Jumat, 22 Maret 2019

MAKALAH STRATEGI PENGELOLAAN KELAS ANAK USIA DINI


                           MATA KULIAH                                               DOSEN PEMBIMBING
PAUD                                                     RENNY RAHMALIA, M.Psi

MAKALAH
STRATEGI PENGELOLAAN KELAS ANAK USIA DINI

Disusun oleh:
EGA MULIANI
NIRM: 1216.15.1372
FUJI WAHANA SURYA
NIRM:1216.17.1783
HAYATUN SAKINAH
NIRM:1216.15.1365
MISRIANI
NIRM:1216.15.1370
WIRDATUL FITRI
NIRM:1216.16.200.1634
        SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DINIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PEKANBARU
                                    1440 H/ 2018

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Alhamdulilah, puji syukur kehadirat Allah SWT  karena berkat kasih dan sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah “PAUD” yang bertemakan “Strategi Pengelolaan Kelas Anak Usia Dini”.  Makalah ini dimaksudkan agar kita dapat mengerti tentang strategi-strategi pengelolaan kelas pada anak usia dini . Adapun penjelasan-penjelasan pada makalah ini penulis ambil dari beberapa sumber buku dan jurnal.
Penulis ucapkan terima kasih kepada Ibuk Dosen dan  teman-teman yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan makalah ini, akan tetapi penulis  juga menyadari bahwa terdapat kekurangan didalam makalah ini. Untuk itu dengan senang hati penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca.Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.Aamiin.
Wassalamualaikum wr.wb.


               Pekanbaru, Oktober  2018
                                                                                                                   Penulis













DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR.. 2
DAFTAR ISI. 3
BAB I PENDAHULUAN.. 4
A.   Latar Belakang. 4
B.    Rumusan Masalah. 4
C.    Tujuan. 4
BAB II PEMBAHASAN.. 5
A.   Strategi Pengelolaan Kelas. 5
1.     Perencanaan (Planning) Ruang Kelas. 5
2.     Pengorganisasian (Organizing) Ruang Kelas. 7
3.     Pelaksanaan (Actuating) 7
4.     Pengawasan (Controlling) Ruang Kelas. 9
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.. 10
A.   Kesimpulan. 10
B.    Saran. 10
DAFTAR KEPUSTAKAAN.. 11









BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Didalam proses belajar mengajar dikelas guru mempunyai andil yang sangat besar dalam  menentukan keberhasilan proses pendidikan. Guru menjadi ujung tombak pelaksanaan pendidikan, di mana guru berhadapan langsung dengan peserta didik sebagai subjek belajar, oleh karena itu guru dituntut harus memiliki keterampilan dalam mengajar dan menerapkannya dalam proses belajar mengajar. Salah satu keterampilan yang harus dimiliki seorang guru adalah keterampilan mengelola kelas atau manajemen kelas, mengingat tugas seorang guru adalah mendidik siswa dan menciptakan kondisi belajar yang optimal sesuai tujuan pengajaran yang hendak di capai. Guru harus ahli dalam mengelola kelas.
Pada anak usia dini guru harus lebih ekstra dalam mengelola kelasnya. Karena pada anak usia dini ini pembelajarannya masih pada area bermain, yakni bermain sambil belajar. Pengelolaan kelas sangat terikat dengan proses belajar pada anak usia dini. Kelas pada anak usia dini harus memiliki banyak warna, banyak permainan, lukisan-lukisan dan lain sebagainya.

B.     Rumusan Masalah

Bagaimana cara strategi guru dalam mengelola kelas anak usia dini?

C.    Tujuan

Untuk mengetahui cara strategi guru dalam mengelola kelas pada anak usia dini.







BAB II

PEMBAHASAN

A.    Strategi Pengelolaan Kelas

1.      Perencanaan (Planning) Ruang Kelas

Unsur pokok yang harus melekat ketika hendak merancang sebuah ruangan bagian PAUD adalah penataan tempat secara menyenangkan. Hal ini bisa dilakukan dengan cara mewarnai ruangan kelas agar terang dan bersuasana riang karena disukai oleh anak – anak. Namun demikian, warnanya sebaiknya tidak terlalu ramai karena perhatian anak akan mudah teralihkan saat memasuki jam pelajaran. Selain itu, usahakan untuk memberikan ventilasi agar udara segar dan cahaya matahari dapat menjangkau ruangan.
Dalam membuat rancangan, guru perlu menjadikan kelas sebagai lingkungan belajar. Usahakan sejauh mata mereka memandang, hal yang dilihat anak didik adalah objek pelajaran. Sebagai contoh, pada dinding kelas atau di atas papan tulis diukir berbagai gambar yang berhubungan dengan pelajaran, seperti huruf abjad nama dan gambar pahlawan, dan sebagainya. Papan tulis yang ada di depan ruangan kelas diletakkan sesuia kebutuhan agar mampu dijangkau anak didik. Pastikan alat tulis selalu tersedia agar anak bisa mengeksplorasi imajinasi dan menuangkan kreativitasnya di papan tulis. Hal seperti itu akan mempermudah para guru memantau perkembangan si kecil.
Dinding ruang kelas juga dapat dipasang beraneka gambar yang menunjukkan keterampilan hidup, misalnya cara menyeberang jalan, memakai kaus kaki, memegang pensil, membuang sampah pada tempatnya, dan sebagainya. Gambar – gambar tersebut dapat dijadikan alternatif bagi para guru di dalam mengajarkan keterampilan hidup yang pasti akan dilakukan oleh anak selamanya.
Membangun budaya kreatif di dalam kelas, dapat dilakukan dengan cara menyediakan tempat khusus untuk memajang dan menyimpan hasil karya anak. Dengan demikian, anak – anak akan merasa bangga sekaligus bersemangat dalam belajar mengevaluasi diri. Secara perlahan, mereka akan saling mengoreksihasil karya temannya.[1]
Selain itu didalam perencanaan ruang kelas yang harus direncanakan yaitu:  perencanaan tempat duduk peserta didik dan perencanaan media pendidikan. Pertama, perencanaan tempat duduk peserta didik dalam menentukan tempat duduk peserta didik sudah mempertimbangkan kesehatan peserta didik, dan ukuran tubuh peserta didik. Wiyani (2013:15) mendefinisikan “Tempat duduk peserta didik kuat, stabil, dan mudah dipindahkan oleh peserta didik.”. Selain itu, meja dan kursi harus dapat digeser untuk memberi kesempatan anak berkelompok dengan teman yang berbeda tempat duduk. Tujuan dari perencanaan tempat duduk tersebut supaya siswa lebih fokus dan semangat dalam belajar. Kedua, perencanaan media pendidikan, media pendidikan di sediakan oleh sekolah yang dibeli berdasarkan dana operasional sekolah, media pendidikan yang disediakan sekolah sesuai dengan kebutuhan kelas namun guru di tuntut harus mampu mengembangkan media yang telah diberikan, media yang digunakan dalam proses belajar mengajar disesuaikan dengan materi yang dipelajari.[2]
Beberapa usulan untuk merancang sebuah lingkungan kelas yang menarik antara lain:
a.         Tempatkan sebuah tanda atau poster di pintu kelas yang memberi kesan bahwa anak-anak akan suka berada di dalamnya.
b.         Perbaharui papan pengumuman secara berkala untuk menambah minat belajar dalam kelas.
c.         Tunjukkan hasil karya anak-anak
d.        Buatlah kelas, sedapat mungkin, selayaknya ruang pribadi (misalnya tempelkan tanggal-tanggal ulang tahun anak-anak).
e.         Tempelkan nama anak-anak pada kotak-kotak kecil, bagan nama, atau papan pengumuman.
f.          Sediakan sebuah papan pesan untuk menuliskan pesan-pesan kepada anak-anak yang berbeda selama satu minggu.
g.         Tunjukkan sebuah papan tanggung jawab  sehingga anak-anak dapat mengetahui tugas-tugas mereka  pada hari atau minggu yang berjalan.
h.         Rancang lah pusat-pusat permainan dalam kelas yang mengundang anak untuk menggunakannya.[3]

2.      Pengorganisasian (Organizing) Ruang Kelas

Pengorganisasian merupakan tahap kedua dalam proses pengelolaan ruang kelas. Allen (dalam Mutohar, 2013:46) mengemukakan bahwa pengorganisasian sebagai proses penentuan dan pengelompokkan pekerjaan yang akan dikerjakan. Pertama, tempat duduk peserta didik, formasi tempat duduk peserta didik sudah bervariasi, formasi tempat duduk yang digunakan adalah formasi tradisional, formasi kelas bentuk U, formasi meja pertemuan dan formasi lingkaran. Wiyani (2013:131) mengemukakan bahwa “Pengaturan tempat duduk peserta didik sangat mempengaruhi keberhasilan peserta didik. Pengaturan tempat duduk harus bervariatif”.
Kedua, pengaturan media pendidikan, media pendidikan yang tersedia adalah papan tulis, buku pelajaran, media gambar yang diambil dalam buku tema, gambar burung garuda, gambar presiden dan wakil presiden, media berupa tanaman hidup, poster-poster pendidikan. Untuk penempatan media pendidikan ditempatkan di tempat yang mudah di lihat oleh peserta didik, dan mudah diambil apabila diperlukan. Seperti papan tulis di tempatkan di depan kelas, media berupa pajangan kelas di tempelkan di dinding kelas. Media berupa alat peraga diletakkan di rak pajangan dan di lemari kelas. Disini dapatdilihat bahwa  pengorganisasian terhadap media pendidikan di kelas sudah berjalan dengan baik sesuai dengan pendapat Wiyani (2013;56) yaitu “ Media pendidikan ditempatkan pada posisi yang memungkinkan seluruh peserta didik melihat dengan jelas.”[4]

3.      Pelaksanaan (Actuating)

Pelaksanaan merupakan tahap ketiga dalam pengelolaan ruang kelas, pelaksanaan merupakan usaha yang dilakukan supaya perencanaan dan pengorganisasian terlaksana. Pertama pelaksanaan pengaturan tempat duduk peserta didik, pengalokasian formasi tempat duduk peserta didik sudah bervariasi, dilaksanakan sesuai dengan metode yang digunakan. Namun kurang maksimal dalam pelaksanaannya karena kondisi ruang kelas yang kurang lebar dan jumlah peserta didik yang melebihi kapasitas maksimun ruang kelas, selain itu karena faktor guru yang terkadang kurang proaktif untuk melakukan pengaturan tempat duduk karena dianggap repot dan menyita waktu kemudian membuat siswa ribut.
Kedua, pelaksanaan pengaturan media pendidikan, guru sering menggunakan media dalam proses belajar mengajar, pola penggunaan media tersebut melibatkan siswa, dalam menggunakan media guru memancing rasa ingin tahu siswa dengan memperlihatkan media, kemudian tanya jawab tentang media tersebut, selanjutnya guru memberikan penguatan terhadap apa yang disampaikan siswa.[5]
Lingkungan harus diciptakan sedemikian menarik dan menyenangkan dengan memperhatikan keamanan dan kenyamanan anak dalam bermain. Menciptakan suasana kelas yang aman dan nyaman dapat dilakukan dengan membuat display yang menarik agar tercipta kelas yang indah dan menarik. Harus ada kerja sama yang baik antara rumah dan sekolah. Agar tercipta suasana yang nyaman dan aman di lingkungan anak untuk mengembangkan potensinya. Sekolah harus terjaga kebersihan, keindahan dan keamanannya dengan menata kemudian membuat display indah hasil karya anak. Keberhasilan proses pendidikan dapat terlihat dari perubahan perilaku yang positif pada anak.[6]
Penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar dilakukan guru dengan menunjukkan sikap tanggap, membagi perhatian secara visual dan verbal, memusatkan perhatian kelompok, memberi petunjuk-petunjuk yang jelas, menegur, dan memberi penguatan kepada anak. Data di lapangan juga menunjukkan bahwa guru mengembalikan kondisi belajar dengan mengelola kelompok, menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah, serta memodifikasi tingkah laku anak dengan cara mengajarkan perilaku baru dengan contoh, memberi penguatan positif, dan mengurangi perilaku anak dengan peringatan atau teguran.[7]
Kelas sebaiknya dapat digunakan untuk bermain di dalam ruangan (indoor play). Maka, bagian depan kelas pada saat tertentu diberi karpet agar anak dapat duduk ataupun tiduran secara leluasa. Ruangan kelas juga bisa dilengkapi alat pembelajaran, seperti papan paku (geobord), model jam, balok, dan berbagai benda manipulatif.[8]

4.      Pengawasan (Controlling) Ruang Kelas

Pengawasan merupakan tahap akhir dalam proses pengelolaan ruang kelas supaya hasilnya efektif dan efesien. Mutohar (2013:51) mengemukakan bahwa “Pengawasan adalah proses pemantauan, penilaian, dan pelaporan rencana atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan untuk tindak koreptif guna untuk penyempurnaan lebih lanjut dalam meningkatkan mutu sesuai tujuan yang diinginkan”.[9]
Guru menulusuri kekurangan arau hambatan, serta kesesuaian pengelolaan kelas yang sudah berlangsung dengan harapan guru. Apabila ditemukan ketidaksesuaian dalam pengelolaan kelas, guru melakukan pengecekan. Pengecekan yang dilakukan guru adalah dengan intropeksi diri, membandingkan RKH dengan kegiatan yang sudah berlangsung, maupun dengan berdiskusi bersama partner di kelas. Pengecekan secara bersama dengan kepala sekolah dan seluruh guru dilakukan dengan penyampaian observasi kepala sekolah saat masuk dalam kelas-kelas. Kepala sekolah juga aktif bertanya kepada guru tentang kejadian apa saja yang ada di kelas, perkembangan anak, perkembangan hafalan anak-anak dan guru, kekurangan atau permasalahan yang ditemui saat pembelajaran.
Apabila pengecekan sudah dilakukan, guru berusaha menemukan solusi atas kekurangan atau hambatan dengan cara pencarian. Selain berdiskusi dengan partner di kelas, guru berupaya mencari solusi setiap harinya dengan mencari alternatif-alternatif pemecahan masalah. Saat evaluasi bersama, kepala sekolah bersama guru berdiskusi untuk menemukan solusi. Evaluasi tersebut rutin dilakukan untuk menilai tingkat pencapaian atas solusi yang sudah diambil. Penyimpulan dilakukan juga untuk mencari solusi baru apabila solusi yang sudah diambil sebelumnya belum berhasil.[10]








BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan

Strategi Pengelolaan Kelas
1.    Perencanaan (panning) ruang kelas
Pertama, perencanaan tempat duduk peserta didik dalam menentukan tempat duduk. Kedua, perencanaan media pendidikan.
2.    Pengorganisasian (organizing) ruang kelas
Pertama, tempat duduk peserta didik, formasi tempat duduk peserta didik sudah bervariasi. Wiyani (2013:131) mengemukakan bahwa “Pengaturan tempat duduk peserta didik sangat mempengaruhi keberhasilan peserta didik. Kedua, pengaturan media pendidikan, media pendidikan yang tersedia adalah papan tulis, buku pelajaran, media gambar yang diambil dalam buku tema, gambar burung garuda, gambar presiden dan wakil presiden, poster-poster pendidikan.
3.    Pelaksanaan (actuating)
Pertama pelaksanaan pengaturan tempat duduk peserta didik, pengalokasian formasi tempat duduk peserta didik sudah bervariasi, dilaksanakan sesuai dengan metode yang digunakan. Kedua, pelaksanaan pengaturan media pendidikan.
4.      Pengawasan (controlling) ruang kelas
Pengawasan merupakan tahap akhir dalam proses pengelolaan ruang kelas supaya hasilnya efektif dan efesien.

B.     Saran

Akhirnya selesailah makalah yang membahas tentang“Strategi Pengelolaan Kelas Pada Anak Usia Dini”.Sungguh, masih banyak kekurangan yang harus penulis perbaiki dalam penyusunan makalah ini. Apabila terdapat kesalahan penulisan penulis mohon maaf, kritik dan saran dari pembaca akan penulis tunggu. Terimakasih.


DAFTAR KEPUSTAKAAN

Andini Widyastuti.2016.Kesalahan Guru PAUD Yang Sering Diremehkan.Yogyakarta:Diva Press
Israwati. “Pengelolaan Ruang Kelas Pendidikan Anak Usia Dini”. Jurnal Serambi Ilmu, Edisi September 2017 Volume 29 Nomor 2
Loverne Warner dan Sharon Anne Lynch.2006.Mengelola Kelas Prasekolah.Jakarta:Erlangga
Nur Endah Saputri.Penerapan Pengelolaan Kelas Pada Kelompok B D TK Anak Qu”. Jurnal Pendidikan Anak U siaDini Edisi 2 Tahun ke-6 2017
Yuliani Nurani Sujiono.2012.Konsep Dasar Pendidikan Anank Usia Dini.Jakarta:PT.Indeks









[1] Andini Widyastuti.2016.Kesalahan Guru PAUD Yang Sering Diremehkan.Yogyakarta:Diva Press.hlm:161
[2]Israwati. “Pengelolaan Ruang Kelas Pendidikan Anak Usia Dini”. Jurnal Serambi Ilmu, Edisi September 2017 Volume 29 Nomor 2
[3]Loverne Warner dan Sharon Anne Lynch.2006.Mengelola Kelas Prasekolah.Jakarta:Erlangga.hlm:52
[4] Israwati. “Pengelolaan Ruang Kelas Pendidikan Anak Usia Dini”. Jurnal Serambi Ilmu, Edisi September 2017 Volume 29 Nomor 2
[5] Israwati. “Pengelolaan Ruang Kelas Pendidikan Anak Usia Dini”. Jurnal Serambi Ilmu, Edisi September 2017 Volume 29 Nomor 2
[6]Yuliani Nurani Sujiono.2012.Konsep Dasar Pendidikan Anank Usia Dini.Jakarta:PT.Indeks.hlm:89
[7] Nur Endah Saputri.Penerapan Pengelolaan Kelas Pada Kelompok B D TK Anak Qu”. Jurnal Pendidikan Anak U siaDini Edisi 2 Tahun ke-6 2017
[8] Andini Widyastuti.Op Cit.hlm:162
[9] Israwati. “Pengelolaan Ruang Kelas Pendidikan Anak Usia Dini”. Jurnal Serambi Ilmu, Edisi September 2017 Volume 29 Nomor 2
[10] Nur Endah Saputri.Penerapan Pengelolaan Kelas Pada Kelompok B D TK Anak Qu”. Jurnal Pendidikan Anak U siaDini Edisi 2 Tahun ke-6 2017

Tidak ada komentar: