Selasa, 03 Mei 2016

HUBUNGAN GURU DENGAN WALI MURID DAN MASYARAKAT


MAKALAH
SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI PENDIDIKAN
HUBUNGAN GURU DAN WALI MURID
HUBUNGAN GURU DAN MASYARAKAT
 
DOSEN PEMBIMBING
Drs.H.Kusdani,M.Pdi
Disusun oleh:
HAYATUN SAKINAH
NIMKO  : 1216.15.1369

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DINIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PEKANBARU
2016

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.. 3
BAB I. 4
PENDAHULUAN.. 4
A. Latar Belakang. 4
B. Rumusan masalah. 6
C. Tujuan. 6
BAB II. 7
PEMBAHASAN.. 7
A. Pengertian Guru, Orangtua dan Masyarakat 7
B. Hubungan Guru Dengan Orang Tua/Wali Murid. 7
C. Hubungan Guru Dengan Masyarakat 10
BAB III. 15
KESIMPULAN DAN SARAN.. 15
A. Kesimpulan. 15
B. Saran. 15
DAFTAR PUSTAKA.. 16



KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang mana dengan Taufiq dan Hidayah serta Inayah-Nya,saya  dapat menyelesaikan makalah  sederhana  ini.
Semoga shalawat dan  salam senantiasa dilimpahkan Allah SWT.,kepada Nabi Muhammad Saw seluruh keluarganya, para sahabat,tabi’in,dan tabi’it-tabi’in, serta para pengikut setia Beliau hingga akhir zaman.
Makalah ini membahas tentang “HUBUNGAN GURU DENGAN WALI MURID DAN HUBUNGAN GURU DENGAN MASYARAKAT” yang dirangkum dari beberapa sumber, dengan maksud agar memudahkan Mahasiswa dalam mempelajari materi Desain pembelajaran.
Semoga dengan tersusunnya makalah ini, bisa dijadikan sebagai pelajaran dan bermanfaat untuk kita semua, amin.


     Pekanbaru,29 Maret 2016

 Hayatun Sakinah





BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan pendidikan dan masyarakat memberi dampak yang signifikan terhadap hasil proses pendidikan. Awal mula pendidikan di mulai dari keluarga sebelum masuk jalur pendidikan formal. Ketika siswa/anak didik telah masuk jalur pendidikan formal tidak berarti tanggung jawab pendidikan sepenuhnya berpindah ke tangan guru/pendidik. Peranan orangtua juga sangat menentukan tingkat perkembangan anak dalam menempuh pendidikan.
Ciri khas manusia adalah kemampuannya dalam  mendidik dan dididik melalui aktivitas pendidikan. Pendidikan adalah aktivitas dari kebudayaan dan merupakan aktivitas pembudayaan sehingga pendidikan menjadi suatu instrumen untuk mentransmisikan kebudayaan  pada generasi baru. Dalam sistem kehidupan bermasyarakat yang berbudaya, orangtua, guru, dan anak didik sebenarnya terlibat aktif dan langsung dalam berbagai aktivitas budaya. Walaupun posisi untuk setiap elemen tersebut berbeda-beda, tetapi tetap saling mendukung. Keadaan saling mendukung itulah yang menuntut  adanya hubungan interaksi antara guru/pendidik dengan orangtua. Karena sistem pendidikan Indonesia tidak terlepas dari dukungan dan pantauan orangtua. Guru dan orangtua harus benar-benar memperhatikan setiap hubungan yang terjalin. Fenomena yang terlihat seolah-olah antara guru dan orangtua seperti ada pengotakan-pengotakan. Artinya guru seperti membatasi ruang gerak orangtua dan orangtua membatasi ruang gerak guru. Belum lagi ditambah bila ada permasalahan pribadi antara guru dan orangtua. Kenyataan inilah yang sebenaranya perlu diluruskan karena sebenarnya kedudukan orangtua dan guru dihadapan anak adalah panutan atau teladan. Jadi, posisinya sama. Orangtua memberi rasa aman dan kepercayaan pada anak, guru juga melakukan hal itu. Sehingga apa yang didapatkan oleh anak di rumah sama dengan di sekolah dari segi perlakuan walaupun tidak menutup kemungkinan ada memang hal-hal yang tidak sama.
Menaggapi hal inilah, pembahasan tentang hubungan guru dan orangtua serta masyarakat perlu untuk dibahas dan dikaji secara teori dan praktik sehingga didapat sebuah ide atau suatu bentuk pemahaman yang sama terhadap apa yang seharusnya dilakukan oleh guru dan orangtua supaya hubungan tersebut berjalan harmonis.
Sekolah merupakan lembaga sosial yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat lingkungannya, sebaliknya masyarakat pun tidak dapat dipisahkan dari sekolah sebab keduanya memiliki kepentingan, sekolah merupakan  lembaga formal yang diserahi mandat untuk mendidik, melatih, dan membimbing generasi muda bagi peranannya di masa depan, sementara masyarakat merupakan pengguna jasa pendidikan itu.
Mohammad Noor Syam, dalam bukunya Filsafat Pendidikan Dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila, mengemukakan bahwa hubungan masyarakat dengan pendidikan sangat bersifa korelatif, bahkan seperti telor dengan ayam. Masyarakat maju karena pendidikan dan pendidikan yang maju hanya akan ditemukan dalam masyarakat yang maju pula. [1]
Hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan bentuk hubungan  komunikasi ekstern yang dilaksanakan atas dasar kesamaan tanggung jawab dan tujuan. Masyarakat merupakan kelompok individu–individu yang berusaha menyelenggarakan pendidikan atau membantu usaha-usaha pendidikan. Dalam masyarakat terdapat lembaga-lembaga penyelenggaran pendidikan, lembaga keagamaan, kepramukaan, politik, sosial, olah raga, kesenian yang bergerak dalam usaha pendidikan. Dalam masyarakat juga terdapat individu-individu atau pribadi-pribadi yang bersimpati terhadap pendidikan di sekolah.
Hubungan sekolah dengan masyarakat adalah suatu proses komunikasi antarasekolah dengan masyarakat untuk meningkatkan pengertian masyarakat tentang kebutuhan serta kegiatan pendidikan serta mendorong minat dan kerjasama untuk masyarakat dalam peningkatan dan pengembangan sekolah. Hubungan sekolah dengan masyarakat ini sebagai usaha kooperatif untuk menjaga dan mengembangkan saluran informasi dua arah yang efisien serta saling pengertian antara sekolah, personalia sekolah dengan masyarakat. Hal ini dipertegas Mulyasa (2003) bahwa Tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat dapat ditinjau dari dua dimensi yaitu kepentingan sekolah dan kebutuhan masyarakat.

B. Rumusan masalah

Untuk memfokuskan makalah ini, maka saya buat makalah ini dengan rumusan masalah sebagai berikut :
1.          Pengertian guru
2.          Pengertian orangtua
3.          Pengertian masyarakat
4.          Hubungan guru dengan wali murid/orangtua
5.          Hubungan guru dengan masyarakat

C. Tujuan

1.      Menyadarkan sekolah umumnya dan para guru khususnya bahwa sekolah adalah bagian dari masyarakat. Sehingga sekolah dan masyarakat terjadi kerjasama yang erat.
2.      Mengetahui bahwa guru,orangtuadan masyarakat sangat berpengaruh pada peserta didik
3.      Guru meningkatkan pemahamannya terhadap latar belakang orangtua dan masyarakat tempat dimana ia belajar.




BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Guru, Orangtua dan Masyarakat

1.    Pendidik/Guru
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
2. Orang Tua Peserta Didik
Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah ibu dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Yang mana orang tua memiliki tanggung jawab terhadap anaknya.
3. Masyarakat
Masyarakat adalah sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan golongan yang berhubungan tetap dan  mempunyai kepentingan yang sama yang mana sejumlah manusia tersebut saling tergantung satu sama lain.

B. Hubungan Guru Dengan Orang Tua/Wali Murid

Cara untuk menciptakan hubungan antara pendidik dengan orang tua peserta didik adalah:
1.    Guru berusaha membina hubungan kerja sama yang efektif dan efisien dengan orangtua/wali siswa dalam melaksanakan proses pendidikan.
2.    Guru memberikan informasi kepada orangtua/wali secara jujur dan objektif mengenai perkembangan peserta didik.
3.    Guru merahasiakan informasi setiap peserta didik kepada orang lain yang bukan orangtua/walinya.
4.    Guru memotivasi orangtua/wali siswa untuk beradaptasi dan berpartisipasi dalam memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan.
5.    Guru berkomunikasi secara baik dengan orangtua/wali siswa mengenai kondisi dan kemajuan peserta didik dalam proses kependidikan pada umumnya.
6.    Guru menjunjung tinggi hak orangtua/wali siswa untuk berkonsultasi dengannya berkaitan dengan kesejahteraan, kemajuan, dan cita-cita  anak.
7.    Guru tidak boleh melakukan hubungan dan tindakan professional dengan orangtua/wali siswa untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi. [2]
Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu. Guru menempati kedudukan terhormat di masyarakat. Kewibawaanlah yang membuat mereka dihormati. Para orangtua yakin bahwa gurulah yang dapat mendidik anak didik mereka agar menjadi orang yang berkepribadian mulia. Jadi guru, adalah sosok figur yang menempati posisi dan memegang peranan penting dalam pendidikan. Menjadi guru berdasarkan tuntutan pekerjaan adalah suatu pekerjaan yang mudah, tetapi menjadi guru berdasarkan panggilan jiwa dan tuntutan hati nurani adalah tidak mudah (Djamarah, 2005).
Orangtua adalah orang yang telah melahirkan kita atau orang yang mempunyai pertalian darah. Orangtua juga merupakan public figure yang pertama menjadi contoh bagi anak-anak. Karena pendidikan pertama yang didapatkan anak-anak adalah dari orangtuanya. Orangtua dan guru adalah satu tim dalam pendidikan anak, untuk itu keduanya perlu menjalin hubungan baik . bagi anak-anak yang sudah masuk sekolah, waktunya lebih banyak dihabiskan  bersama para guru daripada dengan orangtua. Kedengarannya mungkin agak mengejutkan, tapi memang begitulah kenyataannya. Ketika orangtua pulang dari tempat bekerja, anak-anak biasanya juga baru tiba dari mengikuti kegiatan setelah jam sekolah. Hanya tersisa waktu beberapa jam saja untuk makan malam bersama, menyelesaikan pekerjaan rumah dan mungkin menghadiri acara anak-anak. Setelah itu semuanya tidur.
Memang benar  semua kegiatan sehari-hari yang dilakukan orangtua adalah penting. Dan memang banyak orangtua yang bisa menggunakan dengan baik waktu makan malam bersama, ketika membantu anak mengerjakan tugas sekolah di rumah, dan ketika mengantar anak ke sekolah. Tapi perlu diingat, pada saat yang sama ada orang dewasa lain yang juga mengajari, mempengaruhi dan bersenang-senang dengan anak-anak kita selama 6 jam sehari, yaitu guru mereka.
Anak-anak umumnya bisa melakukan tugas-tugas mereka dengan baik ketika di sekolah. Sebagian di antaranya bahkan mungkin lebih mudah mempercayai guru mereka. Untuk itu, perlu kiranya setiap orangtua mengetahui dengan baik sosok guru yang mengajar anak-anaknya. Hal ini penting karena dalam pendidikan sekolah, orangtua dan guru harus menjadi satu tim yang baik.
Jika orangtua dan guru bisa saling mengenal dan mempercayai, maka anak-anak tidak akan menentang salah satu dari mereka, ketika anak-anak itu malas atau menghindar dari tugas-tugasnya. Pengertian di antara orangtua dan guru menjadikan masalah kecil tidak berkembang menjadi besar, dan masalah besar bisa diselesaikan dengan lebih baik. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar terjalin hubungan baik antara orangtua dan guru.
a.    Perkenalkan anak dengan gurunya
b.    Mendatangi pertemuan orangtua-guru
c.    Senantiasa berprasangka baik kepada guru
d.   Berkomunikasilah secara teratur
e.    Berikanlah sumbangan
Anda dan guru sama-sama menginginkan yang terbaik untuk pendidikan anak-anak. Jika Anda mendengar kabar yang buruk tentang guru, apakah ia galak, jahat, atau  tidak obyektif, maka tetap pertahankan hubungan baik Anda dengan sang guru. Cari tahu masalah yang sebenarnya dengan menghubungi guru itu secara sopan. Jangan mengeluarkan kata-kata yang buruk mengenai guru di depan anak Anda. Tetap fokus terhadap masalah yang dihadapi, jadikan itu latihan bagi Anak bersikap terbuka. [3]
Fungsi/Peran Guru dan Orangtua
Melirik posisi guru bagi peserta didik sama dengan posisi orangtua mereka sendiri. Hanya saja bedanya bukan orang yang melahirkan mereka. Guru adalah orangtua kedua bagi anak-anak ketika mereka berada di sekolah. Sedangkan orangtua mereka yang pertama adalah orang yang melahirkan mereka lahir atau yang ada hubungan pertalian darah. Dari hal itu, terlihatlah bahwasanya walau posisi berbeda namun peranannya hampir sama sehingga sudah sepantasnya kedua orangtua tersebut berpartisipasi dan berinteraksi aktif guna membangun perkembangan anak yang mapan. Dalam upaya menempatkan fungsi dan peran di lingkungan sekolah, orangtua siswa juga dapat bergabung dengan komite sekolah dengan ketentuan-ketentuan yang ada.

C. Hubungan Guru Dengan Masyarakat

Masyarakat yang dimaksud adalah orang tua atau wali peserta didik, anggota keluarga yang lain atau semua orang yang tinggal di sekitar lingkungan sekolah. Dalam konteks menyeluruh masyarakat merupakan tempat anak hidup dan belajar kemudian menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Adapun cara untuk menciptakan hubungan antara pendidik dengan masyarakat adalah:
1.    Guru menjalin komunikasi dan kerjasama yang harmonis, efektif, dan efisien dengan masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan pendidikan.
2.    Guru mengakomodasi aspirasi masyarakat dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran.
3.    Guru peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat.
4.    Guru bekerja sama secara arif dengan masyarakat untuk meningkatkan prestise dan martabat profesinya.
5.    Guru melakukan semua usaha untuk secara bersama-sama dengan masyarakat berperan aktif dalam pendidikan dan meningkatkan kesejahteraan peserta didiknya.
6.    Guru memberikan pandangan profesional, menjunjung tinggi nilai-nilai agama, hukum, moral, dan kemanusiaan dalam berhubungan dengan masyarakat.
7.    Guru tidak boleh membocorkan rahasia sejawat dan rahasia peserta didiknya kepada masyarakat.
8.    Guru tidak boleh menampilkan diri secara eksklusif dalam kehidupan masyarakat.
Tidak bisa kita pungkiri bahwa pendidikan tidak hanya terjadi di sekolah. Namun, pendidikan terjadi pula di lingkungan keluarga dan masyarakat. Masing-masing lingkungan bertanggungjawab  melaksanakan  perannya dalam pendidikan untuk mencapai suatu tujuan tanpa terpisah satu sama lain. Ketiganya adalah  satu mata rantai yang tak terpisahkan dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Mereka secara tidak langsung telah menjalin kerjasama yang erat dalam pendidikan.
Kerjasama pendidikan yang dilakukan ketiga macam lingkungan ini, adalah:
1.    Orang tua anak meletakan pendidikan dasar nilai-nilai moral dan agama sejak kelahirannya.
2.    Sekolah, mengajarkan berbagai materi pendidikan berupa ilmu dan keterampilan
3.    Masyarakat mengontrol, menyalurkan dan membina serta meningkatkannya. Karena masyarakat adalah pemakai atau the user
Seperti dalam sebuah keluarga, setiap anggota keluarga tentu melakukan hubungan yang harmonis guna mencapai tujuan keluarga yang bahagia. Begitu pun sekolah, sebagai masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat harus menjalin hubungan yang baik antar keduanya guna mencapai tujuan secara bersama-sama. Dalam hal ini semua warga sekolah harus bisa membaur dengan masyarakat sekitar, terutama seorang guru yang merupakan panutan bagi seorang anak didik.
Dalam meningkatkan hubungan guru/sekolah dengan masyarakat terjamin baik dan berlangsung kontinu, maka diperlukan peningkatan profesi guru dalam hal berhubungan dengan masyarakat. Guru disamping mampu melakukan tugasnya masing-masing di sekolah, mereka juga diharapkan dapat dan mampu melakukan tugas-tugas hubungan dengan masyarakat. Mereka bisa mengetahui aktivitas-aktivitas masyarakatnya, paham akan adat istiadat, mengerti aspirasinya, mampu membawa diri di tengah-tengah masyarakat, bisa berkomunikasi dengan mereka dan mewujudkan cita-cita mereka. Seperti yang dikatakan oleh IIF Khoiru Ahmadi, dkk, bahwa  dalam pasal 8 Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 kompetensi guru meliputi kompetensi pedagigik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.[4]
Kompetensi sosial yang harus dimiliki seorang guru adalah sebagai berikut ;
1.    Berkomunikasi lisan, tulisan dan/atau isyarat
2.    Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua/wali peserta didik.
3.    Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku
4.    Menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan dan semangat kebersamaan
Dari penjelasan kompetensi sosial yang harus dimiliki seorang guru di atas, salah satunnya adalah mampu membaur dengan masyarakat dengan mengindahkan norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Untuk mencapai hal itu diperlukan kompetensi dan perilaku dari guru yang cocok dengan struktur sosial masyarakat setempat, sebab ketika kompetensi dan perilaku guru tidak cocok dengan struktur sosial dalam masyarakat maka akan terjadi benturan pemahaman dan salah pengertian terhadap program yang dilaksanakan sekolah dan berakibat tidak adanya dukungan masyarakat terhadap sekolah, padahal sekolah dan masyarakat memiliki kepentingan yang sama dan peran yang strategis dalam mendidik dan menghasilkan peserta didik yang berkualitas.
Hubungan dengan masyarakat tidak saja dibina oleh guru tetapi juga dibina oleh personalia lain yang ada disekolah. Hal ini sesuai dengan pendapat Pidarta (1999) yang mengatakan bahwa selain guru, anggota staf yang lain seperti para pegawai, para petugas bimbingan dan konseling, petugas-petugas medis, dan bahkan juga pesuruh dapat melakukan hubungan dengan masyarakat, sebab mereka ini juga terlibat dalam pertemuan-pertemuan, pemecahan masalah, dan ketatausahaan hubungan dengan masyarakat. Namun yang lebih banyak menangani hal itu adalah guru sehingga guru-gurulah yang paling dituntut untuk memiliki kompetensi dan perilaku yang cocok dengan struktur sosial.
Kemampuan guru membawa diri baik di tengah masyarakat dapat mempengaruhi penilaian masyarakat terhadap guru. Guru harus bersikap sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, responsif dan komunikatif terhadap masyarakat, toleran dan menghargai pendapat mereka. Bila tidak mampu menampilkan diri dengan baik sangat mungkin masyarakat tidak akan menghiraukan mereka. Bertalian dengan hal itu Pidarta (1999) menegaskan bahwa keadaan seperti itu akan menimbukan cap kurang baik terhadap guru. Citra guru di mata masyarakat menjadi pudar. Oleh karena itu kewajiban sekolah untuk menegakkan wibawa guru di tengah masyarakat dengan terus menyesuaikan diri sambil ikut memberikan pencerahan kepada masyarakat.
Manfaat Hubungan Guru Dengan Masyarakat
Manfaat hubungan dengan masyarakat sangat besar bagi peningkatan kinerja guru melalui peningkatan aktivitas-aktivitas bersama, komunikasi yang kontiniu dan proses saling memberi dan saling menerima serta membuat instrospeksi sekolah dan guru menjadi giat dan kontinu. Setiap aktivitas guru dapat diketahui oleh masyarakat sehingga guru akan berupaya menampilkan kinerja yang lebih baik. Hal ini dipertegas Pidarta (1999) yang menyatakan bahwa bila guru tidak mau belajar dan tidak mampu menampilkan diri sangat mungkin masyarakat tidak akan menghiraukan mereka. Keadaan ini seringkali menimbulkan cap kurang baik terhadap guru. Citra guru di mata masyarakat menjadi pudar.
Manfaat hubungan yang erat, selaras dan  saling menguntungkan antara guru dan masarakat secara terperinci adalah:[5]
A. Bagi sekolah/guru
1.            Sekolah mendapat masukan dalam penyempurnaan pendidikan/pengajaran.
2.            Memberikan pengalaman langsung dan praktis bagi siswa dalam berbagai hal
3.            Lebih mengenal lingkungan sosio-budaya masyarakat yang penting dalam kesatuan dan persatuan bangsa
4.            Mendekati masalah secara interdisipliner
5.            Mengerti dan harus tanggap terhadap kebutuhan masyarakat dalam masa pembangunan ini
6.            Terdorong untuk mengerti lebih dalam tentang berbagai segi masyarakat, maka ada motivasi mengadakan penelitian, untuk kepentingan berbagai pihak.
7.            Memanfaatkan nara sumber dari masyarakat
8.            Sekolah banyak menerima bantuan dari masyarakat, antara lain pemikiran, dana, sarana dan lain-lain.
9.            Memanfaatkan masyarakat sebagai laboratorium yang sesuai dengan keperluan siswa/mata pelajaran tertentu.
B. Bagi masyarakat
1.            Adanya bantuan tenaga terdidik pada bidangnya, ini ikut memperlancar pembangunan di lingkungan masyarakat yang bersangkutan.
2.            Masyarakat akan dapat secara terbuka menyatakan realita di masyarakat tersebut kepada para terdidik yang datang/ada di lingkungan masyarakat tersebut.
3.            Meningkatkan cara berfikir, bersikap dan bertindak yang lebih maju terhadap program pemerintah di lingkungan masyarakat tersebut.
4.            Masyarakat akan lebih mengenal fungsi sekolah untuk pembangunan bagi mereka sehingga mereka ikut memiliki sekolah itu
5.            Masyarakat terdorong untuk makin maju dalam berbagai bidang kehidupannya, berkat kerjasama antara masyarakat dan sekolah.


BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Tugas utama guru adalah berusaha mengembangkan segenap potensi siswanya secara optimal, agar mereka dapat mandiri dan berkembang menjadi manusia-manusia yang cerdas, baik cerdas secara fisik, intelektual, sosial, emosional, moral dan spiritual. Sebagai konsekuensi logis dari tugas yang diembannya, guru senantiasa berinteraksi dan berkomunikasi dengan siswanya.
Orangtua adalah orang yang telah melahirkan kita atau orang yang mempunyai pertalian darah. Orangtua juga merupakan public figure yang pertama menjadi contoh bagi anak-anak. Karena pendidikan pertama yang didapatkan anak-anak adalah dari orangtuanya. Orangtua dan guru adalah satu tim dalam pendidikan anak, untuk itu keduanya perlu menjalin hubungan baik.
Kemampuan guru membawa diri baik di tengah masyarakat dapat mempengaruhi penilaian masyarakat terhadap guru. Guru harus bersikap sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, responsif dan komunikatif terhadap masyarakat, toleran dan menghargai pendapat mereka. Bila tidak mampu menampilkan diri dengan baik sangat mungkin masyarakat tidak akan menghiraukan mereka. Bertalian dengan hal itu Pidarta (1999) menegaskan bahwa keadaan seperti itu akan menimbukan cap kurang baik terhadap guru. Citra guru di mata masyarakat menjadi pudar. Oleh karena itu kewajiban sekolah untuk menegakkan wibawa guru di tengah masyarakat dengan terus menyesuaikan diri sambil ikut memberikan pencerahan kepada masyarakat.

B. Saran

Akhirnya selesailah makalah  saya yang membahas tentang hubungan guru dengan wali murid dan hubungan guru dengan masyarakat. Sungguh, masih banyak kekurangan yang harus saya perbaiki dalam penyusunan makalah ini. Apabila terdapat kesalahan penulisan saya mohon maaf, kritik dan saran dari pembaca akan saya tunggu. Terimakasih.



DAFTAR PUSTAKA


Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif: Suatu Pendekatan Teoretis Psikologis. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Fuad Ihsan. 2011.Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Iif Khoiru Ahmadi,dkk. 2011.Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Mohammad Noor Syam. 1986.  Filsafat Pendidikan Dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila, Usaha Nasional. Surabaya.
file:///C:/Documents%20and%20Settings/All%20Users/My%20Documents/Downloads/kode-etik-guru-di-indonesia.html
[di/pc/www.hidayatullah.com].2010.




[1] Mohammad Noor Syam. Filsafat Pendidikan Dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila, Usaha Nasional. Surabaya. 1986. Hlm.199.
[2]file:///C:/Documents%20and%20Settings/All%20Users/My%20Documents/Downloads/kode-etik-guru-di-indonesia.html

[3] di/pc/www.hidayatullah.com
[4] Iif Khoiru Ahmadi,dkk.Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu. Prestasi Pustaka: Jakarta. 2011. hlm.237.
[5] Fuad Ihsan. Dasar-Dasar Kependidikan.PT Rineka Cipta:Jakarta.2011.hlm.105.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar