ia menganggap menjadi seorang guru adalah panggilan illahi. Jika guru adalah pahlawan, maka ia harus siap untuk berjuang bagi banyak orang, terutama bagi peserta didiknya. Ia membukakan mata yang buta pengetahuan, membebaskan mereka, yang terbelenggu kebodohan serta memberi tuntunan terhadap mereka yang tidak tahu arah tujuan. Ini adalah pengabdian besar dan tidak mudah. Guru yang memiliki empati tidak akan menjadikan sekolah sebagai lahan bisnis, melainkan lahan perjuangan untuk membangun generasi muda yang arif dan bijaksana.  Guru yang tidak hanya menguasai bidang pengajarannya, tetapi juga yang sadar akan tugasnya sebagai pendidik. Ia sadar sepenuhnya bahwa siswanya tidak hanya meneladani apa yang ia ajarkan melalui pembelajaran dalam kelas, tetapi terlebih dari sikap dan perilaku sang guru. Jadilah seorang guru yang selalu di harapkan kehadirannya dan di sayangkan kepergiannya oleh peserta didik. Didiklah penerus bangsa ini dengan hati yang tulus dan ikhlas.
Secara keseluruhan guru adalah figure yang menarik perhatian semua orang, entah dalam keluarga, dalam masyarakat atau di sekolah. Tidak ada seorang pun yang tidak mengenal figure guru. Hal ini di karenakan figure guru itu bermacam-macam. Masyarakat melihat guru sebagai figure yang kharismatik kemuliaan seorang guru tercermin dari kepribadian sebagai manifestasi dari sikap dan perilaku dari kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu sedikit cela dan nista dari pribadi guru, maka masyarakat akan mencaci habis-habisan dan hilanglah wibawa itu. Di sekolah, figure guru merupakan pribadi kunci gurulah panutan utama bagi anak didik. Semua sikap dan perilaku guru akan dilihat, di dengar, dan ditiru olah anak didik. Sebagai pribadi yang selalu di gugu dan di tiru, tidaklah berlebihan bila anak didik selalu mengharapkan figure guru yang senantiasa memperhatikan kepentingan mereka. Figure guru yang selalu memperhatikan kepentingan anak didik biasanya mendapatkan ekstra perhatian dari anak didik. Anak didik senang dengan sikap dan perilaku yang baik yang di perlihatkan oleh guru.
Seperti di kutip oleh Syaiful Bahri Djamarah (1994:61), Frend W, Hart telah melakukan penelitian terhadap 3,725 orang anak didik HIG HTS School di Amerika Serikat. Dari hasil penelitiannya itu, dia menyimpulkan dengan mengemukakan 10 sikap yang baik dan di senangi anak didik sebagai berikut :
a)    Sikap menolong pekerjaan sekolah dan menerangkan pelajaran dengan jelas dan mendalam serta menggunakan contoh-contoh yang baik dalam mengajar.
b)   Periang dan gembira.
c)    Bersikap bersahabat, merasa sebagai anggota dalam kelompok kelas.
d)   Menaruh perhatian dan memahami anak didiknya.
e)    Berusaha agar pekerjaan menarik.
f)    Tegas, sanggup menguasai kelas dan dapat membangkitkan rasa hormat.
g)   Tidak ada yang lebih di senangi, tak pilih kasih.
h)   Tidak suka mengomel, mencela, dan sarkastis.
i)     Anak didik benar-benar merasakan bahwa ia mendapatkan sesuatu dari guru.
j)     Mempunyai pribadi yang dapat diambil contoh dari pihak anak didik dan masyarakat lingkungannya.[8]

D. GURU SEBAGAI PENGAJAR DAN PENDIDIK

Guru adalah salah satu unsur manusia dalam proses pendidikan. Unsur manusiawi lainnya adalah anak didik. Guru dan anak didik berada dalam suatu relasi kejiwaan, keduanya berada dalam proses interaksi edukatif dengan tugas dan peranan yang berbeda. Guru yang mengajar dan mendidik dan anak didik yang belajar dengan menerima bahan pelajaran dari guru di kelas. Oleh karena itu, walaupun mereka berlainan secara fisik dan mental, tetapi mereka tetap seiring dan setujuan untuk mencapai kebaikan akhlak, kebaikan moral, kebaikan hukum, kebaikan sosial dan sebagainya. Semua norma tersebut di atas tidak akan pernah dimiliki oleh anak didik bila guru tidak mentransformasikannya dengan kegiatan belajar mengajar. Mengajar adalah tugas guru untuk menuangkan sejumlah bahan pelajaran kedalam otak anak didik.
3 Tugas pokok guru di sekolah. Sekolah adalah lembaga pendidikan dengan kegiatan inti proses belajar dan mengajar. Proses belajar dilakukan oleh siswa, bahkan oleh guru sendiri. Kedua proses tersebut berlangsung dalam tempat dan waktu bersamaan. Saat guru mengajar namun saat itu pulalah sesungguhnya seorang guru sedang belajar.
Namun demikian sasaran utama pembelajaran di sekolah adalah proses belajar siswa. Artinya, pembelajaran di ruang kelas menitik beratkan pada proses bagaimana siswa belajar. Peran guru adalah bagaimana menciptakan suasana belajar sesuai tugas pokoknya dalam pendidikan di sekolah.
Berkaitan dengan pendidikan di lembaga sekolah, ada 3 tugas pokok guru dalam pendidikan. Uraiannnya sebagai berikut:
1.Mengajar.
Mengajar mengandung arti dangkal  yaitu menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa. Mentransfer sejumlah ilmu pengetahuan kepada siswa sesuai disiplin ilmu yang diasuh. Sasaran tugas ini adalah aspek kognitif siswa.  Untuk melaksanakan hal ini diperlukan strategi dan metode, serta media pembelajaran yang sesuai.
2.Mendidik.
Mendidik termasuk tugas guru yang agak komplit dan rumit. Tugas ini berkaitan dengan sikap dan tingkah laku yang baik. Bagaimana mengubah sikap dan perilaku siswa ke arah yang lebih baik.
Dalam satu kelas diisi oleh siswa dengan berbagai karakter dan tingkah laku. Aneka karakter yang dimiliki oleh siswa akan dikembangkan dan diarahkan kepada karakter dan tingkah laku yang lebih baik.
Mengembangkan karakter dan tingkah laku siswa ke arah yang lebih baik tidak bisa diajarkan melalui doktrin-doktrin. Yang diperlukan adalah suri tauladan dan contoh-contoh yang baik dan nyata dari seorang guru. Konsekuensinya adalah guru perlu berkepribadian yang baik sesuai norma-norma yang berlaku.


3.Melatih.
Tugas guru melatih siswa tidak sama dengan seorang pelatih lainnya. Tugas guru ini sejalan dan bersifat sinergis. Saat mengajar dan mendidik, maka saat itu pula dapat dilaksanakan tugas guru sebagai pelatih. Melatih dengan berbagai kemampuan dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik.[9]







BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Guru adalah salah satu unsur manusia dalam proses pendidikan. Unsur manusiawi lainnya adalah anak didik. Guru dan anak didik berada dalam suatu relasi kejiwaan, keduanya berada dalam proses interaksi edukatif dengan tugas dan peranan yang berbeda. Guru yang mengajar dan mendidik dan anak didik yang belajar dengan menerima bahan pelajaran dari guru di kelas. Oleh karena itu, walaupun mereka berlainan secara fisik dan mental, tetapi mereka tetap seiring dan setujuan untuk mencapai kebaikan akhlak, kebaikan moral, kebaikan hukum, kebaikan sosial dan sebagainya. Semua norma tersebut di atas tidak akan pernah dimiliki oleh anak didik bila guru tidak mentransformasikannya dengan kegiatan belajar mengajar.
Salah satu tujuan dari pendidikan adalah menolong anak mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan sangat menguntungkan baik bagi anak maupun bagi masyarakat. Anak didik memandang sekolah sebagai tempat mencari “bekal”yag akan membuka dunia bagi mereka.
Secara keseluruhan guru adalah figure yang menarik perhatian semua orang, entah dalam keluarga, dalam masyarakat atau di sekolah. Masyarakat melihat guru sebagai figure yang kharismatik kemuliaan seorang guru tercermin dari kepribadian sebagai manifestasi dari sikap dan perilaku dari kehidupan sehari-hari.
B. KRITIK DAN SARAN
Akhirnya selesailah makalah yang membahas tentang “Anak Didik Belajar dan Guru Mendidik”. Sungguh, masih banyak kekurangan yang harus penulis perbaiki dalam penyusunan makalah ini. Apabila terdapat kesalahan penulisan penulis mohon maaf, kritik dan saran dari pembaca akan penulis tunggu. Terimakasih.



DAFTAR PUSTAKA


Abu Ahmadi danWidodo Supriyono.2008.Psikologi Belajar.Jakarta:Rineka Cipta
Soemanto,Wasty.2006.Psikologi Pendidikan.Jakarta:PT Rineka Cipta
Akat Suchie.2014.Makalah Psikologi Belajar Anak Didik
http://akatsuchie.blogspot.co.id/2014/12/makalah-psikologi-belajar-anak-didik.html
Artikel guru.2015. Tugas Pokok guru di Sekolah
http://www.artikelguru.com/2015/03/3-tugas-pokok-guru-di-sekolah.html
My Blog.2015.Mendidik dengan Sepenuh Hati
http://anissanoor.blogspot.co.id/2015/01/mendidik-dengan-sepenuh-hati.html



[1] Abu Ahmadi danWidodo Supriyono.2008.Psikologi Belajar.Jakarta:Rineka Cipta
[2] http://akatsuchie.blogspot.co.id/2014/12/makalah-psikologi-belajar-anak-didik.html
[3] Wasty Soemanto.2006.Psikologi Pendidikan.Jakarta:PT Rineka Cipta.hlm:175
[4] http://anissanoor.blogspot.co.id/2015/01/mendidik-dengan-sepenuh-hati.html
[5] http://akatsuchie.blogspot.co.id/2014/12/makalah-psikologi-belajar-anak-didik.html
[6] http://akatsuchie.blogspot.co.id/2014/12/makalah-psikologi-belajar-anak-didik.html
[7] http://anissanoor.blogspot.co.id/2015/01/mendidik-dengan-sepenuh-hati.html
[8] http://akatsuchie.blogspot.co.id/2014/12/makalah-psikologi-belajar-anak-didik.html
[9] http://www.artikelguru.com/2015/03/3-tugas-pokok-guru-di-sekolah.html

Tidak ada komentar: