Kamis, 11 Oktober 2018

MAKALAH MUHAMMAD ABDUH DAN PEMIKIRANNYA TENTANG PENDIDIKAN ISLAM


MAKALAH SEJARAH PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM
MUHAMMAD ABDUH DAN PEMIKIRANNYA TENTANG PENDIDIKAN ISLAM


DOSEN PEMBIMBING
TAUFIK HELMI, MA
                                                  Disusun oleh:
                                             HAYATUN SAKINAH
                                             NIMKO : 1216.15.1369



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DINIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PEKANBARU
2016


DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR.. 3
BAB I. 4
PENDAHULUAN.. 4
A. Latar Belakang. 4
B. Rumusan masalah. 4
C. Tujuan. 4
BAB II. 5
PEMBAHASAN.. 5
A. Riwayat Hidup Muhammad Abduh. 5
B. Perjalanan Intelektual Muhammad Abduh. 5
C. Pemikiran Muhammad Abduh Tentang Pendidikan Islam.. 6
D. Karya-Karya Muhammad Abduh Tentang Pendidikan Islam.. 10
BAB III. 11
KESIMPULAN DAN SARAN.. 11
A. Kesimpulan. 11
B. Saran. 11
DAFTAR PUSTAKA.. 12



KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang mana dengan Taufiq dan Hidayah serta Inayah-Nya,saya  dapat menyelesaikan makalah  sederhana  ini.
Semoga shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw dan seluruh keluarganya, para sahabat,tabi’in,dan tabi’it-tabi’in, serta para pengikut setia Beliau hingga akhir zaman.
Makalah ini membahas tentang “Muhammad Abduh dan Pemikirannya Tentang Pendidikan Islam”yang dirangkum dari beberapa sumber, dengan maksud agar memudahkan Mahasiswa dalam mempelajari materi perkuliahan.
Semoga dengan tersusunnya makalah ini, bisa dijadikan sebagai pelajaran dan bermanfaat untuk kita semua, amin.


         Pekanbaru, 26 September 2016

 Hayatun Sakinah





BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Muhammad Abduh termasuk salah satu pembaharu agama dan sosial di Mesir pada abad ke 20 yang pengaruhnya sangat besar di dunia Islam .Dialah penganjur yang sukses dalam membuka pintu ijtihad untuk menyesuaikan Islam dengan tuntutan zaman modern.
Di dunia Islam Ia terkenal dengan pembaharuannya di bidang keagamaan.Disamping Ia dikenal sebagai pembaharu dibidang keagamaan  dan pergerakan (politik) ,Ia juga sebagai pembaharu dibidsang pendidikan Isalam,dimana Ia pernah menjabat Syekh atau rektor Universitas AlAzhar di Cairo Mesir.Pada masa menjabat rektor inilah Ia mengadakan pembaharuan-pembaharuan di Universitas tersebut ,yang pengaruhnya sangat luas di dunia Islam.Dan usaha –usaha pembaharuan inilah yang akan dibahas dalam makalah ini.
Dalam makalah ini saya akan mengutarakan tentang riwayat hidup dari Muhammad Abduh, perjalanan intelektualnya,pemikirannya tentang pendidikan islam serta karya Muhammad Abduh tentang pendidikan islam.

B. Rumusan masalah

1.    Bagaimana riwayat hidup Muhammad Abduh?
2.    Bagaimanaperjalanan intelektual Muhammad Abduh?
3.    Bagaimana pemikiran tentang pendidikan islam menutut Muhammad Abduh?
4.    Apa-apa saja karya Muhammad Abduh tentang pendidikan islam?

C. Tujuan

1.    Untuk mengetahui riwayat hidup Muhammad Abduh?
2.    Untuk mengetahui perjalanan intelektual Muhammad Abduh?
3.    Untuk mengetahui pemikiran tentang pendidikan islam menutut Muhammad Abduh?
4.    Untuk mengetahui karya Muhammad Abduh tentang pendidikan islam?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Riwayat Hidup Muhammad Abduh

Nama lengkapnya adalah Muhammad ‘Abduh Hasan Khairullah. Tokoh ini akrab dipanggil dengan sebutan muhammad abduh. Ia dilahirkan di sebuah kampung bernama Mahallat Nasr, Syubra Khit, provinsi Al-Bahirah, Mesir pada tahun 1266 H (1849). Ayahnya berasal dari Turki yang telah lama tinggal di Mesir, sedangkan ibunya adalah orang Arab, yang menurut riwayat, silsilah ibunya sampai pada Umar bin Khattab ra.[1]
Muhammad Abduh meninggal pada 11 Juli 1905. Keluarganya terkenal berpegang teguh pada ilmu dan agama. Sejak berusia 12 tahun, ia sudah hafal al-Qur’an . Muhammad Abduh adalah seorang sarjana, mufti ,’alim, teolog, dan pembaru.[2]

B. Perjalanan Intelektual Muhammad Abduh

Pendidikan Muhammad ‘Abduh di mulai dengan belajar menulis dan membaca di rumah.Setelah beliau hafal kitab suci Al-qur’an pada tahun 1863 ayahnya mengirimnya ke Thamta untuk meluruskan bacaan dan tajwid di masjid al-Ahmadi. Namun karena metode pelajaran tidak sesuai yang diberikan gurunya seperti membiasakan menghapal istilah nahwu atau fiqh akhirnya Muhammad ‘Abduh kembali ke Mahallat Nasr dengan tekad tidak akan kembali lagi belajar.Tentang pengalamannya ini ‘Abduh menceritakan: “Satu setengah tahun saya belajar di mesjid Syeikh Ahmad dengan tak mengerti suatu apapun. Ini adalah karena metodenya yang salah. Guru-guru mulai mengajak  kita untuk menghapal istilah-istilah tentang nahwu dan fiqh yang tak kita ketahui artinya, guru tak merasa penting apa kita meengetahui atau tidak mengerti istilah-istilah itu.” Inilah salah satu yang melatarbelakangi ‘Abduh ingin mengadakan pembaruan dalam bidang pendidikan.
Sayyid Qutub mengambarkan situasi dan kondisi masyarakat tempat Muhammad ‘Abduh hidup sebagai masyarakat yang kaku, beku, menutup rapat-rapat pintu ijtihad serta mengabaikan peranan akal dalam memahami syari'at. Sementara, di Eropa khususnya, kehidupan masyarakat sangat mendewakan akal, terlebih setelah penemuan-penemuan ilmiah yang sangat mengagumkan ketika itu.
Tahun 1866 ‘Abduh meninggalkan isteri dan keluarganya menuju Kairo untuk belajar di Al-Azhar. Tiga tahun kemudian, ketika Jamaluddin al-Afghani datang ke Mesir tahun 1871 M, Muhammad ‘Abduh giat belajar dan mendengar segala ide pembaharuan darinya. ‘Abduh mulai memperluas studinya sampai meliputi ilmu filsafat dan ilmu sosial serta politik. Afghani adalah seseorang yang aktif memberikan dorongan kepada murid-murid untuk menghadapi intervensi Eropa di negeri mereka dan pentingnya melihat umat Islam sebagai umat yang satu. ‘Abduh memutar jalur hidupnya dari tasawuf yang bersifat pantang dunia , lalu memasuki dunia aktivisme sosio-politik.
Abduh menyelesaikan studinya pada tahun 1877, dan mengajar pertama kali di Al-Azhar. Puncak karir Muhammad ‘Abduh dalam pembaharuannya, terutama di bidang pendidikan adalah ketika ia ditugaskan menjadi seorang mufti pertama Mesir. Posisi ini diperolehnya pada 03 Juni 1899 M. 
Beliau meninggal pada tanggal 11 Juli 1905. Banyaknya orang yang memberikan hormat di Kairo dan Alexandria, membuktikan betapa besar penghormatan orang kepada dirinya. Meskipun ‘Abduh mendapat serangan sengit karena pandangan dan tindakannya yang reformatif, namun Mesir dan Islam merasa kehilangan atas meninggalnya seorang pemimpin yang terkenal lemah lembut dan mendalam spiritualnya.

C. Pemikiran Muhammad Abduh Tentang Pendidikan Islam

Pemikirannya dalam bidang pendidikan lebih banyak difokuskan pada masalah menghilangkan dikotomi pendidikan, mengembangkan kelembaagaan pendidikan , pengembangan kurikulum dan metode pengajaran. Beberapa gagasan dan pemikirannya ini dapat dikemukakan secara singkat sebagai berikut :


1. Menghilangkan dikotomi pendidikan
Menurut  Muhammad Abduh , bahwa diantara faktor yang membawa kemunduran dunia islam adalah karena adanya pandangan dikotomis yang dianut oleh umat islam, yakni dikotomi atau mempertentangkan antara  ilmu agama dan ilmu umum. Berbagai lembaga pendidikan islam didunia pada umumnya hanya mementingkan ilmu agama, dan kurang mementingkan ilmu umum. Menurut Muhammad Abduh , corak pendidikan yang demikian itu lebih banyak berdampak negatif dalam dunia pendidikan. sistem madrasah lama akan menghasilkan ahli ilmu  agama, sedangkan sekolah pemerintah mengeluarkan tenaga ahli yang tidak mempunyai visi dan wawasan keagamaan . Keadaan ini mirip dengan yang terjadi di Indonesia tahun 70-an. Yakni pada waktu itu madrasah yang bernaung dibawah Departemen ( sekarang Kementrian ) Agama hanya mengajarkan ilmu agama, sedangkan sekolah yang berada di bawah Kementrian Pendidikan Nasional kurang mementingkan agama.
Untuk mengatasi masalah dikotomi yang demikian itu, Muhammad Abduh mengusulkan agar dilakukan lintas disiplin ilmu antar kurikulum madrasah dan sekolah, sehingga jurang pemisah antara kaum ulama dan ilmuan modern akan hilang.  Gagasannya ia terapkan di Universitas Al-Azhar yaitu dengan melakukan penataan kembali struktur pendidikan di Al-Azhar , yang kemudian dilanjutkan pada sejumlah lembaga pendidikan yang berada di Thanta,Dassus,Dimyat, Iskandariyah dan lain-lain. Dengan usahanya ini, Muhammad Abduh berharap berbagai lembaga pendidikan di berbagai negara lainnya akan mengikutinya, karena Universitas Al-Azhar pada saat itu adalah lambang dan panutan pendidikan Islam di Mesir khususnya, dan di dunia Islam pada umumnya.
2. Pengembangan Kelembagaan Pendidikan.
Dalam upaya mengembangkan kelembagaan pendidikan, Muhammad Abduh mendirikan sekolah menengah pemerintah untuk menghasilkan tenaga ahli dalam berbagai bidang yang dibutuhkan yaitu bidang administrasi,militer,kesehatan,perindustrian dan sebagainya. Melalui berbagai lembaga pendidikan ini, Muhammad Abduh berupaya memasukkan pelajaran agama, sejarah dan kebudayaan islam.
Selain itu , pada madrasah-madrasah yang berada di bawah naungan al-Azhar Muhammad Abduh mengajarkan Ilmu Manthiq , Falsafah dan Tauhid. Hal inimerupakan gagasan baru, karena sebelumnya al-Azhar memandang ilmu manthiq dan falsafah itu sebagai barang haram. Selain itu, dirumahnya Muhammad Abduh juga mengajarkan kitab Tahzib al-Akhlaq karangan Ibn Miskawaih , serta kitab sejarah peradaban Eropa yang telah diterjemahkan kedalam bahasa arab., karangan seorang Perancis dengan judul al-Tuhfat al adaabiyah fi Tarikh Tamaddun al-Mamalik al-Awribiyah.
3. Pengembangan Kurikulum
Muhammad Abduh melakukan pengembangan kurikulum Sekolah Dasar,Sekolah Menengah dan Kejuruan, serta Universitas al-Azhar. Pengembangan tersebut secara singkat dapat dikemukakan sebagai berikut.
a. Pengembangan Kurikulum Sekolah Dasar
Menurut Muhammad Abduh bahwa dasar pembentukan jiwa agama hendaknya dilakukan sejak masa kanak-kanak. Oleh karena itu, mata pelajaran agama agar dijadikan pelajaran wajib pada semua mata pelajaran. Pandangan ini mengacu pada  anggapan bahwa ajaran islam  merupakan dasar  pembentukan  jiwa dan pribadi muslim.  Dengan memiliki jiwa dan pribadi muslim, maka rakyat Mesir  akan memiliki jiwa kebersamaan dan nasionalisme yang selanjutnya  dapat menjadi dasar bagi  pengembangan sikap hidup yang lebih baik dan sekaligus  dapat meraih kemajuan.
b. Pengembangan Kurikulum Sekolah Menengah dan Sekolah Kejuruan
Pengembangan  kurikulum Sekolah Menengah dan Sekolah Kejuruan dilakukan dengan memasukkan mata pelajaran Manthiq dan Falsafah  yang sebelumnya tidak boleh diajarkan. Selain itu, dimasukkan pula pelajaran tentang  sejarah dan peradaban islam dengan tujuan agar umat  islam mengetahui berbagai kemajuan  dan keunggulan yang pernah dicapai  dunia islam dimasa silam, sebagai pemicu bagi lahirnya kebanggaan terhadap islam serta semangat untuk membangun kembali kejayaan umat islam .
c. Pengembangan Kurikulum Universitas Al-Azhar
Pengembangan kurikulum Universitas Al-Azhar dilakukan dengan cara menyesuaikan kebutuhan masyarakat pada waktu itu dengan para lulusan pendidikan , yakni orang-orang yang dapat berpikir kritis, komprehensif,progresif, dan seimbang tentang ajaran islam , yaitu para ulama yang intelek, dengan kata lain menjadi ulama yang modern.  Berkaitan dengan ini, maka Muhammad Abduh  mengusulkan untuk dimasukkannya mata kuliah filsafat, logika, dan ilmu pengetahuan modern kedalam kurikulum Universitas Al-Azhar.
4. Pengembangan Metode Pengajaran
Menurut Muhammad Abduh  bahwa metode pengajaran yang selama ini hanya mengandalkan hafalan perlu dilengkapi dengan metode yang rasional dan pemahaman. Dengan demikian, disamping para siswa menghafal  suatu bahan pelajaran, juga dapat memahaminya dengan kritis , objektif dan komprehensif . Berkenaan dengan ini, Muhammad Abduh  mengusulkan agar menghidupkan kembali metode munadzarah (diskusi) dalam  memahami pengetahuan dan menjauhkan diri  dari metode taklid buta terhadap para ulama . selain itu ia juga  mengembangkan kebebasan ilmiah dikalangan  mahasiswa Al-Azhar . Ia  juga menjadikan bahasa arab yang selama ini hanya merupakan ilmu yang tidak  berkembang menjadi  ilmu yang berkembang yang dapat  dipergunakan untuk menerjemahkan teks-teks pengetahuan  modern ke dalam bahasa arab .
Disamping itu, Muhammad Abduh juga membuat  sebuah metode yang sistematis  dalam menafsirkan Al-Qur’an  dengan berpedoman pada lima prinsip  sebagai berikut . Pertama, menyesuaikan berbagai peristiwa  yang ada dalam masyarakat  dengan  nash-nash al-qur’an; kedua, menjadikan al-qur’an sebagai sebuah kesatuan ;  ketiga, menjadikan surat sebagai  dasar untuk memahami ayat ;  keempat, menyederhanakan bahasa penafsiran al-qur’an dan  kelima,  tidak mengabaikan berbagai peristiwa sejarah  yang menyertai turunnya ayat-ayat al-qur’an .[3]

D. Karya-Karya Muhammad Abduh Tentang Pendidikan Islam               

Muhammad Abduh adalah seorang pemikir muslim dari Mesir, dan salah satu penggagas gerakan modernisme Islam.Ia belajar tentang filsafat dan logika di Universitas Al-Azhar, Kairo, dan juga murid dari Jamaluddin al-Afghani, seorang filsuf dan pembaru yang mengusung gerakan Pan Islamisme untuk menentang penjajahan Eropa di negara-negara Asia dan Afrika.
Muhammad Abduh diasingkan dari Mesir selama enam tahun sejak 1882, karena keterlibatannya dalam Pemberontakan Urabi. Di Lebanon, Abduh sempat giat dalam mengembangkan sistem pendidikan Islam. Pada tahun 1884, ia pindah ke Paris, dan bersalam al-Afghani menerbitkan jurnal Islam The Firmest Bond.
Salah satu karya Abduh yang terkenal adalah buku berjudul Risalah at-Tawhid yang diterbitkan pada tahun 1897.
Pemikirannya banyak terinspirasi dari Ibnu Taimiyah, dan pemikirannya banyak menginspirasi organisasi Islam, salah satunya Muhammadiyah, karena ia berpendapat, Islam akan maju bila umatnya mau belajar, tidak hanya ilmu agama, tapi juga ilmu sains.
Di antara karya tulisnya yang terkenal adalah:
1.    Tafsir Juz Amma
2.    Tafsir Al-Qur an Hakim, yang diteruskan oleh muridnya, Muhammad Rasyid Ridha
3.    Risalah At Tauhid
4.    Banyak memberi tambahan dalam kitab-kitab, salah satunya Limaza taakhkhara Islam wa taqaddama ghairuhum, karya Syakib Arsalan.[4]


BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Nama lengkapnya adalah Muhammad ‘Abduh  Hasan Khairullah. Tokoh ini akrab dipanggil dengan sebutan muhammad abduh. Keluarganya terkenal berpegang teguh pada ilmu dan agama. Sejak berusia 12 tahun, ia sudah hafal al-Qur’an . Muhammad Abduh adalah seorang sarjana, mufti ,’alim, teolog, dan pembaru.
Beberapa gagasan dan pemikiran Muhammad Abduh  ini dapat dikemukakan secara singkat sebagai berikut :
1. Menghilangkan dikotomi pendidikan
2. Pengembangan Kelembagaan Pendidikan.
3. Pengembangan Kurikulum
4. Pengembangan Metode Pengajaran

B. Saran

Akhirnya selesailah makalah  saya yang membahas tentang “Muhammad Abduh dan Pemikirannya Tentang Pendidikan Islam “. Sungguh, masih banyak kekurangan yang harus saya perbaiki dalam penyusunan makalah ini. Apabila terdapat kesalahan penulisan saya mohon maaf, kritik dan saran dari pembaca akan saya tunggu. Terimakasih.


DAFTAR PUSTAKA


Abuddin Nata. 2013. Pemikiran Pendidikan Islam & Barat . Jakarta : Rajawali Pers.
Suwito dan Fauzan.2005.Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta : Kencana.
Toto Suharto.2014.Filsafat Pendidikan Islam .Yogyakarta : Ar-ruzz Media.
Wikipedia. 2016. Muhammad Abduh. https://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Abduh.






[1]Toto Suharto.2014.Filsafat Pendidikan Islam .Yogyakarta.Ar-ruzz Media. Hlm 215
[2]Suwito dan Fauzan.2005.Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta. Kencana. Hlm 87-88
[3]Abuddin Nata. 2013. Pemikiran Pendidikan Islam & Barat . Jakarta . Rajawali Pers. Hlm 308-312.
[4]Wikipedia. 2016. Muhammad Abduh. https://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Abduh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar