PERBANDINGAN PENDIDIKAN
SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN
DAN PERGURUAN TINGGI
Disusun oleh:
HAYATUN SAKINAH
NIM:1216.15.1369
Dosen Pembimbing :
TAFSIRUDDIN, S.Sos.I, M.Pd.I
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DINIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM PEKANBARU
1439 H/ 2018 M
1439 H/ 2018 M
DARTAR
ISI
DARTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Metode Pendidikan Di Pondok Pesantren
B. Sistem Pendidikan Di Pondok Pesantren
C. Keunggulan Pendidikan Pesantren
D. Sejarah Pendidikan Pesantren
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
KATA
PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah
SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan dengan lancar dan
tepat pada waktunya. Selanjutnya sholawat dan salam saya kirimkan
kepada nabi besar Muhammad SAW sebagaimana beliau telah mengangkat derajat
manusia dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang.
Ucapan terima kasih saya berikan kepada bapak dosen Tafsiruddin, S.Sos.I, M.Pd.I . Selaku dosen pengampu
mata kuliah yang telah memberikan ilmu serta arahan pada tugas makalah ini.
Selanjutnya ucapan terima kasih saya berikan kepada teman-teman yang telah
mau bekerja sama dan memberikan bantuannya terhadap tugas ini, tanpa mereka
makalah ini juga tidak akan terselesaikan tepat pada waktunya. Harapan saya, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembacanya serta dapat menambah pengetahuan dan pemahaman pada
pembahasan makalah ini. Aamiin.
Tentunya masih banyak kesalahan pada tugas makalah ini yang mungkin saya
tidak sadari, oleh karena itu kritik dan saran bagi pembaca sangat saya harapkan
guna perbaikan tugas makalah-makalah selanjutnya.
Pekanbaru,17 Februari 2018
Hayatun Sakinah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
masalah
Pendidikan
bagi umat manusia merupakan sistem dan cara meningkatkan kualitas hidup dalam
segala bidang. Dalam sejarah hidup umat manusia dimuka bumi ini hampir tidak
ada kelompok manusia yang tidak menggunakan pendidikan sebagai pembudayaan dan
peningkatan kualitasnya, sekalipun dalam kelompok masyarakat primitif.
Hanya
sistem dan metodenya yang berbeda-beda sesuai taraf hidup dan budaya masyarakat
masing-masing. Di kalangan masyarakat yang berbudaya modern, sistem dan metode
pendidikan yang dipergunakan setaraf dengan kebutuhan atau tuntutan
aspirasinya. Sistem dan metode tersebut diorientasikan kepada efektifitas dan
efisiensi.
Metode
penyajian atau penyampaian di pondok pesantren bersifat tradisional menurut
kebiasaan-kebiasaan yang lama dipergunakan dalam institusi itu.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana metode pendidikan di pondok pesantren?
2. Bagaimana sistem pendidikan di pondok pesantren?
3. Apa keunggulan pendidikan pondok pesantren?
4. Bagaimana sejarah pendidikan pondok pesantren?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana metode
pendidikan di pondok pesantren.
2. Untuk mengetahui bagaimana sistem
pendidikan di pondok pesantren.
3. Untuk mengetahui apa keunggulan pendidikan pondok pesantren.
4. Untuk mengetahui bagaimana sejarah
pendidikan pondok pesantren.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Metode Pendidikan Di Pondok Pesantren
Zamakhsyari
Dhofir, mengatakan bahwa jenis metode pendidikan yang dominan dipakai di
lingkungan pesantren adalah metode individual. Seorang murid atau seorang
santri datang pada guru yang akan membacakan beberapa baris Qur’an atau
kitab-kitab bahasa Arab, dan menterjemahkan ke dalam bahasa Jawa. Pada
gilirannya murid mengulangi dan menterjemahkan seperti yang diucapkan oleh
gurunya, metode ini biasanya disebut sorogan.
1.
Metode Sorogan
Arifin,
menyebut bahwa metode sorogan “punah” ketika gerakan
pembaharuan dalam pendidikan Islam berkembang. Bahkan dengan gerakan
pembaharuan itu, otoritas pengajar pendidikan agama Islam yang semula
didominasi oleh Kiyai mulai berubah. Pernyataan HM. Arifin tersebut menunjukkan,
bahwa pada mulanya pengajaran pendidikan agama Islam khusus disampaikan oleh
Kiyai.
Hal
ini seperti yang dikatakan oleh Zamakhsyari Dhofir, merupakan sosok yang sangat
disegani oleh santrinya, bahkan oleh masyarakat luas. Hal ini dinyatakan pula
oleh HM. Arifin tersebut menunjukkan telah terjadi pergeseran mengenai subjek
pendidikan agama Islam, yang tidak hanya terbatas pada Kiyai dan alumni
pesantren, tetapi juga di ajarkan oleh oleh orang yang diluluskan dari sekolah
formal.
Metode sorogan yang
pernah dominan digunakan pondok pesantren, kemudian berkembang dengan
metode-metode lain. Kenyataan seperti ini, secara sosiologis menunjukkan bahwa
pesantren tidak terbebas dari pengaruh luar, misalnya dari perkembangan
metodologi pengajaran di sekolah. Munculnya metode diskusi, metode resitasi,
yang semula hanya memberikan tugas-tugas yang berkaitan dengan materi pelajaran
keagamaan, dikembangkan dengan metode-metode lain dari ajaran yang lain pula.
Seperti pemberian tugas pada mata pelajaran umum, dan tugas-tugas ilmu yang
lain.
Perbedaan Antara Metode yang
Digunakan Oleh Pondok Pesantren dan Lembaga Pendidikan Sekolah
Kalau
dalam pendidikan Islam di pondok pesantren, metode yang digunakan paling
dominan adalah metode sorogan dan metode resitasi yang
bersumbu pada kehafalan. Karenanya, pendidikan dan pengajaran di lingkungan
pondok pesantren tidak lebih banyak memberikan wahana dan nuansa yang lebih
berkembang. Tetapi hanya batas pada konsep belajar mengajar dalam arti yang
sempit. Ia hanya pewarisan kebudayaan dari generasi tua kepada generasi
muda melalui pengkajian dan pendalaman kitab-kitab kuning sebagai buku
pegangan.
Perbedaan
yang mencolok antara pendidikan Islam di pesantren dengan pendidikan di sekolah
pada umumnya, terletak pada aspek metode dan seluruh komponen yang berhubungan
langsung dengan pelaksanaan pendidikan.
Persamaan Pendidikan Islam di
Pondok Pesantren dengan di Sekolah
Persamaan
antara pendidikan Islam di pondok pesantren dengan di sekolah adalah sama-sama
memberikan titik tekan pengajaran kepada ajaran Islam mengalahkan materi
pelajaran lainnya. Sekalipun diakui, di lembaga pendidikan Islam di sekolah
telah diajarkan materi pelajaran lain. Bahkan ketika komputerisasi
berkembang seperti sekarang ini, dengan serta merta pesantren-pesantren pun
memposisikan supaya santri-santrinya dapat menguasai komputer.
Kenyataan
ini menunjukkan bahwa pendidikan Islam seperti pesantren siap dan mau
mengadaftasikan dirinya. Harapannya agar pesantren tetap eksis di tengah
kemajuan jaman yang mengandalkan tekhnologi komputer sebagai dasar kerjanya.
Dan sebagai wahana untuk mentransmisikan ajaran Islam.
2.
Metode Diskusi
Dari segi pengunaan
metode, persamaan antara pendidikan Islam di pondok pesantren dan sekolah pada
umumnya, adalah metode diskusi yang diberikan di sekolah, saat ini juga
digunakan di pesantren-pesantren.
Metode ini dapat
berfungsi seperti apa yang diungkapkan oleh Abu Bakar Muhammad, bahwa metode
berfungsi untuk lebih membangkitkan pikiran dan minat murid untuk aktif, dia
sendiri lebih mampu menyiapkan diri sendiri untuk menyampaikan ilmu pengetahuan
itu kepada murid dengan cara-cara yang mudah diterima dan lebih mudah difahami.
Pendapat sama diungkapkan Imansyah Alpandia yang menyebut fungsi metode adalah
untuk untuk membangkitkan minat para murid sehingga seluruh perhatian mereka
tertuju pada materi pelajaran yang sedang diajarkan.
Dengan demikian
jelaslah bahwa pondok pesantren bukan hanya mampu bertahan, tetapi lebih dari
itu dengan penyesuaian, akomodasi dan konsepsi yang diberikan, pesantren pada
gilirannya telah mampu mengembangkan diri dan bahkan kembali menempatkan diri
pada posisi terpenting dalam sistem pendidikan nasional Indonesia secara
keseluruhan.
3. Metode Wetonan Halaqah
Pesantren,
sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia, sejarah perkembangan
pesantren memiliki model-model pembelajaran yang bersifat nonklasikal, yaitu
mode sistem pendidikan dengan metode pengajaran wetonan dan sorogan.
Di Jawa Barat dikenal pula dengan metode bandungan atau halaqah.
Metode wetonan
halaqah, yaitu metode yang didalamnya terdapat seorang kyai yang membaca
suatu kitab dalam waktu tertentu, sedangkan santrinya membawa kitab yang sama
lalu santri mendengar dan menyimak bacaan kyai. Metode ini dapat dikatakan
sebagai proses pembelajaran kolektif. Sedangkan sorogan adalah
metode pembelajaran yang santrinya cukup pandai men-sorog-kan
(mengajukan) sebuah kitab kepada kyai untuk dibaca dihadapannya. Metode
pembelajaran ini dapat dikatakan sebagai proses pembelajaran individual. [1]
B.
Sistem Pendidikan Di Pondok Pesantren
Sistem pondok pesantren selalu
diselenggarakan dalam bentuk asrama atau komplek asrama dimana santri
mendapatkan pendidikan dalam suatu situasi lingkungan sosial keagamaan yang
kuat dalam ilmu pengetahuan yang dilengkapi pula dengan atau tanpa ilmu
pengetahuan umum. Dalam perkembangan selanjutnya, pondok pesantren disamping
memberikan pelajaran ilmu agama, juga ilmu pengetahuan umum dengan system
madrasah atau sekolah. Dari sudut administrasi pendidikan pondok pesantren dapat
dibedakan dalam empat kategori berikut ini:
1.
Pondok pesantren
dengan system pendidikan yang lama pada umumnya terdapat jauh di luar kota,
hanya memberikan pengajian.
2.
Pondok pesantren
modern dengan sistem pendidikan klasikal berdasarkan atas kurikulum yang tersusun
baik, termasuk pendidikan skill.
3.
Pondok pesantren
dengan kombinasi disamping memberikan pelajaran dengan system pengajian, juga
dengan sistem madrasah yang dilengkapi dengan pengetahuan umum.
4.
Pondok pesantren
yang tidak lebih baik dari asrama pelajar daripada pondok yang semestinya. [2]
Pondok pesantren pada masa lalu,
pada awal tahun 2001 pemerintah menyadari bahwa potensi pesantren perlu
dioptimalkan yaitu untuk menyantuni kebutuhan pendidikan bagi generasi muda
pedesaan dan pinggiran kota. Jumlah lembaga pendidikan psantren di seluruh
Indonesia terus bertambah dari tahun ke tahun. Dengan perkembangan pesantren
yang cepat tersebut ditunjang oleh keluarnya Undang-Undang Sistem Pendidikan No. 2 Tahun 1989 yang
memberikan legalitas yang sama dengan sekolah-sekolah negeri tingkat dasar dan
menengah terhadap madrasah-madrasah tingkat dasar dan menengah yang
dikembangkan di Pesantren. [3]
Jumlah lembaga pesantren terus
bertambah yang disebabkan karena lembaga pendidikan inilah yang dengan cepat
dapat memberikan santunan pendidikan bagi generasai muda pedesaan yang
memerlukan pendidikan tingkat menengah dan tinggi.
Pondok pesantren pada masa
sekarang, dalam penyelenggaraan sistem pendidikan dan pengajaran di Pondok
Pesantren, dapat digolongkan ke dalam tiga bentuk yaitu:
1.
Pondok pesantren
adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam, yang pada umumnya
diberikan dengan cara nonklasikal dan para santri biasanya tinggal dalam pondok
atau asrama dalam pesantren tersebut.
2.
Pesantren adalah
lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam, yang para santrinya tidak
disediakan pondokan di komplek pesantren, namun tinggal tersebar di sekitar
penjuru desa sekeliling pesantren tersebut. Dimana cara dan metode pendidikan
dan pengajaran agama Islam diberikan dngan sistem weton, yaitu para santri
datang berduyun-duyun pada waktu tertentu.
3.
Pondok pesantren
dewasa ini merupakan lembaga gabungan antara sistem pondok dan pesantren yang
memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan sistem bandungan,
sorogan, ataupun wetonan, yang bagi para santrinya disediakan pondokan yang
biasa disebut dengan Pondok Pesantren Modern yang memenuhi kriteria pendidikan
nonformal serta penyelenggaraan pendidikan formal baik madrasah maupun sekolah
umum dalam berbagai tingkatan. [4]
C.
Keunggulan Pendidikan Pesantren
1.
Pondok Pesantren menekankan pendidikan
dengan basis mengharus utamakan kecerdasan spiritual (SQ) disamping
kecerdasan intelektual (IQ) dan emosional (EQ) bagi para santri.
Sehingga para santri akan memiliki kecerdasan dan karakter yang kuat dan mudah
bersosialisasi di masyarakat. Hal ini yang menyebabkan para santri lebih mudah
diterima dan bermanfaat di tengah-tengah masyarakat.
2.
Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan
tertua di bumi nusantara ini yang didirikan oleh para wali, kyai dan penyebar
Agama Islam yang melakukan tafaqquh fi Al-Diin dengan Ikhlas. Mereka adalah
orang-orang yang bersih batinnya dan selalu mendekatkan diri kepada Allah. Hal
ini yang menyebabkan Ilmu yang diperoleh di Pondok Pesantren menjadi lebih
berkah.
3.
Saat ini kita sedang khawatir dari
beragam pengaruh negatif yang ada di tengah-tengah masyarakat. Narkoba,
pergaulan bebas, kenakalan remaja, dan lain sebagainya sedang mengancam teman,
tetangga bahkan keluarga kita sendiri. Nah, di Pondok Pesantren dengan
pengawasan penuh dari Kyai, Guru-guru dan Pengurus Pondok Pesantren, santri
sepenuhnya bisa dikontrol dan dilindungi dari pengaruh negatif tersebut. Dengan
pendidikan berbasis nilai-nilai Islam Nusantara, Pondok Pesantren menjadi
lembaga yang memiliki daya tahan (imun) dari berbagai ancaman pengaruh
negatif.
4.
Pondok Pesantren akan menghasilkan
alumni santri yang memiliki solidaritas berbasis Islam yang kuat. Hidup bersama
tunggal liwet, tunggal bancik selama bertahun-tahun telah membentuk santri
menjadi pribadi yang memiliki rasa solidaritas dengan sesama.
5.
Santri akan mampu mengintegrasikan ilmu yang didapat
melalui madrasah formal dengan ilmu agama yang didapat melalui pendidikan
pesantren dengan kitab kuning-nya dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu inilah yang
akan memudahkan para santri untuk memahami makna hidup yang sesungguhnya. Hidup
mandiri, terpisah dari orang tua, fasilitas apa adanya, akan membentuk santri
sebagai muslim yang bertanggung jawab dan terbiasa memotivasi dirinya sendiri
untuk lebih baik.
6.
Sebagai lembaga pendidikan unggulan,
Pondok Pesantren mampu melakukan pembentukan karakter Muslim Nusantara yang
sesuai dengan ajaran Islam yang berpadu dengan nilai-nilai tradisi, budaya dan
kearifan lokal pada semua sisi kehidupan, sehingga melahirkan Pribadi Muslim
Nusantara yang mencintai Islam, berkomitmen penuh pada Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), bertoleransi dalam keberagaman, menghargai kemajemukan, dan
selalu menebarkan perdamaian. [5]
D. Sejarah Pendidikan
Pesantren
Pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional
Islam untuk memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan
pentingnya moral agama Islam sebagai pedoman hidup bermasyarakat sehari-hari.
Pesantren sendiri menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar para
santri. Sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana yang
terbuat dari bambu. Disamping itu kata “pondok” mungkin juga berasal dari
bahasa Arab “funduq” yang berarti hotel atau asrama.
Pondok pesantren yang merupakan “bapak” dari
pendidikan Islam di Indonesia, didirikan karena adanya tuntutan dan kebutuhan
zaman, hal ini bisa dilihat dari perjalanan historisnya, bahwa sesungguhnya
pesantren dilahirkan atas kesadaran kewajiban dakwah-dakwah Islamiah, yakni
menyebarkan dan mengembangkan ajaran Islam, sekaligus mencetak kader-kader
ulama dan da’i.
Sebagai suatu lembaga pendidikan Islam, pesantren
dari sudut historis cultural dapat dikatakan sebagai “training center” yang
otomatis menjadi “cultural central” Islam yang disalahkan atau dilembagakan
oleh masyarakat, setidak-tidaknya oleh masyarakat Islam sendiri yang
secara de facto tidak dapat diabaikan oleh pemerintah.
Tentang kehadiran pesantren secara pasti di
Indonesia pertama kalinya, di mana dan siapa pendirinya, tidak dapat diperoleh
keterangan yang pasti. Berdasarkan hasil pendataan yang dilaksanakan oleh
Departemen Agama pada tahun 1984-1985 diperoleh keterangan bahwa pesantren
tertua didirikan pada tahun 1062 di Pamekasan Madura, dengan nama Pesantren Jan
Tamps II. Akan tetapi hal ini juga diragukan, karena tentunya ada Pesantren Jan
Tampees I yang lebih tua. Walaupun demikian, pesantren merupakan lembaga
pendidikan Islam tertua di Indonesia yang peran sertanya tidak diragukan lagi, adalah
sangat besar bagi perkembangan Islam di Nusantara.
Pada masa penjajahan kolonial Belanda yaitu sekitar
abad ke-18an, nama pesantren sebagai lembaga pendidikan rakyat terasa sangat
berbobot terutama dalam bidang penyiaran agama Islam. Pada masa penjajahan ini
pondok pesantren menjadi satu-satunya lembaga pendidikan Islam yang
menggembleng kader-kader umat yang tangguh dan gigih mengembangkan agama serta
menentang penjajahan berkat dari jiwa Islam mereka. Kelahiran pesantren baru,
selalu diawali dengan cerita perang nilai antara pesantren yang akan berdiri
dengan masyarakat sekitarnya, dan diakhiri dengan kemenangan pihak pesantren,
sehingga pesantren dapat diterima untuk hidup di masyarakat, dan kemudian
menjadi panutan bagi masyarakat sekitarnya dalam bidang kehidupan moral. Bahkan
dengan kehadiran pesantren dengan jumlah santri yang banyak dan datang dari
berbagai masyarakat lain yang jauh, maka terjadilah semacam kontak budaya
antara berbagai suku dan masyarakat sekitar. Dari segi cultural para ulama
Islam berusaha menghindarkan tradisi serta ajaran agama Islam dari pengaruh
kebudayaan Barat. Segala sesuatu yang berbau Barat secara apriori ditolak oleh
mereka, termasuk system pendidikan. Kehidupan ekonomi masyarakat sekitar
menjadi semakin ramai, dan tentu saja akan bertambah maju.
Kehadiran pesantren ditengah-tengah masyarakat tidak
hanya sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga sebagai lembaga penyiaran agama
dan sosial keagamaan. Dengan sifatnya yang flexible sejak awal kehadirannya,
pesantren ternyata mampu mengadaptasikan diri dengan masyarakat serta memenuhi
tuntutan masyarakat.
Walaupun pada masa penjajahan, pondok pesantren
mendapat tekanan dari pemerintah Kolonial Belanda, pondok pesantren masih
bertahan terus dan tetap tegak berdiri walaupun sebagian besar berada di daerah
pedesaan. Peranan mendidik dan mencerdaskan kehidupan bangsa tetap diembannya.
Telah banyak kader-kader bangsa dan tokoh-tokoh perjuangan nasional dilahirkan
oleh pesantren. Bahkan pada saat-saat perjuangan kemerdekaan, banyak tokoh
pejuang dan pahlawan-pahlawan kemerdekaan yang berasal dari pesantren.
Dalam perkembangannya, pondok pesantren memang
sangat pesat, pada zaman Belanda saja jumlah pesantren di Indonesia besar kecil
tercatat sebanyak 20.000 buah. Perkembangan selanjutnya mengalami pasang surut,
ada daerah tertentu yang membuka pesantren baru, ada pula pesantren di daerah
lain yang bubar karena tidak begitu terawat lagi. Tetapi perkembangan yang
paling akhir, dunia pesantren menampakkan trend lain. Disamping masih ada yang
mempertahankan system tradisionalnya, sebagian pesantren telah membuka system
madrasah, sekolah umum, bahkan ada diantaranya yang membuka semacam lembaga
pendidikan kejuruan seperti bidang pertanian, peternakan, pertukangan, teknik
dan sebagainya. [6]
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Metode pendidikan di pondok pesantren yaitu : Metode sorogan,metode diskusi,metode
wetonan halaqah.
Dari sudut administrasi pendidikan
pondok pesantren dapat dibedakan dalam empat kategori berikut ini:
a)
Pondok pesantren
dengan system pendidikan yang lama pada umumnya terdapat jauh di luar kota,
hanya memberikan pengajian.
b)
Pondok pesantren
modern dengan sistem pendidikan klasikal berdasarkan atas kurikulum yang
tersusun baik, termasuk pendidikan skill.
c)
Pondok pesantren
dengan kombinasi disamping memberikan pelajaran dengan system pengajian, juga
dengan sistem madrasah yang dilengkapi dengan pengetahuan umum.
d)
Pondok pesantren
yang tidak lebih baik dari asrama pelajar daripada pondok yang semestinya.
Sebagai
lembaga pendidikan unggulan, Pondok Pesantren mampu melakukan pembentukan
karakter Muslim Nusantara yang sesuai dengan ajaran Islam yang berpadu dengan
nilai-nilai tradisi, budaya dan kearifan lokal pada semua sisi kehidupan,
sehingga melahirkan Pribadi Muslim Nusantara yang mencintai Islam, berkomitmen
penuh pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), bertoleransi dalam
keberagaman, menghargai kemajemukan, dan selalu menebarkan perdamaian.
Dalam perkembangannya, pondok pesantren memang
sangat pesat, pada zaman Belanda saja jumlah pesantren di Indonesia besar kecil
tercatat sebanyak 20.000 buah. Perkembangan selanjutnya mengalami pasang surut,
ada daerah tertentu yang membuka pesantren baru, ada pula pesantren di daerah
lain yang bubar karena tidak begitu terawat lagi. Tetapi perkembangan yang
paling akhir, dunia pesantren menampakkan trend lain. Disamping masih ada yang
mempertahankan system tradisionalnya, sebagian pesantren telah membuka system
madrasah, sekolah umum, bahkan ada diantaranya yang membuka semacam lembaga
pendidikan kejuruan seperti bidang pertanian, peternakan, pertukangan, teknik
dan sebagainya.
2.
Saran
Penulis
menyadari jika dalam tulisan ini masih banyak kekurangan.Karena itu penulis
berharap masukan dan saran yang membangun agar sempurnanya makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Hasbullah.1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam.Jakarta: Rajawali Press.
Muzayyin Arifin. 2003. Kapita
Selekta Pendidikan Islam.Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Zamakhsyari Dhofier.2009. Tradisi Pesantren (Menadu Modernitas untuk Kemajuan Bangsa). Yogyakarta.
Eka safitri.2015. http://safitriexaf.blogspot.co.id/2015/08/pondok-pesantren-sebagai-sebuah-sistem.html
Lanlan Muhria.
2016. https://www.lyceum.id/jenis-metode-pendidikan-di-pondok-pesantren/
Masta ahmad.2015. https://web.facebook.com/notes/masta-ahmad/6-fakta-keunggulan-pondok-pesantren-sebagai-lembaga-pendidikan/1639028762981972/?_rdc=1&_rdr
[1] Lanlan Muhria. 2016.
https://www.lyceum.id/jenis-metode-pendidikan-di-pondok-pesantren/
[2] Muzayyin Arifin. 2003. Kapita
Selekta Pendidikan Islam.Jakarta:
PT Bumi Aksara.Hlm.
232
[3] Zamakhsyari Dhofier.2009. Tradisi Pesantren (Menadu Modernitas untuk Kemajuan Bangsa). Yogyakarta.Hlm. 67
[4] Hasbullah.1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam.Jakarta: Rajawali Press.Hlm.45
[5]Masta
ahmad.2015. https://web.facebook.com/notes/masta-ahmad/6-fakta-keunggulan-pondok-pesantren-sebagai-lembaga-pendidikan/1639028762981972/?_rdc=1&_rdr
[6]Eka
safitri.2015. http://safitriexaf.blogspot.co.id/2015/08/pondok-pesantren-sebagai-sebuah-sistem.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar